Pages

Sunday, September 26, 2010

Bersilaturahim Di Hari Yang Fitri


Anas ibn Malik menuturkan bahwa Rasulullah SAW pernah bersabda:“Siapa saja yang ingin dilapangkan rezekinya dan dipanjangkan usianya, hendaklah ia menghubungkan tali silaturahimya.”


Setiap muslim di dunia ini patut bersyukur bahwa di dalam syari'at islam terkandung nilai dan norma-norma yang sangat tinggi nilainya. Dan jika seluruh nilai dan norma yang merupakan “way of life” tersebut dijalankan secara menyeluruh, niscaya baik kita sadari walaupun tidak hal tersebut akan mendatangkan kemaslahatan baik di dunia maupun di kehidupan yang mendatang di akhirat kelak dan salah satu dari tuntunan hidup Islam tersebut adalah silaturahim

Menurut hadis Nabi, silaturahim mengandung dua kebaikan, yaitu memperpanjang umur dan menambah rezeki seperti yang diterangkan hadist rasulullah diatas yang diriwayatkan oleh Anas ibn Malik. Silaturahim dalam tuntunan Islam, merupakan suatu moment religi yang sangat luhur maknanya dan Silaturahim bagi masyarakat Indonesia bukan merupakan suatu hal yang asing ditelinga maupun dalam aktifitas kehidupan bersosial sehari-hari.

Penggunaan istilah “silaturahim” sendiri paling sering digunakan pada momentum Iedul Fitri ini. Akan tetapi masih banyak orang justru salah kaprah dalam menyebutkannya menjadi “silaturahmi” yang ternyata makna kalimatnya menjadi berbeda jauh. Istilah “silaturahim” berasal dari kata dalam bahasa arab “silah” yang artinya “menyambungkan” dan “rahim” yang artinya “kasih sayang dan pengertian”. Sehingga kalimat “silaturahim” maknanya adalah “menyambungkan kasih sayang dan pengertian”. Ini sangat berbeda dengan makna kata “silah” yaitu “menyambungkan” dan “rahmi” yang ternyata artinya adalah “rasa nyeri pada saat seorang ibu hendak melahirkan”. Sehingga kurang tepat dengan maksud penggunaan sebagai ungkapan makna kata ini untuk menggambarkan aktivitas saling berkunjung untuk mempererat tali persaudaraan dan kekerabatan, namun uniknya justru istilah “silaturahmi” ini terlanjur lebih populer di tengah masyarakat Indonesia.

Konon kekurang tepatan penggunaan istilah ini terjadi karena masalah perbedaan dialek. Rumpun bahasa melayu termasuk bahasa daerah Sunda dan Jawa yang cukup kuat pengaruhnya di tengah masyarakat sulit di dalam mengucapkan kata-kata yang berasal dari serapan bahasa arab. Sehingga kata “silaturahim” karena dialek, berubahlah menjadi “silaturahmi” dan yang tanpa sengaja ternyata di dalam bahasa arab juga ada artinya namun memiliki perbedaan makna.

Secara harfiah pada asasnya silaturahim artinya menyambung persaudaraan atau menyambung tali kasih sayang dan dalam konteks keseharian kita sebagai masyarakat Indonesia yang sebagian besar penduduknya memeluk agama Islam, pelaksanaan praktek silaturahim dapat dengan mudah kita jumpai. Namun jika dikaitkan dengan silaturahim dan moment Idul Fitri, mungkin ada dua istilah atau realisasi kegiatan silaturahim yang sangat familiar bagi masyarakat Indonesia yakni; “mudik lebaran” serta “halal bi halal” mungkin dua istilah yang menggambarkan suatu kegiatan atau aktivitas silaturahim ini boleh jadi menjadi ajang tahunan bagi sebagian besar masyarakat Indonesia.

Mudik Lebaran
Mudik Lebaran merupakan ciri khas masyarakat Indonesia yang mungkin jarang ditemui pada bangsa-bangsa manapun di dunia. Istilah Mudik atau pulang kampung sudah lama dijadikan masyarakat Indonesia, yang merantau dari kampungnya ke wilayah lain atau kenegara lain sebagai ajang silaturahim antar sesama kerabat. Para pemudik yang rata-rata merindukan nilai-nilai kebersamaan, itu berharap dengan mudik ketika lebaran bisa berkumpul bersama keluarga di hari yang fitri setelah sekian lama tidak bersua karena kesibukan masing-masing untuk saling memberi dan meminta maaf.

Mudik Lebaran menurut KH.Hasyim Muzadi, merupakan sebuah rutinitas tahunan yang senantiasa terjadi menjelang Idul Fitri. Menurut beliau mudik ke kampung halaman menjelang Idul Fitri sesungguhnya ajang latihan nyata menjelang kepulangan ke akhirat, serta menyiratkan makna terdalam dari proses penciptaan manusia oleh Sang Khaliq dan beliaupun memandang mulia setiap mereka yang bisa mudik ke kampung halaman. Karena mudik itu merupakan interpretrasi waktu yang tersisa selama berjuang di tanah rantau, untuk bisa berbagi dengan saudara-saudara di kampung halaman.

