Disinilah.. kutuangkan apa itu "dunia" dalam sudut pandang seorang "bintang"... you must be wondering why i'm using bintang to address my self? ...well!!, actually its a blending from my full name+my dad's name...But who knows, someday i could be a star in the world history...amiiin
Di hari Raya Iedul Adha banyak sekali hewan ternak yang dikurbankan. Umat Islam meyakininya sebagai bagian dari warisan Nabi Ibrahim alaihissalaam. Kepada Ibrahim Tuhan mengajarkan kesediaan untuk berkorban. Kemudian ajaran itu diabadikan oleh Tuhan melalui Nabi-Nabi yang datang kemudian. Setiap mahluk yang tunduk kepada Tuhannya tentu akan dengan senang hati menjalani perintah-Nya. Termasuk hewan-hewan ternak itu. Tetapi, apakah setiap hewan kurban bersuka cita ketika mereka memberikan pengorbanan itu?
Di masa kecil, hati saya sering dipenuhi oleh kisah-kisah indah yang menceritakan tentang hewan-hewan yang senang kalau dipilih untuk menjadi kurban. Meskipun mereka mati, namun kematiannya membuat Tuhan senang. Sehingga, hewan-hewan itu bisa menjadi mahluk yang disayang oleh Tuhannya.
Setelah dewasa, sudut pandang saya mulai berubah. Bahkan, panca indera saya merasakan ada hewan yang meneteskan air mata ketika terpilih menjadi kurban. Semakin saya tua, semakin banyak cerita tentang hewan-hewan yang menangis itu. Lalu saya bertanya dalam hati; ”Apakah hewan-hewan di zaman ini sudah enggan untuk diajak lebih dekat dengan Tuhan?”
Lama saya memikirkan sebuah jawaban. Hingga saya kembali teringat tentang apa yang pernah saya alami dulu. Sewaktu masih kecil, saya adalah penggembala domba. Dan saya biasa berbicara dengan domba-domba saya. Kali ini pun saya merasa seolah tengah berdiskusi dengan mereka.”Wahai domba-dombaku,” Saya bertanya; ”mengapa sekarang kalian enggan menjadi hewan kurban?”
Domba-domba itu terperanjat, lalu menjawab;”Embeee...k” katanya.
”Kenapa begitu?” balas saya. Lalu mereka berkata:”Bekmbek, eeeeeembeeeeek....”
Anda yang tidak mengerti bahasa para domba tidak akan memahami isi dialog kami. Tapi, sekarang saya faham mengapa banyak hewan kurban yang menangis di hari raya Iedul Adha. Para domba bilang, mereka menangis karena banyak sekali orang yang berkurban bukan untuk mencari karunia Tuhan. Melainkan sekedar ingin mendapatkan pujian. Para domba dan teman-temannya sesama hewan kurban sedih sekali melihat perilaku para manusia. Mereka mengira bahwa kurbannya itu akan sampai kepada Tuhan sebagai suatu amalan. Padahal dengan niatnya yang tidak lurus lagi, tidak mungkin Tuhan menilainya sebagai suatu kebaikan.
Diantara manusia ada yang berkurban karena merasa ’tidak enak’ oleh tetangganya. ”Orang mampu kok tidak berkurban, apa kata dunia?” Padahal hanya soal membayar pajak yang boleh sambil bilang begitu.
Diantara mereka juga ada yang berkurban untuk sekedar pameran. ”Lihat nih, hewan kurban gue yang paling gede!”
Ada pula yang berkurban untuk beragam alasan lainnya selain mendekatkan diri kepada Tuhan. Ibadah sudah berubah menjadi sekedar ritual yang hampa akan makna. Maka wajar jika para hewan yang dikurbankan itu merasa pengorbanannya tidak lagi memiliki nilai spiritual seperti halnya yang diajarkan Tuhan kepada Ibrahim.
Domba-domba saya bercerita tentang betapa banyaknya manusia yang mengira bahwa kurbannya bakal diterima oleh Tuhan. Padahal, Tuhan sudah berfirman bahwa tidak sedikitpun bagian dari hewan kurban itu akan sampai kepada-Nya. Tidak dagingnya. Tidak darahnya. Bahkan tidak sekalipun hanya sehelai bulunya.
Domba-domba saya bercerita tentang betapa sedihnya mereka melihat tingkah polah manusia yang telah kehilangan esensi dari kurbannya. Mereka hanya melihat jasad kasar hewan-hewan yang dikurbankan. Padahal hakekat dari kurban melampaui batasan-batasan kasat mata belaka. Karena hakekat kurban adalah komitmen untuk menyembelih nafsu kebinatangan yang masih berkeliaran didalam diri kita.
Binatang tidak malu membuka-buka aurat didepan umum. Kita berkurban, tapi tetap berbangga hati dengan aurat-aurat yang kita perlihatkan. Binatang tidak segan untuk merebut makanan milik teman. Kita berkurban, tetapi masih berani merampas harta benda yang bukan hak kita. Binatang tidak sungkan untuk mengumbar syahwat dimana saja dan dengan siapa saja. Kita berkurban, tapi tidak lagi menghiraukan siapa yang muhrim dan siapa yang haram untuk berhubungan intim. Binatang juga berprinsip siapa yang paling kuat fisiknya, dialah yang menjadi rajanya. Kita berkurban, namun masih gemar menerapkan hukum rimba sehingga akal dan nurani kita tidak lagi berfungsi sebagaimana mestinya.
Domba-domba saya bercerita, betapa sedihnya mereka melihat tingkah polah manusia yang berkurban namun tetap membiarkan hidup sifat-sifat kebinatangan didalam dirinya. Sehingga di hari raya Iedul Adha, banyak orang yang kehilangan makna dari kurban yang dilakukannya. Diakhir pertemuan itu, domba-domba saya berpesan;”Jika engkau berkurban, maka luruskanlah niatmu hanya untuk Tuhanmu. Dan sembelihlah nafsu-nafsu kebinatangan didalam dirimu. Maka aku akan bersuka cita untuk menjadi simbol kurbanmu....”
Ketika domba saya hendak dikurbankan, dia terlihat meneteskan air mata. Lalu saya bertanya;”Mengapa engkau menangis? Apakah aku belum meluruskan niatku?”
Domba saya berkata;”Sekarang aku menangis oleh rasa syukurku, karena Tuhan telah memilihku menjadi hewan kurbanmu....”
source; blog; Dadang Kadarusman Leadership & People Development Training
Semua orang yang berusaha meningkatkan diri dan ilmu pengetahuannya pasti tahu bahwa hidup akan lebih mudah dijalani bila kita selalu berpikir positif. Tapi, bagaimana melatih diri supaya pikiran positiflah yang 'beredar' di kepala kita. Tak banyak yang tahu akan hal tersebut. Oleh karena itu, sebaiknya kita kenali saja dulu ciri-ciri orang yang berpikir positif dan mulai mencoba meniru jalan pikirannya.
1. Melihat masalah sebagai tantangan.
Bandingkan dengan orang yang melihat masalah sebagai cobaan hidup yang terlalu berat dan bikin hidupnya jadi paling sengsara sedunia.
2. Menikmati hidupnya.
Pemikiran positif akan membuat seseorang menerima keadaannya dengan besar hati, meski tak berarti ia tak berusaha untuk mencapai hidup yang lebih baik.
3. Pikiran terbuka untuk menerima saran dan ide.
Karena dengan begitu, boleh jadi ada hal-hal baru yang akan membuat segala sesuatu lebih baik.
