Pages

Wednesday, September 1, 2010

Apa kita Indonesia dan Malaysia, mau berperang……WHO KNOWS??



Lagi bulan Ramadhan kok gontok-gontokan, sedang puasa kok hujat-hujatan, “Sepertinya kita sedang diadu domba, bener nggak bud??”….. Itulah sepenggal kalimat melalui telepon yang saya terima dari seorang dosen senior di sebuah institusi pendidikan tinggi di pekanbaru yang menelpon katanya selepas dia shalat taraweh, seorang sahabat yang mencoba mencari tahu keberadaan kawannya di tengah hiruk pikuk panasnya pemberitaan media di Indonesia tentang konflik bilateral Malaysia dan Indonesia. Sekedar informasi ini adalah telepon yg kesekian kalinya dari Indonesia, belum lagi sms-sms serta inbox di jejaring sosial dengan nada yang sama, entah sdh berapa kawan yang mempertanyakan mengenai kabar kami dan situasi terkini di Malaysia dalam kurun waktu beberapa hari ini, terlebih-lebih hari ini adalah 31 Agustus bertepatan dengan HUT kemerdekaan Malaysia yang ke.53.

Situasi di tanah air saat ini mungkin sedang panas-panasnya mengenai hubungan Indonesia dan Malaysia, dua negara yang bertetangga dan serumpun yang semakin renggang dengan berbagai polemik yang berkepenjangan. Situasi ini semakin memanas dengan peristiwa ditangkapnya tiga pegawai Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) oleh Marine Police Malaysia (MPM) 13 Agustus lalu di perairan Tanjungberakit Bintan Kep.Riau, yang di perparah dengan blow up besar-besaran di sejumlah media massa baik cetak maupun elektronik di tanah air, blow up besar-besaran ini semakin bertambah parah karena juga didukung dengan pernyataan-pernyataan dengan nada-nada yang panas serta provokatif baik dari sejumlah elemen masyarakat, anggota parlemen, pemerintah serta petinggi-petinggi TNI, dan semuanya mengarah kepada konfrontasi atau konflik senjata …..melihat berita-berita tersebut timbul satu pertanyaan buat kita semua ”Apa kita memang sudah mau berperang dengan Malaysia???”

Sebelum menjawab pertanyaan diatas ada bagusnya kita sedikit berfikir mengenai “untung-rugi” jika perang antara Indonesia dan Malaysia terjadi. Perang antara 2 negara serumpun yang acap kali di sebut “Adik-kakak” itu meletus. Naah!! Oleh karena itu Saya akan mengajak kawan-kawan semua mulai berfikir siapa sih yang akan diuntungkan jika Negara kita yang kita sayangi Indonesia berperang melawan Malaysia...???

Apakah negara kecil yang berada di perbatasan Indonesia-Malaysia yg kerap mencuri pasir-pasir di Kepulauan Riau untuk perluasan daratanya, yang sering melindungi para koruptor-koruptor Indonesia ketika lari kesana, yang akan diuntungkan ???….

Apakah negara adidaya produsen senjata, yang senjatanya akan laku keras jika kedua negara serumpun ini berperang, yang akan diuntungkan???,… atau

Apakah orang-orang kita sendiri para pejabat kita sendiri atau pengusaha dari kita sendiri yang jika terjadi konflik akan diuntungkan dengan adanya proyek-proyek dengan dana yang besar.???...

Who knows???

Ataukah ini jangan-jangan hanya pengalihan isu dari beberapa kasus besar yang terjadi di tanah air seperti berbagai skandal perampokan uang rakyat melalui kasus BLBI, Bank Century, Rekening Gendut Polisi, kenaikan BBM & harga bahan pokok, Penangkapan Susno Duadji, buruknya birokrasi dan pelayanan publik, maraknya korupsi, serta pelemahan KPK…

Who knows??