Lebih lanjut lagi Emha Ainun Nadjib dalam bukunya ‘Sedang Tuhan pun Cemburu’ menulis, orang beramai-ramai mudik sebenarnya sedang setia kepada tuntutan sukmanya untuk bertemu dan berakrab-akrab kembali dengan asal-usulnya. Cak Nun panggilan akrab Emha Ainun Nadjib menambahkan secara akar runtutan historis, setiap orang berusaha berikrar bahwa ia berasal dari suatu akar kehidupan, komunitas etnik, keluarga, sanak famili, bapak dan ibu, alam semesta yang berpangkal atau berujung dari Allah. Kesadaran ini diwujudkan para pemudik dengan bersusah payah bisa berada di tengah-tengah keluarga dan sanak kerabat tatkala Idul Fitri tiba, dalam sebuah perhelatan silaturahim dengan saling memaafkan serta menunaikan kewajiban membayar zakat.

Sedangkan Abdul Munir Mulkhan, seorang tokoh dan pemikir Islam, berpendapat bahwa tradisi mudik di Hari Raya merupakan prosesi ritual yang mengandung banyak makna dan ajaran tentang silaturahim atau menyambung cinta-kasih serta ajaran untuk saling minta maaf bagi seseorang saat menyadari telah berbuat salah pada orang lain.

Mudik ketika Idul Fitri memiliki nilai-nilai kekerabatan hakiki yang perlu terus digali dan ditumbuh suburkan. Ini artinya, Lebaran juga bisa dimanfaatkan sebagai momentum untuk menanamkan nilai-nilai silaturahim kepada diri kita maupun keluarga kita. Bagaimana kita mesti bersikap kepada kedua orang tua, sanak-kerabat, tetangga, atau handai taulan ketika bermudik lebaran. Namun pada kenyataan tidak semua masyarakat Indonesia yang beragama Islam mampu dalam melakukan ritual silaturahim tahunan ini baik itu secara rutin atau sesekali, karena ketika melakukan “mudik lebaran” kita semua sadar diperlukan juga berbagai bentuk kesiapan, baik itu materi, tenaga, fikiran dan lain-lainya.

Halal bi Halal
“halal bi halal”. Meskipun ungkapan ini menggunakan bahasa arab, namun justru kurang familiar bagi orang arab sendiri. Karena dari segi tata bahasa arab tidak dikenal susunan kata yang semacam ini, mirip seperti kasus ungkapan “minal ‘aidin wal faizin” yang oleh sebagian ulama dikatakan: mungkin asalnya adalah ungkapan dalam bahasa lokal yang dibahasa-arab-kan. Arti “halal bi halal” kurang lebih adalah “halal bertemu halal”. Asal usul frasa ini pun ada banyak versi dan setiap daerah di Indonesia nampaknya punya sejarah masing-masing yang berbeda.

Kalangan pesantren dan kaum santri misalnya mengatakan bahwa bersama dengan ucapan ini, kedua belah pihak sepakat untuk saling menghalalkan segala sesuatu yang semula haram diantara mereka. Atau dalam bahasa yang sederhana “saling memaafkan satu sama lain”. Kegiatan “halal bi halal” ini kemudian oleh beberapa ulama diberikan rujukan dalil di dalam Al Quran sebagai landasan ritual budaya yang sudah mendarah daging di tengah masyarakat Indonesia tersebut.untuk meningkatkan dan menjaga kerukunan serta keharmonisan dalam hubungan bermasyarakat.

Lebih lanjut, Prof. Dr. Quraish Shihab menerangkan dalam bukunya Lentera Hati: Makna bentukan kata yang berasal dari “halal” antara lain berarti “menyelesaikan masalah, meluruskan benang kusut, melepaskan ikatan dan mencairkan yang beku”. Maka “halal bi halal” diterjemahkan sebagai kegiatan untuk “meluruskan benang kusut, menghangatkan hubungan yang beku sehingga cair kembali, melepaskan ikatan yang membelenggu, serta menyelesaikan masalah yang menghalangi terjalinnya keharmonisan hubungan”.

Dari segi budaya, “halal bi halal” dimaknai sebagai kesempatan untuk silaturahim, saling memaafkan dan mempererat pertalian kekeluargaan serta kekerabatan yang ini diyakini akan mampu menciptakan keharmonisan dan meningkatkan kerukunan diantara sesama di dalam masyarakat. Upaya ini mudah dipahami karena suku bangsa Indonesia memang amat erat persaudaraannya. Sehingga momentum “halal bi halal” dipandang sebagai suatu tuntunan ajaran agama, bagian dari ritual sekaligus sarana melestarikan budaya. mewakili budaya saling memaafkan sepanjang bulan Syawal (setelah bulan Ramadhan). Karena agama Islam mengajarkan bahwa pada bulan suci Ramadhan semua dosa diampuni Allah SWT kecuali dosa kepada sesama ummat manusia. Sehingga di bulan Syawal banyak dilakukan ritual budaya “halal bi halal” yaitu berkumpulnya handai taulan untuk saling memaafkan yang umumnya diselenggarakan melalui acara yang dirayakan secara besar-besaran mengundang sebanyak-banyaknya kerabat atau kelompok-kelompok pergaulan masyarakat. Bahkan bagi sebagian kalangan tokoh masyarakat atupun pejabat dikenal istilah “open house” .

Mungkin sedikit penjelasan mengenai silaturahim dengan konteks “halal bi halal” diatas memberikan gambaran nilai-nilai luhur dalam bersosial kemasyarakatan dalam menyambung silaturahim demi menjaga ukhuwah Islamiyah atau persaudaraan dalam Islam. Dan mari berdoa semoga semakin banyak diantara kita semua yang diberikan kelonggaran rezeki sehingga akan semakin banyak dan sering umat muslim mengulurkan tangan menyambung silaturahim apakah dengan konteks “halal bi halal” atau dalam konteks ber-silaturahim sesuai tuntunan islam yang lainya.