4. Mengenyahkan pikiran negatif segera setelah pikiran itu terlintas di benak.
'Memelihara' pikiran negatif lama-lama bisa diibaratkan membangunkan singa tidur. Sebetulnya tidak apa-apa, ternyata malah bisa menimbulkan masalah.
5. Mensyukuri apa yang dimilikinya.
Dan bukannya berkeluh-kesah tentang apa-apa yang tidak dipunyainya
6. Tidak mendengarkan gosip yang tak menentu.
Sudah pasti, gosip berkawan baik dengan pikiran negatif. Karena itu, mendengarkan omongan yang tak ada juntrungnya adalah perilaku yang dijauhi si pemikir positif.
7. Tidak bikin alasan, tapi langsung bikin tindakan.
Pernah dengar pelesetan NATO (No Action, Talk Only), kan? Nah, mereka ini jelas bukan penganutnya.
8. Menggunakan bahasa positif.
Maksudnya, kalimat-kalimat yang bernadakan optimisme, seperti "Masalah itu pasti akan terselesaikan, " dan "Dia memang berbakat."
9. Menggunakan bahasa tubuh yang positif.
Di antaranya adalah senyum, berjalan dengan langkah tegap, dan gerakan tangan yang ekspresif, atau anggukan. Mereka juga berbicara dengan intonasi yang bersahabat, antusias, dan 'hidup'.
10. Peduli pada citra diri.
Itu sebabnya, mereka berusaha tampil baik. Bukan hanya di luar, tapi juga di dalam.
…
nah pertanyaanx "Apakah attitude pada diri kita sudah merangkum itu semua... kalau saya yang ditanya begitu...jawaban saya sederhana ...sy masih berusaha untuk melatih diri untuk bisa seperti itu..!!
Menjadi guru, bukanlah pekerjaan mudah. Didalamnya, dituntut pengabdian, dan juga ketekunan. Harus ada pula kesabaran, dan welas asih dalam menyampaikan pelajaran. Sebab, sejatinya, guru bukan hanya mengajarkan tapi juga mendidik. Hanya orang-orang tertentu saja yang mampu menjalankannya.
Dulu waktu masih di bangku kuliahan di fakultas umar bakri disebuah universitas di Makassar, kalimat-kalimat diatas sering kali terdengar, namun seringkali cuman masuk ditelinga kiri, hinggap sebentar di otak,lalu keluar lagi di telinga kanan, yah kalimat2 diatas kerap kali menjadi doktrin2 pamungkas yg kerap keluar dri mulut para dosen matakuliah yang mengajarkan “how to be a good teacher”… yayaya!!.. saya masih ingat kok siapa- nama dosen yang pernah ngucapin kalimat2 itu bahkan saya masih ingat kok siapa-siapa nama dosen-dosen yg pernah ngajar waktu di bangku kuliahanbahkan guru2 dri SD sampai STM pun rasa2 nya masih saya ingat,.. yaah minimal itulah appresiasi saya sebagai murid yg pernah mereka ajar dengan tidak melupakan nama mereka,… karena jauh dilubuk hati saya juga berharap kelak murid-murid yang pernah saya ajar tidak juga lupa terhadap saya…ngareeppp,,…hehehe
Menjadi guru memang penuh suka duka, itu yang sering saya tangkap dri pembicaraan dgn kawan2 yg seprofesi, baik dulu di Makassar di Batam ataupun skrg di Kuala Lumpur ini.. dari kisah2 yg diceritakan kawan2, sy bisa mengambil benang merah cerita mereka, bahwa …Menjadi guru juga bukan sesuatu yang gampang, apalagi jika tidak disertai dengan niatan tulus karena ingin mendidik dan membimbing para murid2nya.
Berat memang menjadi seorang guru yg bisa mendidik ..”not just teaching but also nurturing” diperlukan daya tahan tubuh yang lebih serta kesabaran diatas rata-rata apalagi menjadi guru bagi anak-anak yang mempunyai “keistimewaan”. …
Maksud sy keistimewaan disini adalah anak-anak didik yang lain dripada yg biasanya kita temui,…yaah ada yg bilang org cacat mental or fisik, ataw di Malaysia ada istilah OKU (orang kurang upaya), … yaah terserah deh gmn mau nyebutinnya,.. namun yang pasti saya ada sdikit cerita, sekaligus saya merasa beruntung sekali pernah menjadi guru anak-anak berlabel “istimewa" ini, walau hanya dalam kurun waktu yg singkat. Ada kenikmatan tersendiri, berada mengajar anak-anak dengan latar belakang 2 anak lelaki dyslexia dan sepasang anak Cerebral Palsy (sindroma gangguan otak belakang) yg menyebabkan mereka keterbelakangan mental
Ceritanya begini waktu itu ada kawan yang nge sms ketika saya baru saja selesai maen futsal bersama kawan2 di hari minggu, suatu rutinitas akhir pekan yg kerap kami lakukan untuk menjaga kebugaran tubuh serta silaturahim mhasiswa2 Indonesia di University Malaya, bunyi smsnya seperti ini…
Asslm… bud,.. ada 2 anak yg perlu guru privat untuk diajarin xxxx,anak yg stu umur 17 thun dan satunya lagi 15 tpi mereka agak terbelakang mentalnya, kalau mau hariselasa sdh bs dimulai, gmn …
Nah jadilah saya “cikgu” (guru) dadakan, … yah mau diapalagi selain saya perlu kerjaan waktu itu, serta berbagai alasan lainya seperti,saya perlu latihan mengajar,… maka proses belajar-mengajar pun dimulai,..dan sy berharap juga dengan mengajar mereka saya tdk lupa thd pelajaran yg pernah saya pelajari.. akhirnya anak-anak “istimewa” itudi bawah arahan “cikgu budi” hehehe memulai cerita kebersamaan mereka dan lumayan bertahan,
Mungkin karena saya betah ngajarin anak2 dgn jenis “istimewa” Lalu ada lagi kawan yang mewariskan kelas home tuitiondikarenakan dia harus kembali ke Indonesia dan sperti yg anda bisa tebak kali ini yg diwariskanya adalah 2 adik kakak…. Anak2“istimewa” penderita dyslexia.
Kisah kasih..kekekek..or cerita suka duka mengajarkan anak2 dengan keistimewaan, tersebut terlalu banyak yg berkesan bagi saya, namun yg pasti dari merekalah saya banyak mendapatkan ilmu,.. loh kok bisa, padahal kan saya yg ngajarin mereka??......... yah namun itulah faktanya saya mendpatkan banyak manfaat dari mengajar anak2 berlabel “istimewa” ini …… sinmplenya seperti ini; untuk anak yg menderita keterbelakangan mental saya lebih banyak di uji kesabaran,.. hehehe…
Coba deh bayangkan untuk mengajari hal yg sama saya harus mengulangi itu berkali2 bahkan mungkin seratusan kali… hari ini hafal pertemuan berikutnya sdh lupa lagi..hehehe,.. blum lagi klw dalam proses belajarnya mereka nggak mood atw bertengkar sesamanya,.. atw yg lebih parah kalau ada diantara mereka yg lagi belajar tiba2 ngompol..bisa dibayangkan betapa serunya anak remaja umur 17 tahun dan 15 tahun sedang anda ajar tiba2 ngompol..hahaha..seruuu !!!.....dan pernah sekali lebih parah lagi, kami lagi sholat berjamaah tiba2 salah satunya ngompol saking banyaknya sampai ngebasahin sejadah dan kaki saya jg bawah celana saya ,..yaa otomatis shalat harus diulang dgn celana yg lain tentunya ..trus mana saya nggak bawa celana ganti lagi, dan lebih parahnya lagi saya sebenarx mau singgah ke kondangan selepas ngajar mereka….hahaha..Nah itu sekelumit cerita tntang murid saya yg memiliki keterbelakangan mental.