Dengan adanya isu panas menyangkut kurang harmonisnya hubungan Indonesia-Malaysia “mungkin” jauh lebih efektif membuat rakyat jadi lupa terhadap penipuan, pembodohan dan perampokan uang rakyat yang telah, sedang dan akan berlaku di RI, termasuk isu akan naiknya Tarif Dasar Listrik. Bukankah isu “kaos nasionalisme yang kesempitan” seperti ini jauh lebih efektif untuk menjadi pengalihan isu, karena isu-isu yang lain seperti isu penangkapan AB Baasyir, isu vcd porno artis, isu teroris, isu FPI dan sebagainya dinilai kurang berhasil.

Who knows?? …

Ataukah ini cuman permainan dari sebuah skenario agar meluluskan beberapa proyek besar yang berhubungan dengan pertahanan keamanan serta akan dibangunnya sebuah gedung mewah untuk anggota parlemen bersidang…

Who knows?? …

Namun yang pasti jika ada diantara hipeotesa diatas ini yang benar, maka kita yang ikut larut ber-emosi-ria dalam konteks yang kita anggap nasionalisme dan patriotisme, benar-benar sudah di kadalin di bohongi dan di tipu mentah-mentah dengan pengalihan isu ini. Isu memanas-manasi hubungan Indonesia-Malaysia. dua negara muslim Melayu serumpun yang bertetangga yang kaya dengan SDM & SDA agar tidak menjadi sebuah kekuatan kompak yang kelak bisa menyaingi dominasi Barat, atau isu memanas-manasi hubungan kedua negara ini bertujuan sebagai bagian dari sebuah skenario pelanggengan kekuasaan.

lagi-lagi who knows?? …

Nah sekarang mari kita berfikir siapa yang akan dirugikan jika memang benar-benar terjadi perang antara Malaysia dan Indonesia,..

………Apakah 2 juta rakyat Indonesia yang bekerja di Malaysia yang akan rugi?? Mereka yang bekerja di perusahaan, di ladang pertanian, dan di berbagai lapangan pekerjaan, yang mana disebabkan karena di tanah air kita lapangan pekerjaan amat sangat terbatas yang bisa memberikan penghidupan yang lebih layak …Dan apakah ada diantara 2 juta rakyat Indonesia di Malaysia yang bekerja itu ada saudara atau keluarga anda???...klw tidak ada? anda tidak dirugikan dengan perang ini, maka biarlah perang..! itu mungkin mau anda??… namun yang pasti banyak diantara kami yang memiliki sanak saudara, handai taulan, sahabat, kekasih maupun orang yang kami hormati tinggal di Malaysia.

………Apakah 13,000 pelajar dan mahasiswa Indonesia yang belajar di Malaysia? Mereka yang belajar di sekolah-sekolah maupun universitas-universitas ternama baik negeri maupun swasta mulai dari kuala-lumpur, daerah pantai barat, daerah pantai timur maupun didaratan sabah-serawak. Banyak diantara mereka memilih kuliah disini bukan hanya karena faktor kedekatan atau budaya yang hampir sama, namun banyak juga diantara mereka yang memilih kuliah disini karena tidak sanggup membayar tingginya biaya untuk mendapatkan pendidikan berkualitas di tanah air… Dan apakah diantara ke.13.000 mahasiswa dan pelajar Indonesia yang ada di Malaysia, itu ada saudara atau keluarga anda??? klw tidak ada? anda tidak dirugikan dengan perang ini, maka biarlah perang..! itu mungkin mau anda,??… namun yang pasti kami adalah bagian dari 13.000 pelajar Indonesia yang sedang belajar di Malaysia.

………Apakah tentara Indonesia yang berjumlah 316.000 tentara aktif, 400.000 pasukan cadangan, dan 207.000 paramiliter. yang ketika perang meletus akan dikirim ke Malaysia yang rugi… karena boleh jadi mereka tidak akan pulang dengan selamat atau utuh, karena perang pasti akan membawa korban… Dan apakah diantara mereka semua itu, ada saudara atau keluarga anda??? klw tidak ada? anda tidak dirugikan dengan perang ini, maka biarlah perang..! itu mungkin mau anda,??… namun yang pasti diantara mereka ada keluarga kami.