Sebagai penutup dalam tulisan singkat ini, Setiap tahun, terutama menjelang hari raya Idul Fitri jutaan umat Islam yang berada di tanah rantau pulang atau mudik ke kampung halamannya masing-masing. Tujuannya untuk bersilaturahim dengan orangtua, keluarga maupun kerabat lainnya sambil berlibur, bernostalgia, Mereka menjadikan Idul Fitri sebagai moment penting untuk melaksanakan kegiatan silaturahim. Sungguh tradisi ini patut diperhatikan sebagai manifestasi ajaran Islam yang telah di bawa baginda Rasulullah SAW. Namun tidak jarang hubungan diantara mereka yang berada di kota dan di kampung sedemikian renggang bahkan terputus akibat berbagai faktor penyebab. Dan dengan mudik lebaran yang bermotifkan silaturahim ini akan terjalin lagi hubungan tersebut; akan tersambung kembali yang selama ini putus serta terhimpun apa yang terserak. Yang demikian inilah yang dinamakan hakikat silaturahim.

Nabi saw. Bersabda: “Tidak bersilaturahim (namanya) orang yang membalas kunjungan atau pemberian, tetapi (yang dinamakan bersilaturahim adalah) yang menyambung apa yang putus” (Hadis Riwayat Bukhari). Itulah puncak silaturahim, yang dapat diwujudkan oleh mereka yang mudik dan juga oleh mereka yang tetap tinggal di rumah bila ia berusaha mengingat-ingat siapa yang hatinya pernah terluka oleh ulahnya atau atau yang selama ini jarang dikunjungi akibat faktor kesibukan atau dengan alasan lainya lalu mengundangnya untuk bersilaturahim kerumah ketika acara “halal bi halal”, hal seperti inilah yang dinamakan dengan menyambung kembali yang putus, menghangatkan, dan bahkan mencairkan yang beku.

Namun sebenarnya silaturrahmi tidak perlu dibatasi hanya pada saat hari raya Idul Fitri. Setiap saat kita umat muslim dianjurkan untuk menebar salam, menjalin silaturahim, semoga dengan bersilaturahim, fitnah bisa diredam, salah faham bisa terkoreksi, permusuhan bisa menurun. Juga melalui silaturahim diharapkan segala penyertaan beban emosi negatif yang bersumber dari konflik negatif yang biasanya diawali dari konflik interpersonal diantara kita dalam hubungan kita sehari-hari dengan siapapun dalam lingkup kehidupan sosial kemasyarakatan kita dapat lenyap, luluh dan sirna dari bathin kita, dengan adanya saling meminta maaf dan saling memaafkan ketika bersilaturahim.

Dan bagi umat muslim yang tidak sempat untuk “mudik Lebaran” guna menyambung silaturahim dengan sanak keluarga dan handai taulan di kampung halaman atau kurang memiliki kemampuan keuangan untuk membuat acara “halal bi halal” ataupun open house kecil-kecilan jangan berkecil hati, sesungguhnya Allah maha mengetahui yang mana yang baik buat kita semua, boleh jadi Allah.SWT memberikan kesempatan buat kita dilain waktu atau dalam konteks silaturahim yang berbeda namun memiliki nilai ibadah yang tidak kurang dimata Allah.SWT, oleh karena itu mari tetap “khusnudzon” atau berfikiran positif terhadapNya dan Semoga kita dapat mengambil hikmah dari apapun bentuk aktivitas silaturahim yang bisa kita lakukan dan semoga itu menjadi kunci terbukanya rahmat dan pertolongan Allah SWT bagi kita semua karena dengan terhubungnya silaturahim, maka ukhuwah Islamiyah akan terjalin dengan baik,..Wallahu’alam bi shawab.

Satukan tangan,satukan hati
indahnya silaturahim di hari yang fitri
Di hari kemenangan kita padukan
keikhlasan untuk saling memaafkan…


Kuala Lumpur,2010
Budi Hamuddin

Ps; Article ini dimuat di majalah TKI, Kuala Lumpur. Edisi September 2010 dlm versi yg agak sdikit berbeda.

Monday, September 13, 2010

Mpek-Mpek Palembang + Nasi goreng


Okay di cerita kali ini, saya akan memulai bercerita tentang godaan di pagi ini yang terasa berat, mengapa tidak …tpi sbelum ngelanjutin bacax janji dulu jangan ketawa…. Suerr yaa!!... yg ketawa awas disamber gledek… 

Ceritax gini, hari ini sy sbenarnya mau rencana mau puasa syawal hari yg ke pertama ,..first day cing!!..hehehe… maklum lagi rajin and berkah2 ramadhan yg masih bersisa … Nah dri smalam dah berucap niat tulus ikhlas, disertai dgn berbagai macam lafal doa2 …bahwa sanya hari ini mau memulai puasa syawal krna Allah.. sampai sini blum lucu sobat… so yang ketawa pasti rada2 sedeng…hehehe … 

namun pagix situasi menggemparkan terjadi di rumah kost kami yg tepat berada di lantai 17 sebuah apartment lusuh yg jarang tersentuh cat…. Ternyata kegemparan pagi itu krna ibu kost sya masak2 hehehe…… yang dimasakx adalah makanan khas palembang.dll …. Perang batin terjadi berkecamuk bgitu dahsyatx… ampe bengong kayak anak ayam ngeramin telur brontosaurus… pasti blum pernah liat kan… nggak usah dibayangin deh bengongx sya pagi itu…. soalx lagi Berkecamuk peperangan antara iman vs nafsu dalam hati sy ….. apa nmau gelanjutin puasa atw ikut makan mpek2 … apa daya ternyata si iman masih kecil, belum terlalu kuat untuk melawan godaan semangkok mpek2 khas palembang dan nasi goreng buatan housemate yg secara de facto merangkap bu kost kami... terpaksa.!!! .puasa hari ini di pending dulu…hehehe