Lain lagi dengan 2 murid saya yg menderita dyslexia,… dari kedua anak inilah saya justru banyak belajar mengenai apa itu “mengajar” dri persepektif yg lain,.. ceritanya bgini, waktu itu saya dapat “warisan” dri seorang sahabat yg kuliah masternya di UM sdh selesai dan memutuskan untuk pulang ke Indonesia, akhirnya berkat dialah saya berkesempatan ngajarin 2 org anak yg menderita dyslexia ini, saya kurang begitu tahu alasan dibalik knapa dia memilih saya untuk melanjutkan ini,.... ntah!! mungkin karena dia menilai saya org yg patut di bantu dri segi ekonomi yaa..weuw.weuw…!! atw karena melihat track record saya pernah ngajarin anak “istimewa” sebelumnya dan lumayan bertahan…hahaha
Anyhow,.. the journey goes on.. Pada awalnya sih saya agak ragu apakah saya mampu untuk bs ngajarin anak2 ini, … baik 2 anak yg punya keterbelakangan mental atau 2 anak penderita dyslexia ini,.. soalnya saya nggak pernah ngambil matakuliah“ disorder linguistic atw human communication disorder” jdi untuk menghadapi anak2 dengan keistimewaan seperti itu saya jujur saja, nggak ada basic yg mumpuni… namun karena melihat kawan saya yang pernah ngajarin ini anak malah basic keilmuannya justru ekonomi, saya jd tertantang.. “ dia aja bisa kenapa saya nggak” …
Akhirnya proses belajar mengajarpun dimulai,.. 1-2 bulan pertama mengajar anak2 dyslexia ini banyak makan hati … anak2 dgn jenis ini sering bengong dan berimajinasi sendiri yah seperti dibahasakan beberapa ahli yg saya baca journalnya, mereka tercluster sbgai “above-average Imagination” ..yaa mereka memiliki tingkat imajinasi yg sangat tinggi… namun berkat merekalah saya bisa mempraktekkan beberapa teori atw approach pengajaran, merekalah laboratorium hidup saya…berkat merekalah saya membuka journal2 kesehatan dan psychology tentang apa itu dyslexia,.. berkat mereka pulalah wawasan saya tentang psychology anak2 bertambah,.. walaupun klw dibandingkan kak seto atw pakar perkembangan jiwa anak2 saya ini masih golongan kasta sudra…hahahaha…
Namun situasi berinteraksi dgn anak2 dyslexia yg membantuku menemukan satu pendekatan atw treatment terhadap merekabahwa mereka perlu sentuhan kasih sayang dan apresiasi yg lebih dari org2 disekelilingnya dan satu kesimpulan bahwa anak2 penderita dyslexia itu sebenarnya “genius” dalam bidangnya tinggal orang tua dan guru yg membantu serta mengarahkan mereka menemukan di bidang apa mereka sebenarnya unggul… yg pasti jika mereka mendapatkan treatmen yg pas,.. akan lahir lagi ilmuwan sekelas Albert Einstein, Leonardo da Vinci, artis sekelas Tom Cruise, Keanu reeves, Orlando Bloomatw pemimpin negara sekelas Lee Kuan Yeuwserta masih banyak lagi org2 yg hebat lainnya yg ketika mereka kecil di vonis menderita dyslexia.
Yaah memiliki pengalamn pernah mengajar beberapa anak2 “istimewa” benar-benar membuka kesempatan saya untuk belajar lagi memahami “ciptaan” yang maha kuasa, namun seperti yg kita yakini baik kita ataupun mereka si anak2 istimewa terlahir untuk sebuah scenariokehidupan yg telah terancang dan bukan karena suatu kebetulan atau kesia-sia. Kita maupun mereka terlahir untuk suatu skenario kehidupan yg sungguh luar biasa jika kita sadar akan hal tersebut.
Namun sayangnya kisah-kasih kebersamaan dengan mereka harus berakhir ..yaa "cikgu budi" harus pensiun ..hehehe,.. si kakak adik keterbelakangan mental harus berakhir karena alasan jarak dan transportasi yg nggak mendukung,.. soalx waktu itu masih pakai motor YASUGOK (yamaha suka mogok) yng lumayan boros dan berbahan bakar bensin campur (campur dorong maksudx)... sampai akhirx si yasugok harus di musiumkan karna nggak sanggup lagi berlari...hehehe, mana klw pakai tranportasi umum harus pakai kereta LRT dan 2 kali naik bus umum dgn jurusan yg berbeda, jadi klw ngajar harus 2 jam sblum waktux sdh harus brngkat dri rumah... jadi akhirx setelah mengajar 5 bulanan minta pensiun dini..hehehe... berbeda dengan anak2 penderita dyslexia ini kisah kebersamaan kami selama kurang lebih setahun harus berakhir ketika keluarga mereka memutuskan untuk pindah rumah...sedih sih !! namun kisah bersama murid2 istimewaku ini tak akan pernah terlupankan..(suatu saat sy akan menuliskan lebih tentang kisah2 dan methode2 pengajaran yg terapkan terhadap murid2 penderita dyslexia saya ini)
Anyway, Kembali kepersoalan guru atw tenaga pengajar,.. saya teringat kalimat2 di sebuah blog milik kenalan saya yang mengatakanmenjadi guru bukan pekerjaan mentereng. Menjadi guru juga bukan pekerjaan yang gemerlap. Tak ada kerlap-kerlip lampu sorot yang memancar, juga pendar-pendar cahaya setiap kali guru-guru itu sedang membaktikan diri. Sebab mereka memang bukan para pesohor, bukan pula bintang panggung.
Namun, ada sesuatu yang mulia disana. Pada guru lah ada kerlap-kerlip cahaya ‘bintang” kebajikan dalam setiap nilai yang mereka ajarkan. Lewat guru lah memancar pendar-pendar sinar keikhlasan dan ketulusan pada kerja yang mereka lakukan. Merekalah sumber cahaya-cahaya itu, yang menyinari setiap hati anak-anak didik mereka.
sahabatku pembaca blog ini, saran saya jika ingin merasakan pengalaman batin yang berbeda, cobalah menjadi guru. Rasakan kenikmatan saat setiap anak-anak itu memanggil Anda dengan sebutan itu, dan biarkan mata penuh perhatian itu memenuhi hati Anda. Ada sesuatu yang berbeda disana. Cobalah. Rasakan….
