Pages

Tuesday, January 11, 2011

Sahabat & Cerita Sebuah Lesung Batu


Pindah rumah, serasa pengantin baru,.. haha, maksudx tuh sibuk berburu peralatan rumah tangga. Yah begitulah aktivitas kami beberapa hari ini, sibuk ngumpulin peralatan and kelengkapan rumah tangga.


Awal ceritanya seperti ini.. bermula ketika saya sepakat dengan beberapa kawan2 para Tansri (tanpa istri) untuk memulai hidup yg baru di rumah yang baru. Setelah berburu tempat tinggal yang pas, akhirnya kmi menemukan sebuah apartment yang tepat baik dari segi lokasi maupun kenyamanan. tepatx di blok 21 Apartment Taman Bukit Angkasa, Kuala Lumpur.

Setelah memasuki apartment kami yang baru, kami berlima yang terdiri Pak Nuris yg berprofesi dosen di UNRI dan UM, Pak IS dosen di lampung, Kang Ari, entrepreneur sukses di bandung yg lagi ngambil Phd di UM, Zidny student master dri cirebon dan seorang anak ganteng dari Makassar..(hehehe dilarang protes), maka lengkaplah tim power rangers penghuni markas Q-ta lantai 13 no.X. nah setelah berkumpul malam itu kami para penghuni markas Q-ta (sebutan buat apartment kami) kami memulai rapat mengenai masa depan rumah baru kami ini termasuk memilih ketua rumah yang bertanggung jawab atas mnsejahterakan rumah dan para penghuninya..haha, dan rapat pertama di apartment baru kami itu berlangsung dengan suasana sangat2 demokratis dan menghasilkan banyak kesepakatan2, salah satu butir kesepakatannya seperti memilih anak ganteng dari makassar, pemilik blog ini untuk menjadi ketua rumah dengan masa bakti 2011-ntah sampai kapan..haha..nasib.nasib.

Nah setelah terangkat si anak makassar yang satu itu memulai gebrakanx dengan membuat proker,.. melengkapi apartment baru kami itu dengan peralatan kelengkapan rumah tangga dan dilaksanakan dalam tempo yang sesingkat-singkatnya,.. Jakarta 17 agustus 1945 atas nama bangsa Indonesia .. Soekarno-Hatta ( looh kok jadinya proklamasi nih).. maksudx tuh sesegera mungkin melengkapi rumah biar nampak seperti rumah tempat tinggal, namun melihat situasi keuangan dari kami masing2 yg sdh agak kepayahan soalx sewa rumah kami ini lumayan juga bikin kantong kempes,.. sewa bulananx rm.750 mesti ditambah deposit 2 bulan trus ditambah deposit listrik RM.200 so total yg kami kluarkan untuk menempati apartmen baru kami ini sekitar RM.2450, blum lagi sekarang awal semesteran jadi mesti bayar uang kuliah lebih prioritas..hehe

So melihat situasi keuangan kami semuax maka diputuskan untuk membeli perlengkapan yg urgent2 aj.. beruntungx apartment kami sdh tersedia mesin cuci, kulkas, kompor, jadi kami nggak perlu lagi saweran untuk beli itu smuax. nah pada akhirx kami mendapat jatah masing2 untuk menyumbang bagi kelengkapan rumah, ada yg nyumbang TV, rice cooker, wajan, panci, piring, mangkuk, gelas.dll walhasil rumah kami sdh nampak macam rumah sebagai tempat tinggal… dengan segala kelengkapanx ala mahasiswa Indonesia yang jauh dari kampung halaman.

Namun yang membuatku belum puas dan terkadang membawah kesedihan yg teramat pilu.. (lagi.melow.com..hehe) karena rumah kami itu belum dilengkapi dengan fasilitas penggilingan batu buat nyambel atau ulekan sambel yg klw dalam bahasa inggris versi makassarx dinamakan “cobek-cobek”…hehe,.. FYI saya ini typical orang yg suka makanx yg pedas2 loh, nah makanya kalau makan saya selalu nyari sambel..hehehe. saking sukanya sambels kata “sambel” di kasih akhiran “s” jadi kesanx jamak, so maksudx itu, saya suka makan berbagai jenis sambel, termasuk, sambel terasi, sabal ijo, sambal balado, sambal teri,dll pokokx sambel.bel.bel..hehe bahkan kadang pikiran unik muncul dlm kepala,.. ntar requestx kalau nyari istri mesti yg jago ngulek sambelnya…hahaha…coz’ I love sambel.