#kata si hati# Mohon maafkan hambamu ini yaa Allah…. Hambamu ini belum terlalu kuat ngelawan nafsu pengen makan mpek2 pagi ini… #lantas dijawab si-perut# kan baru awal syawal ,…esok2 masih bolehkan puasa syawal lagi ..hehehe

KL 2010

BAD LUCK = Bad Choices+ Bad Habits

Ada banyak orang meyakini bahwa nasib baik adalah sebuah faktor utama yang dibutuhkan dalam meraih keberhasilan. Menurut mereka, beberapa orang telah digariskan untuk memiliki nasib baik, sementara yang lain memang bernasib buruk. Seolah-olah nasib baik dan nasib buruk adalah seperti sebuah takdir, garis tangan atau tanggal lahir yang tidak dapat diubah lagi.


Pernahkah Anda mendengar seseorang mengatakan bahwa nasibnya buruk? Atau Anda sendiri juga sering merasa kalau Anda bernasib buruk? Menurut saya tidak ada seorang pun yang bernasib buruk, yang ada hanyalah pilihan-pilihan buruk dan kebiasaan-kebiasaan buruk yang akhirnya menciptakan suatu keadaan yang buruk. Keadaan buruk inilah yang biasa orang-orang sebut dengan nasib buruk.

Ini berarti Anda juga dapat menciptakan nasib baik Anda sendiri dengan mulai mengambil pilihan-pilihan yang baik dalam kehidupan Anda dan membangun kebiasaan-kebiasaan yang baik pula, sehingga Anda dapat menikmati banyak hal-hal baik yang datang dalam setiap area kehidupan Anda.


inspired From Best Seller Book "The Achiever"

Friday, September 10, 2010

Cukur-cukuran di Malam Takbiran


Rindu yang menggelora...kalau bisa di simpulkan sih itulah perasaan yg terjadi pada saat itu...bagaimana tidak ...malam ini adalah malam takbiran boo!!....

Malam yang seharusx dihabiskan bersama keluarga dekat untuk menantikan datangx saat2 fitrah di hari yang fitri ... yakni lebaran idul fitri..... rindu yang teramat sangat mengingat ini semenjak di KL +2 taon di Batam, sy blum prnah pulang untuk merayakan malam takbiran dan ber-Idul Fitri di rumah bersama ibu bapak dan saudara-saudari saya.... namun apa mau dikata..inilah "tuntutan peran" dalam naskah kehidupan saya..... maka saya masih harus memainkan peran sebagai mahasiswa rantau yg belum bisa pulkam ke kampung halaman.....


Sedikit flashback kalau mengingat masa2 dulu,..biasax malam takbiran saya bersama kawan2 remaja masjid ikut takbiran keliling kampung atw teriak2 di mushollah kompleks kami yaa saya nyebutx teriak2 soalx lafal ;takbir, tahmid and tahlil waktu takbiran kami nggak jelas2 amat..jadi lebih mirip teriak2 atw lebih parah lagi mirip suara kucing minta kawin..hehee.. kalau yg ini mah hyperbola sih...


Nah memory di masa lalu itu yg coba sy rengkuh sedikit di tanah rantau ini… sekedar informasi… walaupun Malaysia ini mencetuskan diri sebagai negara Islam tpi perayaan takbiranya gak semeriah di Indonesia…. Namun itu tidak mengecilkan hati saya untuk mencari “nuansa takbiran” di KL…

Berkat kemampuan provokatif sy yang diatas rata2..hehehe akhir sy berhasil ngomporin seorang kawan untuk mau menemanin mencari nuansa takbiran langsung di masjid negara Malaysia… berharap di masjid istiqlalnya Malaysia ini kami bisa menemukan pengobat rindu di malam takbiran, maka berngkatlah kami berdua soalx kawan2 yg laen sdh pada mudik balik ke Indonesia , atw ada acara masing..

Setiba di Masjid Negara kami langsung ikut jemaah sholat Isya,.. dan selepas sholat isya… takbiranpun dimulai…. Semua jemaah pada khusyu mengikuti alunan takbir, tahlil dan tahmid yng di lantunkan… tak terasa air mata ini menetes bersamaan lantunan ayat kesyukuran serta ayat2 yg memuji Allah ketika itu… sedih, syahdu tertegun ketika kalimat2 itu terdengar membahana di seantero masjid…. Sedih karena teringat keluarga, juga sedih karena sudah akan segera berpisah dengan bulan suci Ramadhan, sedih karena harus menghabiskan lagi bulan puasa yg ntah apa tahun depan masih diberikan umur panjang agar bisa menjalaninya lagi…. Syahdu karena terlena oleh lantunan merdu sang bilal dan imam yg saling berganti memimpin lantunan ayat2 Allah itu… dan tertegun karena mengingat akan dosa2 dan amal yg cuman dikit buat bekal nanti di akhirat…. Ooh Allah berikan aku kesempatan agar bisa menjalani ramadhanmu ini sampai cucuku-bercucu..yaa Allah Agar amalanku banyak dengan berjalanya waktu….