Hari ini tanggal 1 oktober...ada yg ingat ini hari apa,.. ayoo?? what,!! hari jumat...bener juga sih..tapi yg pasti di Indonesia, hari ini sekarang lagi diperingati sbg hari kesaktian pancasila... masih diperingatikan di tanah air kita, kan??.. atau jangan jangan2 pancasila sdh punah??...maklum sy jarang pulang ke indonesia jd nggak tahu perjalanan karir sang pancasila..hehehe bukan krena betah di negeri orang tpi karna misi belum tuntas ..jdi keinginan pulang masih ditahan2..hehehe
Oiya sekedar info menyangkut judul yg diatas dan berkenaan dgn hari kesaktian Pancasila, momenx pas bagi sy karna pas beberapa saat tadi tadi sy bru saja khatam membaca buku dengan Judul "Detik-detik yg menentukan" jalan panjang menuju demokrasi .. karya Pak habibie ..salah satu mantan presiden republik indonesia dan salah satu idola saya sejak kecil...hehehe,... buku setebal 550 halaman itu berhasil kutamatkan kurang dri seminggu tak kenal waktu dan tempat aku ngebaca buku ini, kadang di perpus, di kamar ,di atas angkutan umum bahkan disela2 kerja partimeku di sebuah restoran..... buku ini memang sengaja sya rencanakn pas akan sy khatamx tepat di 1 oktober, di hari kesaktian pancasila sebagai hadiahku kepada pancasila symbol bangsaku yg sakti.. dan menunjukkan kepada diriku sendiri bahwa saya masih cinta kepada kepada Indonesia walaupun sudah bertahun2 tinggal dan belajar sbg mahasiswa di Kuala Lumpur..Hidup Pancasila..
yaaah..!! Terpulang ada yang menjuluki pancasila ... sbagai berhala saman modern atw peninggalan orba.... yang pasti pancasila adalah salah satu symbol pemersatu yang efektif buat negara Indonesia,.. negara besar dengan berbagai ragam corak budaya dan karakter,.. yang memerlukan symbol2 sakti pemersatu bangsa ...dan Pancasila terlahir dari pemikiran Brilliant our founding father kita... so sudah selayaknya kita menghargainya ..iya nggak??
Nah kembali kepersoalan si "detik2 menentukan" buku karangan pak habibi ini sebenarx sudah lama sy inginkan untuk menambah jajaran buku2 koleksi saya,.. namun sy baru memilikinya kurang dari seminggu ini,.. krn susah mau ngedapetin buku2 terbitan Indonesia di kuala lumpur, kalaupun dapat biasax sdh agak mahal dan kurang terjangkau dengan kantong2 mahasiswa kere seperti saya... beruntunglah ada seorang kawan yg kebetulan berlibur di Indonesia dan akan segera balik ke Kuala lumpur, nah dengannya lah saya menitipkan pesan untuk dibawaiin buku ini, tentu saja hargax jadi murah soalx nggak pakai kurs ringgit malaysia atw ongkos kirim...friends connection.. hehehe,..anyway thanks yaa fren,thanks for the book n i wish u all the best in return.
Nah dari buku inilah banyak pertanyaan2 yg dulu sering hinggap di kepala saya ketika proses reformasi terjadi di Indonesia pda tahun 1998 ketika proses peralihan kekuasaan dari pak Harto ke Pak habibie,..... terjawab tuntas!!!
Dari buku inilah saya melihat perspektif lain terlahirx sebuah proses demokrasi terjadi, dan dari buku inilah saya memperoleh kesimpulan "jikalau ketika itu Pak habibie bukan seorang yang tidak dekat dengan Allah" dan jikalau pak habibie seorang yang kemaruk akan kekuasaan "republik indonesia pasti sudah habis tenggelam dalam perang saudara dan proses balkanisasi dengan terpecah-pecahnya Indonesia kedalam puluhan negara-kecil yang kelak akan menjadi makanan siap saji buat negara2 adidaya yang rakus.... beruntunglah Indonesia masih memiliki Pak Habibie... dan beruntunglah kita semua ketika itu pak Habibie merupakan sosok yang tangguh dan capable serta "Ikhlas" dalam bekerja,..sehingga bisa membawa indonesia melewati "detik-detik yang menentukan" masa depan bangsa dan negara Indonesia.
Dari buku itulah saya belajar melihat dari perspektif lain sosok seorang pemimpin ketika di terpa masalah dan tekanan namun tetap istiqomah dalam memegang amanah dari rakyat,.. dari buku itulah saya melihat pembelaan secara objective pak habibi terhadap tuntutan dan tekanan serta konspirasi ketika ia menjabat.... dan satu kesimpulan yang bisa saya berikan selepas membaca buku itu adalah,.. beliau berhasil melaksanakan amanah yang diberikan kepadanya...
Pak Habibie,.. terimakasih banyak atas jasa-jasa yang telah engkau berikan kepada Indonesia,.. engkau adalah sosok manusia paripurna yang unggulan,.. dan sudah selayaknya kami menghaturkan appresiasi yang lebih atas segala usaha yang telah engkau persembahkan terhadap bangsa dan negara Indonesia kami...
Dan Kami berharap,.. Indonesia masih akan terus melahirkan habibie-habibie baru yang akan mewarnai perkembangan dan kemajuan Indonesia di masa yang akan datang.... We Love U pak Habibie…
Anas ibn Malik menuturkan bahwa Rasulullah SAW pernah bersabda:“Siapa saja yang ingin dilapangkan rezekinya dan dipanjangkan usianya, hendaklah ia menghubungkan tali silaturahimya.”
Setiap muslim di dunia ini patut bersyukur bahwa di dalam syari'at islam terkandung nilai dan norma-norma yang sangat tinggi nilainya. Dan jika seluruh nilai dan norma yang merupakan “way of life” tersebut dijalankan secara menyeluruh, niscaya baik kita sadari walaupun tidak hal tersebut akan mendatangkan kemaslahatan baik di dunia maupun di kehidupan yang mendatang di akhirat kelak dan salah satu dari tuntunan hidup Islam tersebut adalah silaturahim
Menurut hadis Nabi, silaturahim mengandung dua kebaikan, yaitu memperpanjang umur dan menambah rezeki seperti yang diterangkan hadist rasulullah diatas yang diriwayatkan oleh Anas ibn Malik. Silaturahim dalam tuntunan Islam, merupakan suatu moment religi yang sangat luhur maknanya dan Silaturahim bagi masyarakat Indonesia bukan merupakan suatu hal yang asing ditelinga maupun dalam aktifitas kehidupan bersosial sehari-hari.
Penggunaan istilah “silaturahim” sendiri paling sering digunakan pada momentum Iedul Fitri ini. Akan tetapi masih banyak orang justru salah kaprah dalam menyebutkannya menjadi “silaturahmi” yang ternyata makna kalimatnya menjadi berbeda jauh. Istilah “silaturahim” berasal dari kata dalam bahasa arab “silah” yang artinya “menyambungkan” dan “rahim” yang artinya “kasih sayang dan pengertian”. Sehingga kalimat “silaturahim” maknanya adalah “menyambungkan kasih sayang dan pengertian”. Ini sangat berbeda dengan makna kata “silah” yaitu “menyambungkan” dan “rahmi” yang ternyata artinya adalah “rasa nyeri pada saat seorang ibu hendak melahirkan”. Sehingga kurang tepat dengan maksud penggunaan sebagai ungkapan makna kata ini untuk menggambarkan aktivitas saling berkunjung untuk mempererat tali persaudaraan dan kekerabatan, namun uniknya justru istilah “silaturahmi” ini terlanjur lebih populer di tengah masyarakat Indonesia.
Konon kekurang tepatan penggunaan istilah ini terjadi karena masalah perbedaan dialek. Rumpun bahasa melayu termasuk bahasa daerah Sunda dan Jawa yang cukup kuat pengaruhnya di tengah masyarakat sulit di dalam mengucapkan kata-kata yang berasal dari serapan bahasa arab. Sehingga kata “silaturahim” karena dialek, berubahlah menjadi “silaturahmi” dan yang tanpa sengaja ternyata di dalam bahasa arab juga ada artinya namun memiliki perbedaan makna.