………Apakah 250 juta penduduk Indonesia yang akan rugi??.. karena boleh jadi dana yang seyogyanya dipergunakan untuk kepentingan sosial, pendidikan, ekonomi .dll akan tersita ke persenjataan dan segala tetek bengek yang berhubungan dengan perang, karena perang selalu memakan biaya yang besar,.. biaya yang seharusnya bisa mensejahterakan ratusan juta penduduk Indonesia harus tertelan untuk biaya keangkuhan sebuah peperangan… Dan apakah diantara 250 juta penduduk Indonesia itu ada anda, saudara atau keluarga anda??? Klw tidak ada? anda tidak dirugikan dengan perang ini, maka biarlah perang..! itu mungkin mau anda,??… namun yang pasti kami merupakan bagian dari 250 juta penduduk Indonesia, dan kami tidak rela uang dari kami melalui pajak, ataupun pemasukan negara dari berbagai sumber-sumber pemasukan negara untuk membangun, jalan sekolah, rumah sakit, jembatan.dll buat kesejahteraan kami dan kemaslahata negara kami diperuntukkan untuk membeli pelor dan sejenisnya guna menembaki sesama tentara muslim, dan yang lebih mengerikan lagi diantara ke 250 juta penduduk Indonesia tersebut pasti ada yang akan menjadi korban peperangan, dan saya harap itu bukan anda!!

Kawan-kawan sekalian itu sedikit hipotesa dan gambaran mengenai “untung rugi” siapa yang di untungkan dan siapa yang kelak merugi jika Indonesia dan Malaysia berperang, sebenaranya masih banyak “apakah-apakah” atau “who knows-es” yang lain maupun prediksi-prediksi yang lainya namun karena berbagai keterbatasan-keterbatasan maka saya hanya mengangkat beberapa hal diatas, semoga itu bisa memantik rasa “critical thinking” kita, kemampuan kita untuk menelaah sesuatu dan bukan menelan bulat-bulat sesuatu, kemampuan kita untuk berfikir lebih jernih. Sekali lagi Hipotesa maupun prediksi2 diatas cuman sebagai pengantar dalam melihat konteks konflik Indonesia-malaysia dalam sudut pandang “untung-rugi” jika memang perang terjadi.

Sedikit overview, Malaysia dan Indonesia adalah dua negara yang serumpun, dua negara yang bertetangga dekat, dua negara yang memiliki SDM dan SDA yang sugguh luar biasa serta 2 negara yang majoritas penduduknya memeluk agama islam. Agama yang penuh dengan ajaran perdamaian dan saling tolong menolong. Agama yang menjadi “Rahmatan Lil Alamien”. Dan saat ini 2 negara ini sedang mendapatkan cobaan di dalam bulan suci ramadhan dengan adanya konflik yang berkepanjangan akibat pragmatisme dan opurtunisme segelintir orang.
Di bulan suci yang penuh berkah ini, mari kita lebih bijak dan lebih arif dalam dalam melihat permasalahan yang terjadi antara negeri kita yang tercinta Indonesia dan negeri tetangga kita Malaysia,

apa sebenarnya yang terjadi??
apa sebenarnya pokok permasalahannya?
dan apa yang seharusnya dan sebaiknya kita perbuat?

Bukankah kita bangsa Indonesia adalah bangsa arif dan ke-arifan sudah menjadi bagian dari kehidapan tradisi turun temurun kita, apa yang terjadi dengan bangsa kita ini, kemana perginya kearifan bangsa kita yang sangat terkenal, kearifan-kearifan lokal yang mewarnai perjalanan bangsa dan negara kita..