Sedih sih ketika itu…malah kesanx mellow…tapi yang buat seruu…kami masuk TV oiiyyy,..ternyata acara itu diliput oleh station televisi Malaysia RTM1 dan RTM3 …yaa sejenis TVRI kalau di Indonesia… tapi itu bukan alasan kami sesunggukan dan terisak-isak menangis biar pak kameramen menyorot kami…. Yg jelas kami sedih malam itu dan juga hepi coz’ bisa masuppp tipi…hehehe

Nah selepas acara takbiran atw acara2 yg dilakukan di masjid biasax di masjid2 manapun di m’sia meneyediakan makanan dan minuman buat jamaah… ini salah satu agenda acara favorit kami…makan2…

Selepas balik dri takbiran di masjid Negara,… saya ke markas kawan2 di LT.7 apartment Taman Bukit Angkasa…selain silaturahim, ngatur strategi buat sholat ied esok juga mau minta tlg di cukurin sama kang Asep, kawan yg multi talented itu… soalx dia bukan hanya jago nyukur, banyak hal laenx yg bisa bikin iri orang…hehehe

Namun apa nyana kang Asep ternyata memilih mudik lebaran kali ini trus dari info yg saya denger…dia juga sengaja balik ke Indo biar bisa meminang kekasih idamanx… dan terbukti beberapa hari selepas dia balik ke indo..status di FBnya berubah dari single ke engaged…selamat yah kang…barakollah!!

Untunglah masih ada Mas Elit, ustad lulusan Gontor yang sedang menyelesaikan Thesis masterx di jurusan Quran hadits Univ. Malaya,..ustad muda ganteng yg selalu sumringah inipun ku todong biar bs mencukur rambutku malam itu,.. hehehe…ada dua alasan kenapa sy mau mencukur rambut sy ketika itu..pertama biar esok ketika Lebaran kelihatan lebih fresh trus yg kedua dalam rangka penghematan… hehehe

Dan ternyata tangan dingin mas Elit menghantarkan aku ke gerbang “lebih ganteng” dari tampilan sebelumnya..hehehe ….kalau bukan sya yg muji diri sendir trus siapa lagi dong…hahaha www.narsis_mode.on

Nah kebetulan ketika itu sahabat saya yg tak kalah gantengx dengan saya mas Zainal yang sebelas dua belas alasannya dengan saya …..pengen juga di cukur sama mas Elit artinya no. antrian dia selepas saya..hehe tapi krn sy ngelihat mas Elit sdh kecapean selepas mencukur saya..maka saya menawarkan bantuan agar saya saja yg ngecukur rambutnya… dan dia mau aja saya cukur.. nah inilah awal dari penyesalanx dia selama berminggu2 kedepan..hehehe

Akhirnya selepas bergelut sampai jam 2 pagi akhirx sy berhasil meneyelesaikan operasi pangkas rambut pertama saya setelah bertahun2 nggak pernah lagi memangkas rambut orang…dan hasilx “cukup mengecewakan”…. Hehehe… mas Zainal nggak bertambah gantengnya….. untung dianya adalah salah satu lulusan terbaik pesantren Gontor jadi masalah bersabar dia sangat paham..hehehe sambil mengucapkan “thank you” dia mengamati rambut barux yg mirip Leonardo di Caprio lepas ketiban tangga di cermin..saya yakin dalam hati di pasti bilang “ini yg terkahir kalinya sy mau dicukur sama bang budi”….hehehehe…sorry dorry morry mas yaa,... tapi dikau cukup ganteng kok dimataku .. hehe


Memory malam takbiran 2010 di KL

Budi Hamuddin

Wednesday, September 1, 2010

Apa kita Indonesia dan Malaysia, mau berperang……WHO KNOWS??



Lagi bulan Ramadhan kok gontok-gontokan, sedang puasa kok hujat-hujatan, “Sepertinya kita sedang diadu domba, bener nggak bud??”….. Itulah sepenggal kalimat melalui telepon yang saya terima dari seorang dosen senior di sebuah institusi pendidikan tinggi di pekanbaru yang menelpon katanya selepas dia shalat taraweh, seorang sahabat yang mencoba mencari tahu keberadaan kawannya di tengah hiruk pikuk panasnya pemberitaan media di Indonesia tentang konflik bilateral Malaysia dan Indonesia. Sekedar informasi ini adalah telepon yg kesekian kalinya dari Indonesia, belum lagi sms-sms serta inbox di jejaring sosial dengan nada yang sama, entah sdh berapa kawan yang mempertanyakan mengenai kabar kami dan situasi terkini di Malaysia dalam kurun waktu beberapa hari ini, terlebih-lebih hari ini adalah 31 Agustus bertepatan dengan HUT kemerdekaan Malaysia yang ke.53.

Situasi di tanah air saat ini mungkin sedang panas-panasnya mengenai hubungan Indonesia dan Malaysia, dua negara yang bertetangga dan serumpun yang semakin renggang dengan berbagai polemik yang berkepenjangan. Situasi ini semakin memanas dengan peristiwa ditangkapnya tiga pegawai Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) oleh Marine Police Malaysia (MPM) 13 Agustus lalu di perairan Tanjungberakit Bintan Kep.Riau, yang di perparah dengan blow up besar-besaran di sejumlah media massa baik cetak maupun elektronik di tanah air, blow up besar-besaran ini semakin bertambah parah karena juga didukung dengan pernyataan-pernyataan dengan nada-nada yang panas serta provokatif baik dari sejumlah elemen masyarakat, anggota parlemen, pemerintah serta petinggi-petinggi TNI, dan semuanya mengarah kepada konfrontasi atau konflik senjata …..melihat berita-berita tersebut timbul satu pertanyaan buat kita semua ”Apa kita memang sudah mau berperang dengan Malaysia???”