Secara harfiah pada asasnya silaturahim artinya menyambung persaudaraan atau menyambung tali kasih sayang dan dalam konteks keseharian kita sebagai masyarakat Indonesia yang sebagian besar penduduknya memeluk agama Islam, pelaksanaan praktek silaturahim dapat dengan mudah kita jumpai. Namun jika dikaitkan dengan silaturahim dan moment Idul Fitri, mungkin ada dua istilah atau realisasi kegiatan silaturahim yang sangat familiar bagi masyarakat Indonesia yakni; “mudik lebaran” serta “halal bi halal” mungkin dua istilah yang menggambarkan suatu kegiatan atau aktivitas silaturahim ini boleh jadi menjadi ajang tahunan bagi sebagian besar masyarakat Indonesia.
Mudik Lebaran
Mudik Lebaran merupakan ciri khas masyarakat Indonesia yang mungkin jarang ditemui pada bangsa-bangsa manapun di dunia. Istilah Mudik atau pulang kampung sudah lama dijadikan masyarakat Indonesia, yang merantau dari kampungnya ke wilayah lain atau kenegara lain sebagai ajang silaturahim antar sesama kerabat. Para pemudik yang rata-rata merindukan nilai-nilai kebersamaan, itu berharap dengan mudik ketika lebaran bisa berkumpul bersama keluarga di hari yang fitri setelah sekian lama tidak bersua karena kesibukan masing-masing untuk saling memberi dan meminta maaf.
Mudik Lebaran menurut KH.Hasyim Muzadi, merupakan sebuah rutinitas tahunan yang senantiasa terjadi menjelang Idul Fitri. Menurut beliau mudik ke kampung halaman menjelang Idul Fitri sesungguhnya ajang latihan nyata menjelang kepulangan ke akhirat, serta menyiratkan makna terdalam dari proses penciptaan manusia oleh Sang Khaliq dan beliaupun memandang mulia setiap mereka yang bisa mudik ke kampung halaman. Karena mudik itu merupakan interpretrasi waktu yang tersisa selama berjuang di tanah rantau, untuk bisa berbagi dengan saudara-saudara di kampung halaman.
Lebih lanjut lagi Emha Ainun Nadjib dalam bukunya ‘Sedang Tuhan pun Cemburu’ menulis, orang beramai-ramai mudik sebenarnya sedang setia kepada tuntutan sukmanya untuk bertemu dan berakrab-akrab kembali dengan asal-usulnya. Cak Nun panggilan akrab Emha Ainun Nadjib menambahkan secara akar runtutan historis, setiap orang berusaha berikrar bahwa ia berasal dari suatu akar kehidupan, komunitas etnik, keluarga, sanak famili, bapak dan ibu, alam semesta yang berpangkal atau berujung dari Allah. Kesadaran ini diwujudkan para pemudik dengan bersusah payah bisa berada di tengah-tengah keluarga dan sanak kerabat tatkala Idul Fitri tiba, dalam sebuah perhelatan silaturahim dengan saling memaafkan serta menunaikan kewajiban membayar zakat.
Sedangkan Abdul Munir Mulkhan, seorang tokoh dan pemikir Islam, berpendapat bahwa tradisi mudik di Hari Raya merupakan prosesi ritual yang mengandung banyak makna dan ajaran tentang silaturahim atau menyambung cinta-kasih serta ajaran untuk saling minta maaf bagi seseorang saat menyadari telah berbuat salah pada orang lain.
Mudik ketika Idul Fitri memiliki nilai-nilai kekerabatan hakiki yang perlu terus digali dan ditumbuh suburkan. Ini artinya, Lebaran juga bisa dimanfaatkan sebagai momentum untuk menanamkan nilai-nilai silaturahim kepada diri kita maupun keluarga kita. Bagaimana kita mesti bersikap kepada kedua orang tua, sanak-kerabat, tetangga, atau handai taulan ketika bermudik lebaran. Namun pada kenyataan tidak semua masyarakat Indonesia yang beragama Islam mampu dalam melakukan ritual silaturahim tahunan ini baik itu secara rutin atau sesekali, karena ketika melakukan “mudik lebaran” kita semua sadar diperlukan juga berbagai bentuk kesiapan, baik itu materi, tenaga, fikiran dan lain-lainya.
Halal bi Halal
“halal bi halal”. Meskipun ungkapan ini menggunakan bahasa arab, namun justru kurang familiar bagi orang arab sendiri. Karena dari segi tata bahasa arab tidak dikenal susunan kata yang semacam ini, mirip seperti kasus ungkapan “minal ‘aidin wal faizin” yang oleh sebagian ulama dikatakan: mungkin asalnya adalah ungkapan dalam bahasa lokal yang dibahasa-arab-kan. Arti “halal bi halal” kurang lebih adalah “halal bertemu halal”. Asal usul frasa ini pun ada banyak versi dan setiap daerah di Indonesia nampaknya punya sejarah masing-masing yang berbeda.
Kalangan pesantren dan kaum santri misalnya mengatakan bahwa bersama dengan ucapan ini, kedua belah pihak sepakat untuk saling menghalalkan segala sesuatu yang semula haram diantara mereka. Atau dalam bahasa yang sederhana “saling memaafkan satu sama lain”. Kegiatan “halal bi halal” ini kemudian oleh beberapa ulama diberikan rujukan dalil di dalam Al Quran sebagai landasan ritual budaya yang sudah mendarah daging di tengah masyarakat Indonesia tersebut.untuk meningkatkan dan menjaga kerukunan serta keharmonisan dalam hubungan bermasyarakat.
Lebih lanjut, Prof. Dr. Quraish Shihab menerangkan dalam bukunya Lentera Hati: Makna bentukan kata yang berasal dari “halal” antara lain berarti “menyelesaikan masalah, meluruskan benang kusut, melepaskan ikatan dan mencairkan yang beku”. Maka “halal bi halal” diterjemahkan sebagai kegiatan untuk “meluruskan benang kusut, menghangatkan hubungan yang beku sehingga cair kembali, melepaskan ikatan yang membelenggu, serta menyelesaikan masalah yang menghalangi terjalinnya keharmonisan hubungan”.
Dari segi budaya, “halal bi halal” dimaknai sebagai kesempatan untuk silaturahim, saling memaafkan dan mempererat pertalian kekeluargaan serta kekerabatan yang ini diyakini akan mampu menciptakan keharmonisan dan meningkatkan kerukunan diantara sesama di dalam masyarakat. Upaya ini mudah dipahami karena suku bangsa Indonesia memang amat erat persaudaraannya. Sehingga momentum “halal bi halal” dipandang sebagai suatu tuntunan ajaran agama, bagian dari ritual sekaligus sarana melestarikan budaya. mewakili budaya saling memaafkan sepanjang bulan Syawal (setelah bulan Ramadhan). Karena agama Islam mengajarkan bahwa pada bulan suci Ramadhan semua dosa diampuni Allah SWT kecuali dosa kepada sesama ummat manusia. Sehingga di bulan Syawal banyak dilakukan ritual budaya “halal bi halal” yaitu berkumpulnya handai taulan untuk saling memaafkan yang umumnya diselenggarakan melalui acara yang dirayakan secara besar-besaran mengundang sebanyak-banyaknya kerabat atau kelompok-kelompok pergaulan masyarakat. Bahkan bagi sebagian kalangan tokoh masyarakat atupun pejabat dikenal istilah “open house” .