Sedikit saya berbicara tentang ke arifan lokal dalam konteks ini, konteks dimana rakyat Indonesia terpancing rasa nasionalismenya akibat sikap arogan Malaysia sehingga menimbulkan riak-riak ketidakpuasan dan polemik yang berkepanjangan. Dalam hal ini saya jadi ingin mengangkat nasehat dari Rahman Arge seorang budayawan asal Makassar yang dalam opininya di sebuah surat kabar mengangkat “pappaseng taurioloa” (pesan-pesan leluhur) Makassar yang menekankan "BOYAI RIKALENNU". Suatu pesan Leluhur yang kurang lebih bermakna: Introspeksi! Apabila kita diremehkan orang, kata leluhur, segera "geledah DIRI", dengan akal sehat dan HATI terkendali. Cari pada dirimu! Yaitu "apa kekuranganmu"? Apa yang "bolong" dalam harga diri dan martabatmu?

Yah .. Introspeksi diri terlebih dahulu !! saya fikir nasehat yang sangat bagus, memang benar kita harus mengakui dengan jujur negeri kita tercinta ini “sedang sakit” dengan pelbagai permasalahan dan kekurangan, akibat salah urus negeri. Nah disinilah diperlukan pemeriksaan, penganalisisan dan pemberian treatmen yang tepat agar segala jenis “penyakit” baik itu; korupsi, kolusi, nepotisme, pragmatisme, opurtunisme.dll yang menjangkiti negeri kita ini bisa disembuhkan. Jiwa dan raga negeri ini harus sehat agar kita bisa angkat KEPALA kepada Dunia sebagai manusia ber-MARTABAT! Dan saya yakin ketika kita sudah sampai ke level itu, negara lain akan berfikir banyak kali untuk menyepelekan kita.

Untuk permasalahan seperti penangkapan di wilayah laut, masalah perbatasan negara. dll yang menjadi urusan negara, biarlah di urus negara dengan berbagai kesatuan dan Departemennya, bukankah itu tugas mereka dan bukankah mereka digaji buat itu. Biarlah mereka menjalankan jurus-jurus diplomasi andalan mereka, dan mari kita berdoa di bulan ramadhan yang penuh berkah ini agar bisa membawa kemaslahatan buat kita semua. Masalah lamban ataw kurang tegasnya dlam pandangan kita mengenai kinerja pimpinan kita, presiden kita serta jajarannya boleh jadi mengkhawatirkan kita semua namun mari kita berpositif thinking, boleh jadi itu adalah termasuk strategi diplomasi, bukankah presiden kita terkenal jago berstrategi.

Namun kalau mengenai diplomasi antara Indonesia dan malaysia saya jadi merindukan sosok JK yg tegas ketika berdiplomasi dgn Najib tun Razak perdana mentri Malaysia, waktu menyelesaikan kasus ambalat untuk pertama kalinya, saat itu JK menggunakan gaya diplomasi ala Bugis yang kita tidak akan temukan dalam buku-buku strategi diplomasi.

Ceritanya begini…..

Saat itu JK ke Malaysia dan berdialog dgn Najib masing ditemani oleh 5 Menteri dan 5 Menteri plus Duta besar kita. Saat pertemuan itu, JK bilang ke Najib “ Najib…Ambalat itu masalah sensitive, itu bisa membuat kita perang. Kalau kita perang, belum tentu siapa yang menang. Tapi satu hal yang mesti you ingat, di Malaysia ini ada 1 juta orang Indonesia, 1000 orang saja saya ajari Bom, dan mereka Bom ini gedung-gedung di Malaysia maka habislah kalian”
Saat itu pak Najib kaget, dia sadar sebagai sesama Bugis, ancaman JK bukan hanya gertakan belaka. Trus Najib bilang bilang ke JK “pak Jusuf, tidak bisa begitu”
lalu, JK bilang ke Najib “makanya mari kita berunding, terus terang saya kadang tidak suka sama you punya Negara, Buruh-buruh Ilegal dari Indonesia ditangkapi kayak binatang, sedangkan majikannya tidak ditangkap, padahal kalau ada buruh Ilegal maka tentu ada juga majikan illegal. Setiap ada Ilegal loging pasti orang Malaysia yang ambil, begitu ada kebakaran hutan mereka marah-marah, padahal hampir sepanjang tahun mereka menghirup udara segar yang dihasilkan oleh hutan-hutan di Indonesia, satu bulan saja ada kabut asap mereka marah marah. Dan juga setiap ada ledakan Bom di Indonesia selalu orang Malaysia dalangnya”