Sebelum menjawab pertanyaan diatas ada bagusnya kita sedikit berfikir mengenai “untung-rugi” jika perang antara Indonesia dan Malaysia terjadi. Perang antara 2 negara serumpun yang acap kali di sebut “Adik-kakak” itu meletus. Naah!! Oleh karena itu Saya akan mengajak kawan-kawan semua mulai berfikir siapa sih yang akan diuntungkan jika Negara kita yang kita sayangi Indonesia berperang melawan Malaysia...???

Apakah negara kecil yang berada di perbatasan Indonesia-Malaysia yg kerap mencuri pasir-pasir di Kepulauan Riau untuk perluasan daratanya, yang sering melindungi para koruptor-koruptor Indonesia ketika lari kesana, yang akan diuntungkan ???….

Apakah negara adidaya produsen senjata, yang senjatanya akan laku keras jika kedua negara serumpun ini berperang, yang akan diuntungkan???,… atau

Apakah orang-orang kita sendiri para pejabat kita sendiri atau pengusaha dari kita sendiri yang jika terjadi konflik akan diuntungkan dengan adanya proyek-proyek dengan dana yang besar.???...

Who knows???

Ataukah ini jangan-jangan hanya pengalihan isu dari beberapa kasus besar yang terjadi di tanah air seperti berbagai skandal perampokan uang rakyat melalui kasus BLBI, Bank Century, Rekening Gendut Polisi, kenaikan BBM & harga bahan pokok, Penangkapan Susno Duadji, buruknya birokrasi dan pelayanan publik, maraknya korupsi, serta pelemahan KPK…

Who knows??

Dengan adanya isu panas menyangkut kurang harmonisnya hubungan Indonesia-Malaysia “mungkin” jauh lebih efektif membuat rakyat jadi lupa terhadap penipuan, pembodohan dan perampokan uang rakyat yang telah, sedang dan akan berlaku di RI, termasuk isu akan naiknya Tarif Dasar Listrik. Bukankah isu “kaos nasionalisme yang kesempitan” seperti ini jauh lebih efektif untuk menjadi pengalihan isu, karena isu-isu yang lain seperti isu penangkapan AB Baasyir, isu vcd porno artis, isu teroris, isu FPI dan sebagainya dinilai kurang berhasil.

Who knows?? …

Ataukah ini cuman permainan dari sebuah skenario agar meluluskan beberapa proyek besar yang berhubungan dengan pertahanan keamanan serta akan dibangunnya sebuah gedung mewah untuk anggota parlemen bersidang…

Who knows?? …

Namun yang pasti jika ada diantara hipeotesa diatas ini yang benar, maka kita yang ikut larut ber-emosi-ria dalam konteks yang kita anggap nasionalisme dan patriotisme, benar-benar sudah di kadalin di bohongi dan di tipu mentah-mentah dengan pengalihan isu ini. Isu memanas-manasi hubungan Indonesia-Malaysia. dua negara muslim Melayu serumpun yang bertetangga yang kaya dengan SDM & SDA agar tidak menjadi sebuah kekuatan kompak yang kelak bisa menyaingi dominasi Barat, atau isu memanas-manasi hubungan kedua negara ini bertujuan sebagai bagian dari sebuah skenario pelanggengan kekuasaan.

lagi-lagi who knows?? …

Nah sekarang mari kita berfikir siapa yang akan dirugikan jika memang benar-benar terjadi perang antara Malaysia dan Indonesia,..

………Apakah 2 juta rakyat Indonesia yang bekerja di Malaysia yang akan rugi?? Mereka yang bekerja di perusahaan, di ladang pertanian, dan di berbagai lapangan pekerjaan, yang mana disebabkan karena di tanah air kita lapangan pekerjaan amat sangat terbatas yang bisa memberikan penghidupan yang lebih layak …Dan apakah ada diantara 2 juta rakyat Indonesia di Malaysia yang bekerja itu ada saudara atau keluarga anda???...klw tidak ada? anda tidak dirugikan dengan perang ini, maka biarlah perang..! itu mungkin mau anda??… namun yang pasti banyak diantara kami yang memiliki sanak saudara, handai taulan, sahabat, kekasih maupun orang yang kami hormati tinggal di Malaysia.

………Apakah 13,000 pelajar dan mahasiswa Indonesia yang belajar di Malaysia? Mereka yang belajar di sekolah-sekolah maupun universitas-universitas ternama baik negeri maupun swasta mulai dari kuala-lumpur, daerah pantai barat, daerah pantai timur maupun didaratan sabah-serawak. Banyak diantara mereka memilih kuliah disini bukan hanya karena faktor kedekatan atau budaya yang hampir sama, namun banyak juga diantara mereka yang memilih kuliah disini karena tidak sanggup membayar tingginya biaya untuk mendapatkan pendidikan berkualitas di tanah air… Dan apakah diantara ke.13.000 mahasiswa dan pelajar Indonesia yang ada di Malaysia, itu ada saudara atau keluarga anda??? klw tidak ada? anda tidak dirugikan dengan perang ini, maka biarlah perang..! itu mungkin mau anda,??… namun yang pasti kami adalah bagian dari 13.000 pelajar Indonesia yang sedang belajar di Malaysia.