Mungkin sedikit penjelasan mengenai silaturahim dengan konteks “halal bi halal” diatas memberikan gambaran nilai-nilai luhur dalam bersosial kemasyarakatan dalam menyambung silaturahim demi menjaga ukhuwah Islamiyah atau persaudaraan dalam Islam. Dan mari berdoa semoga semakin banyak diantara kita semua yang diberikan kelonggaran rezeki sehingga akan semakin banyak dan sering umat muslim mengulurkan tangan menyambung silaturahim apakah dengan konteks “halal bi halal” atau dalam konteks ber-silaturahim sesuai tuntunan islam yang lainya.
Sebagai penutup dalam tulisan singkat ini, Setiap tahun, terutama menjelang hari raya Idul Fitri jutaan umat Islam yang berada di tanah rantau pulang atau mudik ke kampung halamannya masing-masing. Tujuannya untuk bersilaturahim dengan orangtua, keluarga maupun kerabat lainnya sambil berlibur, bernostalgia, Mereka menjadikan Idul Fitri sebagai moment penting untuk melaksanakan kegiatan silaturahim. Sungguh tradisi ini patut diperhatikan sebagai manifestasi ajaran Islam yang telah di bawa baginda Rasulullah SAW. Namun tidak jarang hubungan diantara mereka yang berada di kota dan di kampung sedemikian renggang bahkan terputus akibat berbagai faktor penyebab. Dan dengan mudik lebaran yang bermotifkan silaturahim ini akan terjalin lagi hubungan tersebut; akan tersambung kembali yang selama ini putus serta terhimpun apa yang terserak. Yang demikian inilah yang dinamakan hakikat silaturahim.
Nabi saw. Bersabda: “Tidak bersilaturahim (namanya) orang yang membalas kunjungan atau pemberian, tetapi (yang dinamakan bersilaturahim adalah) yang menyambung apa yang putus” (Hadis Riwayat Bukhari). Itulah puncak silaturahim, yang dapat diwujudkan oleh mereka yang mudik dan juga oleh mereka yang tetap tinggal di rumah bila ia berusaha mengingat-ingat siapa yang hatinya pernah terluka oleh ulahnya atau atau yang selama ini jarang dikunjungi akibat faktor kesibukan atau dengan alasan lainya lalu mengundangnya untuk bersilaturahim kerumah ketika acara “halal bi halal”, hal seperti inilah yang dinamakan dengan menyambung kembali yang putus, menghangatkan, dan bahkan mencairkan yang beku.
Namun sebenarnya silaturrahmi tidak perlu dibatasi hanya pada saat hari raya Idul Fitri. Setiap saat kita umat muslim dianjurkan untuk menebar salam, menjalin silaturahim, semoga dengan bersilaturahim, fitnah bisa diredam, salah faham bisa terkoreksi, permusuhan bisa menurun. Juga melalui silaturahim diharapkan segala penyertaan beban emosi negatif yang bersumber dari konflik negatif yang biasanya diawali dari konflik interpersonal diantara kita dalam hubungan kita sehari-hari dengan siapapun dalam lingkup kehidupan sosial kemasyarakatan kita dapat lenyap, luluh dan sirna dari bathin kita, dengan adanya saling meminta maaf dan saling memaafkan ketika bersilaturahim.
Dan bagi umat muslim yang tidak sempat untuk “mudik Lebaran” guna menyambung silaturahim dengan sanak keluarga dan handai taulan di kampung halaman atau kurang memiliki kemampuan keuangan untuk membuat acara “halal bi halal” ataupun open house kecil-kecilan jangan berkecil hati, sesungguhnya Allah maha mengetahui yang mana yang baik buat kita semua, boleh jadi Allah.SWT memberikan kesempatan buat kita dilain waktu atau dalam konteks silaturahim yang berbeda namun memiliki nilai ibadah yang tidak kurang dimata Allah.SWT, oleh karena itu mari tetap “khusnudzon” atau berfikiran positif terhadapNya dan Semoga kita dapat mengambil hikmah dari apapun bentuk aktivitas silaturahim yang bisa kita lakukan dan semoga itu menjadi kunci terbukanya rahmat dan pertolongan Allah SWT bagi kita semua karena dengan terhubungnya silaturahim, maka ukhuwah Islamiyah akan terjalin dengan baik,..Wallahu’alam bi shawab.
Satukan tangan,satukan hati indahnya silaturahim di hari yang fitri Di hari kemenangan kita padukan keikhlasan untuk saling memaafkan…
Kuala Lumpur,2010
Budi Hamuddin
Ps; Article ini dimuat di majalah TKI, Kuala Lumpur. Edisi September 2010 dlm versi yg agak sdikit berbeda.
Okay di cerita kali ini, saya akan memulai bercerita tentang godaan di pagi ini yang terasa berat, mengapa tidak …tpi sbelum ngelanjutin bacax janji dulu jangan ketawa…. Suerr yaa!!... yg ketawa awas disamber gledek…
Ceritax gini, hari ini sy sbenarnya mau rencana mau puasa syawal hari yg ke pertama ,..first day cing!!..hehehe… maklum lagi rajin and berkah2 ramadhan yg masih bersisa … Nah dri smalam dah berucap niat tulus ikhlas, disertai dgn berbagai macam lafal doa2 …bahwa sanya hari ini mau memulai puasa syawal krna Allah.. sampai sini blum lucu sobat… so yang ketawa pasti rada2 sedeng…hehehe …
namun pagix situasi menggemparkan terjadi di rumah kost kami yg tepat berada di lantai 17 sebuah apartment lusuh yg jarang tersentuh cat…. Ternyata kegemparan pagi itu krna ibu kost sya masak2 hehehe…… yang dimasakx adalah makanan khas palembang.dll …. Perang batin terjadi berkecamuk bgitu dahsyatx… ampe bengong kayak anak ayam ngeramin telur brontosaurus… pasti blum pernah liat kan… nggak usah dibayangin deh bengongx sya pagi itu…. soalx lagi Berkecamuk peperangan antara iman vs nafsu dalam hati sy ….. apa nmau gelanjutin puasa atw ikut makan mpek2 … apa daya ternyata si iman masih kecil, belum terlalu kuat untuk melawan godaan semangkok mpek2 khas palembang dan nasi goreng buatan housemate yg secara de facto merangkap bu kost kami... terpaksa.!!! .puasa hari ini di pending dulu…hehehe
#kata si hati# Mohon maafkan hambamu ini yaa Allah…. Hambamu ini belum terlalu kuat ngelawan nafsu pengen makan mpek2 pagi ini… #lantas dijawab si-perut# kan baru awal syawal ,…esok2 masih bolehkan puasa syawal lagi ..hehehe
Ada banyak orang meyakini bahwa nasib baik adalah sebuah faktor utama yang dibutuhkan dalam meraih keberhasilan. Menurut mereka, beberapa orang telah digariskan untuk memiliki nasib baik, sementara yang lain memang bernasib buruk. Seolah-olah nasib baik dan nasib buruk adalah seperti sebuah takdir, garis tangan atau tanggal lahir yang tidak dapat diubah lagi.
Pernahkah Anda mendengar seseorang mengatakan bahwa nasibnya buruk? Atau Anda sendiri juga sering merasa kalau Anda bernasib buruk? Menurut saya tidak ada seorang pun yang bernasib buruk, yang ada hanyalah pilihan-pilihan buruk dan kebiasaan-kebiasaan buruk yang akhirnya menciptakan suatu keadaan yang buruk. Keadaan buruk inilah yang biasa orang-orang sebut dengan nasib buruk.