Nah ternyata setelah saya berburu di berbagai mall dan ternyata tidak berhasil menemukan barang tersebut maka saya putuskan untuk merubah target pencarian ke pasar2 tradisional dan akhir ketemu di pasar malam …nah loh kok bisa,.. kebtulan lagi jalan2 di pasar malam dan pas ada yang ngejual.. namun alangkah sedihnya, (lebay lagi.com) setelah capek2 berkeliling dan menemukan lesung batu yang dicari-caria eeh maharnya (baca; hargax) mahal banget… , harga yang di pasang makcik2 penjual itu gila2an untuk sebuah lesung batu,..alasanx klasik,.. ini barang import.hehe….. wah bisa2 tekor sampai akhir bulan nih... wadooii gmna nih… duit di dompet kagak cukup… terpaksa rencana pembelianx di postpone dulu..hehehe nunggu gajian yang tinggal beberapa hari lagi, dari pada saya nggak makan,..masak mau makan lesung batu doang... walaupun import, kagak deh..thanks ... hehehe

Tapi sempat kefikiran sih,.. kok harga lesung batu itu segitu mahalx,.. trus muncul lagi fikiran pedagang saya,.. klw sy ngimport “cobek2” dari makssar satu container,.. bakalan untung brapa saya yah….hahaha, di makassarkan harga lesung batu murah and nggak semahal di KL loh.

Anyway ternyata semesta mencatat keinginan saya untuk memiliki lesung batu yang teramat-amat, sampai kebawa mimpi…(lebay lagi deh..hehe). dan esok pagix ketika saya bersilaturahim di rumah sahabat saya yang bernama mas Zainal Abidin walaupun di FBnya dia lebih memilih menggunakan nama “Zaka Abidin”.. padahal nama aslix sama dengan nama raja agung Malaysia, cuman rejekinya aja yg berbeza sedikit… hehehe namun sama2 raja kok. yg satu raja Malaysia yg satunya raja …. (hehehe ..rahasia).

Back to the story, akhirnya mas zaka (panggilan sayang kami ke dia..hehehe) tahu hasrat mendalam saya untuk memiliki lesung batu… tiba2 tersenyum lalu masuk ke dapur and menghadiahi saya sebuah lesung batu…seraya berkata …… “nih buat mas budi”.. hahaha ..sebuah lesung batu, hadiah istimewa di pagi hari..gumamku kepadanya…. heheehe hikmah bersilaturahim nih yee, sembari mengucapkan … “makasih mas!!....

Ntah sudah berapa kali mas zaka sahabatku ini, muncul sebagai solusi2 dari persoalan2 yang saya hadapi juga kawan2 disini sering kami hadapi,.. sosok yang dlam fikiran saya sering terlintas “mungkin” didalam darahnya mengalir solusi2 buat orang2 disekililingx kali yee,.. sahabtku yang asli jawa ini memang orangx supel dan senang membantu, sosok yang mungkin bukan hanya hasil pengkaderan bertahun2 jadi santri di pondok gontor.. tapi memang dia memiliki jiwa yang terpuji,.. pribadi unggulan.. sosok yang tangguh dalam mengarungi perjuangan hidup.

Anyway Sedikit saya akan bercerita tentang kawan saya ini dengan sedikit flashback view point,.. sebenarx saya sudah dua kali mendapatkan tawaran untuk menulis buku dari seorang kawan yang berprofesi sebagai penulis dan motivator di Indonesia. Sebuah buku yang akan kami beri judul “Terjun Bebas di Kuala Lumpur” yang bercerita tentang kisah2 keseharian kawan2 yang datang dengan modal nekat ke KL demi mengejar impian untuk kuliah di berbagi universitas ternama di KL dan sambil bekerja tentunya.. niatan awal kami mau joinan menulis buku ini sebenarnya cuman mau berbagi pengalaman2 dari kawan2 disini yang “fight” demi mengejar impian2 mereka,semoga dengan sampainya kisah2 tersebut bisa menginspirasikan banyak orang untuk terus belajar dan membuktikan bahwa tanpa dukungan beasiswa, pemerintah atw keluarga yang kaya mereka juga bisa sukses mengenyam pendidikan berkualitas... namun karena di sebabkan menulis buku itu harus fokus dan disisi lain saya juga harus kejar tayang thesis, blum lagi dituntut untuk nyari duit kuliah dgn nyambi sana-sini,.. maka saya agak menepikan projek tersebut.. entah sampai kapan,…tapi suatu saat saya pasti akan menuliskanya.