Waktu itu Pak Dubes langsung membisiki JK “Pak, Ini sepertinya sudah melewati batas diplomasi”
JK langsung bilang ke dia “kau kan Dubes, yah sudah kau perbaikilah mana yang lewat”

Setelah itu, untuk menunjukkan ketidak sukaan saya kepada Malaysia JK menolak menginap di Kuala Lumpur, JK bilang saya mau menginap di kampong Bugis di Johor sana. Akhirnya pak Najib ikut juga ke sana.
Malamnya di Johor, mereka makan malam dan nyanyi-nyanyi, mengundang Siti Nurhaliza, sampai jam 1 malam sampai ngantuk. Keesokan paginya mereka main golf, dan saat itu juga masalah Ambalat selesai.

Dengan gaya Diplomasi ala Bugis yang tegas, masalah ambalat selesai…Dan sampai pak JK melepaskan jabatanya sebagi Wapres, kalau ada tentara Malaysia datang lagi di Ambalat, JK tinggal telpon Najib “Hey Najib, jangan lagi kau kirim, you punya tentara ke Ambalat, kita bisa perang nanti”

Hahaha… itulah diplomasi ala Pak JK, dalam menyelesaikan permasalahan ambalat ketika beliau menjabat sebagai wapres RI, sosok yang tegas namun bisa mendamaikan berbagai konflik ditanah air, termasuk di Aceh, poso, maluku.dll, Sosok dengan gaya tegas yang mampu menempatkan ketegasan pada tempat yang proporsional sehingga bisa mendamaikan konflik, semoga kita juga termasuk orang2 yang bisa mendamaikan ketika saudara-saudara kita seagama terlibat konflik, bukankah itu termasuk tanggung jawab kita sebagai orang islam.
“Sesungguhnya orang beriman itu adalah bersaudara, karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu dan bertakwalah kepada Allah semoga kamu mendapat rahmat” (QS: al-Hujurat ayat 10)
Nah dibulan yang penuh berkah ini mari kita belajar lebih bersabar lebih arif dan mari mari kita ikut berperan dalam mendamaikan konflik Indonesia Malaysia biar kita semua mendapatkan rahmatNya.

Kuala Lumpur . 31 Agustus-1 September 2010

Oleh: Budi Hamuddin

ps; ditulis sebagai oleh-oleh HUT kemerdekaan Malaysia yg ke 53.

1 comments:

Anonymous said...

Malangnya sejak zaman Belanda sampai zaman SBY, pembesar-pembesar Indonesia banyak yang tegas pada bangsanya sendiri demi mengaut keuntungan pribadi...alias menjadi perpanjangan tangan fihak-fihak asing...diantara indikasinya...penagkapan pada tokoh2 yang memperjuangkan nilai yang diyakininya namun tidak disekai negara adidaya tertentu dengan cara yang tidak sesuai aturan yang berlaku. Pencurian pasir secara terencana oleh tetangga tapi dibiarkan oleh penguasa dll...

Dalam kasus dengan Malaysia saat ini terasa ada agenda lain...karena penanganan permasalahan tekesan tidak serius sehingga masalah yang semisal berkali-kali terulang...yang ujung-ujungnya Indonesia sering menjadi fihak yang dirugikan...