Ini berarti Anda juga dapat menciptakan nasib baik Anda sendiri dengan mulai mengambil pilihan-pilihan yang baik dalam kehidupan Anda dan membangun kebiasaan-kebiasaan yang baik pula, sehingga Anda dapat menikmati banyak hal-hal baik yang datang dalam setiap area kehidupan Anda.
Rindu yang menggelora...kalau bisa di simpulkan sih itulah perasaan yg terjadi pada saat itu...bagaimana tidak ...malam ini adalah malam takbiran boo!!....
Malam yang seharusx dihabiskan bersama keluarga dekat untuk menantikan datangx saat2 fitrah di hari yang fitri ... yakni lebaran idul fitri..... rindu yang teramat sangat mengingat ini semenjak di KL +2 taon di Batam, sy blum prnah pulang untuk merayakan malam takbiran dan ber-Idul Fitri di rumah bersama ibu bapak dan saudara-saudari saya.... namun apa mau dikata..inilah "tuntutan peran" dalam naskah kehidupan saya..... maka saya masih harus memainkan peran sebagai mahasiswa rantau yg belum bisa pulkam ke kampung halaman.....
Sedikit flashback kalau mengingat masa2 dulu,..biasax malam takbiran saya bersama kawan2 remaja masjid ikut takbiran keliling kampung atw teriak2 di mushollah kompleks kami yaa saya nyebutx teriak2 soalx lafal ;takbir, tahmid and tahlil waktu takbiran kami nggak jelas2 amat..jadi lebih mirip teriak2 atw lebih parah lagi mirip suara kucing minta kawin..hehee.. kalau yg ini mah hyperbola sih...
Nah memory di masa lalu itu yg coba sy rengkuh sedikit di tanah rantau ini… sekedar informasi… walaupun Malaysia ini mencetuskan diri sebagai negara Islam tpi perayaan takbiranya gak semeriah di Indonesia…. Namun itu tidak mengecilkan hati saya untuk mencari “nuansa takbiran” di KL…
Berkat kemampuan provokatif sy yang diatas rata2..hehehe akhir sy berhasil ngomporin seorang kawan untuk mau menemanin mencari nuansa takbiran langsung di masjid negara Malaysia… berharap di masjid istiqlalnya Malaysia ini kami bisa menemukan pengobat rindu di malam takbiran, maka berngkatlah kami berdua soalx kawan2 yg laen sdh pada mudik balik ke Indonesia , atw ada acara masing..
Setiba di Masjid Negara kami langsung ikut jemaah sholat Isya,.. dan selepas sholat isya… takbiranpun dimulai…. Semua jemaah pada khusyu mengikuti alunan takbir, tahlil dan tahmid yng di lantunkan… tak terasa air mata ini menetes bersamaan lantunan ayat kesyukuran serta ayat2 yg memuji Allah ketika itu… sedih, syahdu tertegun ketika kalimat2 itu terdengar membahana di seantero masjid…. Sedih karena teringat keluarga, juga sedih karena sudah akan segera berpisah dengan bulan suci Ramadhan, sedih karena harus menghabiskan lagi bulan puasa yg ntah apa tahun depan masih diberikan umur panjang agar bisa menjalaninya lagi…. Syahdu karena terlena oleh lantunan merdu sang bilal dan imam yg saling berganti memimpin lantunan ayat2 Allah itu… dan tertegun karena mengingat akan dosa2 dan amal yg cuman dikit buat bekal nanti di akhirat…. Ooh Allah berikan aku kesempatan agar bisa menjalani ramadhanmu ini sampai cucuku-bercucu..yaa Allah Agar amalanku banyak dengan berjalanya waktu….
Sedih sih ketika itu…malah kesanx mellow…tapi yang buat seruu…kami masuk TV oiiyyy,..ternyata acara itu diliput oleh station televisi Malaysia RTM1 dan RTM3 …yaa sejenis TVRI kalau di Indonesia… tapi itu bukan alasan kami sesunggukan dan terisak-isak menangis biar pak kameramen menyorot kami…. Yg jelas kami sedih malam itu dan juga hepi coz’ bisa masuppp tipi…hehehe
Nah selepas acara takbiran atw acara2 yg dilakukan di masjid biasax di masjid2 manapun di m’sia meneyediakan makanan dan minuman buat jamaah… ini salah satu agenda acara favorit kami…makan2…
Selepas balik dri takbiran di masjid Negara,… saya ke markas kawan2 di LT.7 apartment Taman Bukit Angkasa…selain silaturahim, ngatur strategi buat sholat ied esok juga mau minta tlg di cukurin sama kang Asep, kawan ygmulti talented itu… soalx dia bukan hanya jago nyukur, banyak hal laenx yg bisa bikin iri orang…hehehe
Namun apa nyana kang Asep ternyata memilih mudik lebaran kali ini trus dari info yg saya denger…dia juga sengaja balik ke Indo biar bisa meminang kekasih idamanx… dan terbukti beberapa hari selepas dia balik ke indo..status di FBnya berubah dari single ke engaged…selamat yah kang…barakollah!!
Untunglah masih ada Mas Elit, ustad lulusan Gontor yang sedang menyelesaikan Thesis masterx di jurusan Quran hadits Univ. Malaya,..ustad muda ganteng yg selalu sumringah inipun ku todong biar bs mencukur rambutku malam itu,.. hehehe…ada dua alasan kenapa sy mau mencukur rambut sy ketika itu..pertama biar esok ketika Lebaran kelihatan lebih fresh trus yg kedua dalam rangka penghematan… hehehe
Dan ternyata tangan dingin mas Elit menghantarkan aku ke gerbang “lebih ganteng” dari tampilan sebelumnya..hehehe ….kalau bukan sya yg muji diri sendir trus siapa lagi dong…hahaha www.narsis_mode.on
Nah kebetulan ketika itu sahabat saya yg tak kalah gantengx dengan saya mas Zainal yang sebelas dua belas alasannya dengan saya …..pengen juga di cukur sama mas Elit artinya no. antrian dia selepas saya..hehe tapi krn sy ngelihat mas Elit sdh kecapean selepas mencukur saya..maka saya menawarkan bantuan agar saya saja yg ngecukur rambutnya… dan dia mau aja saya cukur.. nah inilah awal dari penyesalanx dia selama berminggu2 kedepan..hehehe
Akhirnya selepas bergelut sampai jam 2 pagi akhirx sy berhasil meneyelesaikan operasi pangkas rambut pertama saya setelah bertahun2 nggak pernah lagi memangkas rambut orang…dan hasilx “cukup mengecewakan”…. Hehehe… mas Zainal nggak bertambah gantengnya….. untung dianya adalah salah satu lulusan terbaik pesantren Gontor jadi masalah bersabar dia sangat paham..hehehe sambil mengucapkan “thank you” dia mengamati rambut barux yg mirip Leonardo di Caprio lepas ketiban tangga di cermin..saya yakin dalam hati di pasti bilang “ini yg terkahir kalinya sy mau dicukur sama bang budi”….hehehehe…sorry dorry morry mas yaa,... tapi dikau cukup ganteng kok dimataku .. hehe
Lagi bulan Ramadhan kok gontok-gontokan, sedang puasa kok hujat-hujatan, “Sepertinya kita sedang diadu domba, bener nggak bud??”….. Itulah sepenggal kalimat melalui telepon yang saya terima dari seorang dosen senior di sebuah institusi pendidikan tinggi di pekanbaru yang menelpon katanya selepas dia shalat taraweh, seorang sahabat yang mencoba mencari tahu keberadaan kawannya di tengah hiruk pikuk panasnya pemberitaan media di Indonesia tentang konflik bilateral Malaysia dan Indonesia. Sekedar informasi ini adalah telepon yg kesekian kalinya dari Indonesia, belum lagi sms-sms serta inbox di jejaring sosial dengan nada yang sama, entah sdh berapa kawan yang mempertanyakan mengenai kabar kami dan situasi terkini di Malaysia dalam kurun waktu beberapa hari ini, terlebih-lebih hari ini adalah 31 Agustus bertepatan dengan HUT kemerdekaan Malaysia yang ke.53.