………Apakah tentara Indonesia yang berjumlah 316.000 tentara aktif, 400.000 pasukan cadangan, dan 207.000 paramiliter. yang ketika perang meletus akan dikirim ke Malaysia yang rugi… karena boleh jadi mereka tidak akan pulang dengan selamat atau utuh, karena perang pasti akan membawa korban… Dan apakah diantara mereka semua itu, ada saudara atau keluarga anda??? klw tidak ada? anda tidak dirugikan dengan perang ini, maka biarlah perang..! itu mungkin mau anda,??… namun yang pasti diantara mereka ada keluarga kami.

………Apakah 250 juta penduduk Indonesia yang akan rugi??.. karena boleh jadi dana yang seyogyanya dipergunakan untuk kepentingan sosial, pendidikan, ekonomi .dll akan tersita ke persenjataan dan segala tetek bengek yang berhubungan dengan perang, karena perang selalu memakan biaya yang besar,.. biaya yang seharusnya bisa mensejahterakan ratusan juta penduduk Indonesia harus tertelan untuk biaya keangkuhan sebuah peperangan… Dan apakah diantara 250 juta penduduk Indonesia itu ada anda, saudara atau keluarga anda??? Klw tidak ada? anda tidak dirugikan dengan perang ini, maka biarlah perang..! itu mungkin mau anda,??… namun yang pasti kami merupakan bagian dari 250 juta penduduk Indonesia, dan kami tidak rela uang dari kami melalui pajak, ataupun pemasukan negara dari berbagai sumber-sumber pemasukan negara untuk membangun, jalan sekolah, rumah sakit, jembatan.dll buat kesejahteraan kami dan kemaslahata negara kami diperuntukkan untuk membeli pelor dan sejenisnya guna menembaki sesama tentara muslim, dan yang lebih mengerikan lagi diantara ke 250 juta penduduk Indonesia tersebut pasti ada yang akan menjadi korban peperangan, dan saya harap itu bukan anda!!

Kawan-kawan sekalian itu sedikit hipotesa dan gambaran mengenai “untung rugi” siapa yang di untungkan dan siapa yang kelak merugi jika Indonesia dan Malaysia berperang, sebenaranya masih banyak “apakah-apakah” atau “who knows-es” yang lain maupun prediksi-prediksi yang lainya namun karena berbagai keterbatasan-keterbatasan maka saya hanya mengangkat beberapa hal diatas, semoga itu bisa memantik rasa “critical thinking” kita, kemampuan kita untuk menelaah sesuatu dan bukan menelan bulat-bulat sesuatu, kemampuan kita untuk berfikir lebih jernih. Sekali lagi Hipotesa maupun prediksi2 diatas cuman sebagai pengantar dalam melihat konteks konflik Indonesia-malaysia dalam sudut pandang “untung-rugi” jika memang perang terjadi.

Sedikit overview, Malaysia dan Indonesia adalah dua negara yang serumpun, dua negara yang bertetangga dekat, dua negara yang memiliki SDM dan SDA yang sugguh luar biasa serta 2 negara yang majoritas penduduknya memeluk agama islam. Agama yang penuh dengan ajaran perdamaian dan saling tolong menolong. Agama yang menjadi “Rahmatan Lil Alamien”. Dan saat ini 2 negara ini sedang mendapatkan cobaan di dalam bulan suci ramadhan dengan adanya konflik yang berkepanjangan akibat pragmatisme dan opurtunisme segelintir orang.
Di bulan suci yang penuh berkah ini, mari kita lebih bijak dan lebih arif dalam dalam melihat permasalahan yang terjadi antara negeri kita yang tercinta Indonesia dan negeri tetangga kita Malaysia,

apa sebenarnya yang terjadi??
apa sebenarnya pokok permasalahannya?
dan apa yang seharusnya dan sebaiknya kita perbuat?

Bukankah kita bangsa Indonesia adalah bangsa arif dan ke-arifan sudah menjadi bagian dari kehidapan tradisi turun temurun kita, apa yang terjadi dengan bangsa kita ini, kemana perginya kearifan bangsa kita yang sangat terkenal, kearifan-kearifan lokal yang mewarnai perjalanan bangsa dan negara kita..

Sedikit saya berbicara tentang ke arifan lokal dalam konteks ini, konteks dimana rakyat Indonesia terpancing rasa nasionalismenya akibat sikap arogan Malaysia sehingga menimbulkan riak-riak ketidakpuasan dan polemik yang berkepanjangan. Dalam hal ini saya jadi ingin mengangkat nasehat dari Rahman Arge seorang budayawan asal Makassar yang dalam opininya di sebuah surat kabar mengangkat “pappaseng taurioloa” (pesan-pesan leluhur) Makassar yang menekankan "BOYAI RIKALENNU". Suatu pesan Leluhur yang kurang lebih bermakna: Introspeksi! Apabila kita diremehkan orang, kata leluhur, segera "geledah DIRI", dengan akal sehat dan HATI terkendali. Cari pada dirimu! Yaitu "apa kekuranganmu"? Apa yang "bolong" dalam harga diri dan martabatmu?

Yah .. Introspeksi diri terlebih dahulu !! saya fikir nasehat yang sangat bagus, memang benar kita harus mengakui dengan jujur negeri kita tercinta ini “sedang sakit” dengan pelbagai permasalahan dan kekurangan, akibat salah urus negeri. Nah disinilah diperlukan pemeriksaan, penganalisisan dan pemberian treatmen yang tepat agar segala jenis “penyakit” baik itu; korupsi, kolusi, nepotisme, pragmatisme, opurtunisme.dll yang menjangkiti negeri kita ini bisa disembuhkan. Jiwa dan raga negeri ini harus sehat agar kita bisa angkat KEPALA kepada Dunia sebagai manusia ber-MARTABAT! Dan saya yakin ketika kita sudah sampai ke level itu, negara lain akan berfikir banyak kali untuk menyepelekan kita.

