Pada suatu hari, seorang pria bertamu ke rumah seorang guru yang terkenal bijaksana. Sesampai di sana, ia tertegun keheranan. Dia melihat sang guru sedang sibuk bekerja; beliau mengangkut air dengan ember-ember besar serta menyikat lantai rumahnya sekuat tenaga.
"Guru, apa yang sedang Anda lakukan..?"
Sang guru menjawab, "Tadi saya kedatangan serombongan tamu yang meminta nasihat. Dan saya pun memberikan banyak nasihat yang bermanfaat bagi mereka. Tampaknya, mereka puas sekali! Namun, setelah rombongan itu pulang, tiba-tiba saja saya merasa menjadi orang yang amat hebat. Kesombongan saya mulai muncul. Maka saya melakukan hal ini untuk menghilangkan perasaan sombong itu."
Sahabat yang Bijaksana!
"Sombong" adalah penyakit hati yang sering menghinggapi kita semua. Benih-benihnya kerap muncul tanpa kita sadari.
Di tingkat pertama, sombong disebabkan oleh faktor materi. Kita merasa lebih kaya, lebih rupawan, dan lebih terhormat daripada orang lain.
Di tingkat kedua, sombong disebabkan oleh faktor kecerdasan. Kita merasa lebih pintar, lebih kompeten, dan lebih berwawasan dibanding orang lain.
Dan
Di tingkat ketiga, sombong disebabkan faktor kebaikan. Kita sering menganggap diri kita lebih bermoral, lebih pemurah, dan lebih tulus dibandingkan dengan orang lain.
Yang menarik, semakin tinggi tingkat kesombongan, semakin sulit pula kita mendeteksinya. Sombong karena materi sangat mudah terlihat, namun sombong karena pengetahuan, apalagi sombong karena kebaikan, sulit terdeteksi karena seringkali hanya berbentuk benih-benih halus di dalam batin kita.
Mari setiap hari, kita memeriksa hati kita. Karena hal-hal baik yang terjadi pada diri kita saat ini, sangat mungkin terjadi karena perbuatan baik/amal yang kita lakukan pada masa lampau. Dan masa depan tergantung pada apa yang kita lakukan sekarang. Ada baiknya juga mengingat bahwa kita sebagai manusia punya harkat dan martabat yang sama, juga memiliki nilai sama di mata Sang Pencipta. Kesombongan hanya akan membawa kita pada "kejatuhan".
Salam sukses, Luar Biasa!
Share and be happy...
Source; Andrie Wongso
0 comments:
Post a Comment