Nah semenjak saya mendapatkan tawaran membuat buku itu sebenarx kami sudah mulai memetakan orang2 yang kami anggap kisah keseharianx disini, bisa menginspirasi banyak orang,.. Kisah keseharian dalam mengejar cita2 dengan segala keterbatasan yang menjadikan orang-orang tersebut menjadi sosok2 yang tangguh dan layak untuk di contoh, dan salah satu dari orang2 yang saya incar sebagai tokoh dalam buku kami adalah sahabat saya Mas Zaka Abidin atau Zainal Abidin.

Sebenarnya tanpa sepengetahuan dia, saya sudah lama mengamati dan membuat catatan2 kecil tentang dia, tentang bagaimana anak seorang yang dari latar belakang keluarga yang sederhana di Pekalongan sana bisa melanjutkan study masternya di sebuah universitas paling tertua dan ternama di Malaysia, bagaimana demi menyambung hidup serta membiayai kuliahx sekaligus mengirimkan duit ke keluarganya, dia harus membanting tulang dengan menjadi supir pribadi seorang Datuk di KL,.. saya rasa dia pantas untuk menjadi salah satu tokoh di dalam buku kami kelak, yang kami harap bisa menginspirasi para pemuda-pemudi untuk tidak cengeng dalam dalam mengejar cita-cita sekaligus berkompetisi dalam kehidupan yang penuh perjuangan ini.

Selain mas zaka sebenarx saya juga sdh mengincar beberapa kawan2 dan para senior2 “terjun bebas” dalam mengejar impianx untuk mendapatkan sebuah pendidikan yang berkualitas dengan berbagai kisah2 perjuangan mereka di kuala Lumpur ini,… ada yang demi membiayai kuliahx dengan nyambi sbagai Assisten riset di kampus, koki atau pelayan di restoran, cleaning services di kantor2, guru2 privat, takmir masjid dan berbagai profesi lainya untuk menopang kehidupan meraka selama mengejar impian2 mereka di KL.

Sebenarnya ketika saya baru datang di UM ini beberapa tahun yang lalu saya sudah banyak mendengar tentang sepak terjang kawan2 yang berlabel “terjun bebas” ini di KL, dan bahkan dari beberapa senior-senior saya yg lebih dahulu mengenyam atmosphir UM,… mereka bahkan menyebut “dulu di UM ini anak2 yang kuliah nyambi kerja” jauh lebih banyak yang berhasil dari anak2 “orang kaya” yg borju atau anak2 yng datang dengan “beasiswa”,.. karena mereka lebih fight dan nggak gampang menyerah. kalimat2 seperti itu bukan sekali dua kali saya mendengarx dari para senior2 kami di UM. dan kalimat-kalimat itu yang membuatku tertarik dari dulu untuk mengenal dan bersahabat dengan kawan2 yang berlabel “terjun bebas” di KL, termasuk mas Zaka sahabatku ini.

Anyway back to the lesung batu itu,.. saya fikir karena saya telah mendapatkan budi baik dari sahabat saya ini,.. apa salahnya jika saya menawarinya untuk di traktir makan pagi itu….namun saya jadi malu,… ketika saya mencoba untuk “ngebayar” hadiahx berupa lesung batu yang sudah berhari-hari saya cari itu, sy coba menawarkan untuk mentraktir dia makan roti canai dan segelas teh tarik seperti yg kerap kami lakukan dengan saling mentraktir di kedai bawah ketika siapa yg mendapatkan rejeki lebih.. jawabx kalem “terima kasih" lalu dia melanjutkan dengan sebuah pertanyaan pelan, karena melihat raut wajah saya yg mungkin agak sedikit kecewa…. Lalu melanjutkan kalimatx dengan sebuah pertanyaanx “maaf mas budi, hari ini hari apa?"... lalu dgn sigap saya menjawab "senin mas, kenapa".. lalu dgn nada yg lebih tenang dia menjawab "saya puasa"................. ada perasaan malu tiba2 terbersit di hatiku........................... aku kalah lagi dri segi ibadah hari ini dari sahabatku itu...

Kuala Lumpur 2011
Budi Hamuddin