Untuk permasalahan seperti penangkapan di wilayah laut, masalah perbatasan negara. dll yang menjadi urusan negara, biarlah di urus negara dengan berbagai kesatuan dan Departemennya, bukankah itu tugas mereka dan bukankah mereka digaji buat itu. Biarlah mereka menjalankan jurus-jurus diplomasi andalan mereka, dan mari kita berdoa di bulan ramadhan yang penuh berkah ini agar bisa membawa kemaslahatan buat kita semua. Masalah lamban ataw kurang tegasnya dlam pandangan kita mengenai kinerja pimpinan kita, presiden kita serta jajarannya boleh jadi mengkhawatirkan kita semua namun mari kita berpositif thinking, boleh jadi itu adalah termasuk strategi diplomasi, bukankah presiden kita terkenal jago berstrategi.

Namun kalau mengenai diplomasi antara Indonesia dan malaysia saya jadi merindukan sosok JK yg tegas ketika berdiplomasi dgn Najib tun Razak perdana mentri Malaysia, waktu menyelesaikan kasus ambalat untuk pertama kalinya, saat itu JK menggunakan gaya diplomasi ala Bugis yang kita tidak akan temukan dalam buku-buku strategi diplomasi.

Ceritanya begini…..

Saat itu JK ke Malaysia dan berdialog dgn Najib masing ditemani oleh 5 Menteri dan 5 Menteri plus Duta besar kita. Saat pertemuan itu, JK bilang ke Najib “ Najib…Ambalat itu masalah sensitive, itu bisa membuat kita perang. Kalau kita perang, belum tentu siapa yang menang. Tapi satu hal yang mesti you ingat, di Malaysia ini ada 1 juta orang Indonesia, 1000 orang saja saya ajari Bom, dan mereka Bom ini gedung-gedung di Malaysia maka habislah kalian”
Saat itu pak Najib kaget, dia sadar sebagai sesama Bugis, ancaman JK bukan hanya gertakan belaka. Trus Najib bilang bilang ke JK “pak Jusuf, tidak bisa begitu”
lalu, JK bilang ke Najib “makanya mari kita berunding, terus terang saya kadang tidak suka sama you punya Negara, Buruh-buruh Ilegal dari Indonesia ditangkapi kayak binatang, sedangkan majikannya tidak ditangkap, padahal kalau ada buruh Ilegal maka tentu ada juga majikan illegal. Setiap ada Ilegal loging pasti orang Malaysia yang ambil, begitu ada kebakaran hutan mereka marah-marah, padahal hampir sepanjang tahun mereka menghirup udara segar yang dihasilkan oleh hutan-hutan di Indonesia, satu bulan saja ada kabut asap mereka marah marah. Dan juga setiap ada ledakan Bom di Indonesia selalu orang Malaysia dalangnya”

Waktu itu Pak Dubes langsung membisiki JK “Pak, Ini sepertinya sudah melewati batas diplomasi”
JK langsung bilang ke dia “kau kan Dubes, yah sudah kau perbaikilah mana yang lewat”

Setelah itu, untuk menunjukkan ketidak sukaan saya kepada Malaysia JK menolak menginap di Kuala Lumpur, JK bilang saya mau menginap di kampong Bugis di Johor sana. Akhirnya pak Najib ikut juga ke sana.
Malamnya di Johor, mereka makan malam dan nyanyi-nyanyi, mengundang Siti Nurhaliza, sampai jam 1 malam sampai ngantuk. Keesokan paginya mereka main golf, dan saat itu juga masalah Ambalat selesai.

Dengan gaya Diplomasi ala Bugis yang tegas, masalah ambalat selesai…Dan sampai pak JK melepaskan jabatanya sebagi Wapres, kalau ada tentara Malaysia datang lagi di Ambalat, JK tinggal telpon Najib “Hey Najib, jangan lagi kau kirim, you punya tentara ke Ambalat, kita bisa perang nanti”

Hahaha… itulah diplomasi ala Pak JK, dalam menyelesaikan permasalahan ambalat ketika beliau menjabat sebagai wapres RI, sosok yang tegas namun bisa mendamaikan berbagai konflik ditanah air, termasuk di Aceh, poso, maluku.dll, Sosok dengan gaya tegas yang mampu menempatkan ketegasan pada tempat yang proporsional sehingga bisa mendamaikan konflik, semoga kita juga termasuk orang2 yang bisa mendamaikan ketika saudara-saudara kita seagama terlibat konflik, bukankah itu termasuk tanggung jawab kita sebagai orang islam.
“Sesungguhnya orang beriman itu adalah bersaudara, karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu dan bertakwalah kepada Allah semoga kamu mendapat rahmat” (QS: al-Hujurat ayat 10)
Nah dibulan yang penuh berkah ini mari kita belajar lebih bersabar lebih arif dan mari mari kita ikut berperan dalam mendamaikan konflik Indonesia Malaysia biar kita semua mendapatkan rahmatNya.

Kuala Lumpur . 31 Agustus-1 September 2010

Oleh: Budi Hamuddin

ps; ditulis sebagai oleh-oleh HUT kemerdekaan Malaysia yg ke 53.