Situasi di tanah air saat ini mungkin sedang panas-panasnya mengenai hubungan Indonesia dan Malaysia, dua negara yang bertetangga dan serumpun yang semakin renggang dengan berbagai polemik yang berkepenjangan. Situasi ini semakin memanas dengan peristiwa ditangkapnya tiga pegawai Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) oleh Marine Police Malaysia (MPM) 13 Agustus lalu di perairan Tanjungberakit Bintan Kep.Riau, yang di perparah dengan blow up besar-besaran di sejumlah media massa baik cetak maupun elektronik di tanah air, blow up besar-besaran ini semakin bertambah parah karena juga didukung dengan pernyataan-pernyataan dengan nada-nada yang panas serta provokatif baik dari sejumlah elemen masyarakat, anggota parlemen, pemerintah serta petinggi-petinggi TNI, dan semuanya mengarah kepada konfrontasi atau konflik senjata …..melihat berita-berita tersebut timbul satu pertanyaan buat kita semua ”Apa kita memang sudah mau berperang dengan Malaysia???”
Sebelum menjawab pertanyaan diatas ada bagusnya kita sedikit berfikir mengenai “untung-rugi” jika perang antara Indonesia dan Malaysia terjadi. Perang antara 2 negara serumpun yang acap kali di sebut “Adik-kakak” itu meletus. Naah!! Oleh karena itu Saya akan mengajak kawan-kawan semua mulai berfikir siapa sih yang akan diuntungkan jika Negara kita yang kita sayangi Indonesia berperang melawan Malaysia...???
Apakah negara kecil yang berada di perbatasan Indonesia-Malaysia yg kerap mencuri pasir-pasir di Kepulauan Riau untuk perluasan daratanya, yang sering melindungi para koruptor-koruptor Indonesia ketika lari kesana, yang akan diuntungkan ???….
Apakah negara adidaya produsen senjata, yang senjatanya akan laku keras jika kedua negara serumpun ini berperang, yang akan diuntungkan???,… atau
Apakah orang-orang kita sendiri para pejabat kita sendiri atau pengusaha dari kita sendiri yang jika terjadi konflik akan diuntungkan dengan adanya proyek-proyek dengan dana yang besar.???...
Who knows???
Ataukah ini jangan-jangan hanya pengalihan isu dari beberapa kasus besar yang terjadi di tanah air seperti berbagai skandal perampokan uang rakyat melalui kasus BLBI, Bank Century, Rekening Gendut Polisi, kenaikan BBM & harga bahan pokok, Penangkapan Susno Duadji, buruknya birokrasi dan pelayanan publik, maraknya korupsi, serta pelemahan KPK…
Who knows??
Dengan adanya isu panas menyangkut kurang harmonisnya hubungan Indonesia-Malaysia “mungkin” jauh lebih efektif membuat rakyat jadi lupa terhadap penipuan, pembodohan dan perampokan uang rakyat yang telah, sedang dan akan berlaku di RI, termasuk isu akan naiknya Tarif Dasar Listrik. Bukankah isu “kaos nasionalisme yang kesempitan” seperti ini jauh lebih efektif untuk menjadi pengalihan isu, karena isu-isu yang lain seperti isu penangkapan AB Baasyir, isu vcd porno artis, isu teroris, isu FPI dan sebagainya dinilai kurang berhasil.
Who knows?? …
Ataukah ini cuman permainan dari sebuah skenario agar meluluskan beberapa proyek besar yang berhubungan dengan pertahanan keamanan serta akan dibangunnya sebuah gedung mewah untuk anggota parlemen bersidang…
Who knows?? …
Namun yang pasti jika ada diantara hipeotesa diatas ini yang benar, maka kita yang ikut larut ber-emosi-ria dalam konteks yang kita anggap nasionalisme dan patriotisme, benar-benar sudah di kadalin di bohongi dan di tipu mentah-mentah dengan pengalihan isu ini. Isu memanas-manasi hubungan Indonesia-Malaysia. dua negara muslim Melayu serumpun yang bertetangga yang kaya dengan SDM & SDA agar tidak menjadi sebuah kekuatan kompak yang kelak bisa menyaingi dominasi Barat, atau isu memanas-manasi hubungan kedua negara ini bertujuan sebagai bagian dari sebuah skenario pelanggengan kekuasaan.
lagi-lagi who knows?? …
Nah sekarang mari kita berfikir siapa yang akan dirugikan jika memang benar-benar terjadi perang antara Malaysia dan Indonesia,..
………Apakah 2 juta rakyat Indonesia yang bekerja di Malaysia yang akan rugi?? Mereka yang bekerja di perusahaan, di ladang pertanian, dan di berbagai lapangan pekerjaan, yang mana disebabkan karena di tanah air kita lapangan pekerjaan amat sangat terbatas yang bisa memberikan penghidupan yang lebih layak …Dan apakah ada diantara 2 juta rakyat Indonesia di Malaysia yang bekerja itu ada saudara atau keluarga anda???...klw tidak ada? anda tidak dirugikan dengan perang ini, maka biarlah perang..! itu mungkin mau anda??… namun yang pasti banyak diantara kami yang memiliki sanak saudara, handai taulan, sahabat, kekasih maupun orang yang kami hormati tinggal di Malaysia.
………Apakah 13,000 pelajar dan mahasiswa Indonesia yang belajar di Malaysia? Mereka yang belajar di sekolah-sekolah maupun universitas-universitas ternama baik negeri maupun swasta mulai dari kuala-lumpur, daerah pantai barat, daerah pantai timur maupun didaratan sabah-serawak. Banyak diantara mereka memilih kuliah disini bukan hanya karena faktor kedekatan atau budaya yang hampir sama, namun banyak juga diantara mereka yang memilih kuliah disini karena tidak sanggup membayar tingginya biaya untuk mendapatkan pendidikan berkualitas di tanah air… Dan apakah diantara ke.13.000 mahasiswa dan pelajar Indonesia yang ada di Malaysia, itu ada saudara atau keluarga anda??? klw tidak ada? anda tidak dirugikan dengan perang ini, maka biarlah perang..! itu mungkin mau anda,??… namun yang pasti kami adalah bagian dari 13.000 pelajar Indonesia yang sedang belajar di Malaysia.
………Apakah tentara Indonesia yang berjumlah 316.000 tentara aktif, 400.000 pasukan cadangan, dan 207.000 paramiliter. yang ketika perang meletus akan dikirim ke Malaysia yang rugi… karena boleh jadi mereka tidak akan pulang dengan selamat atau utuh, karena perang pasti akan membawa korban… Dan apakah diantara mereka semua itu, ada saudara atau keluarga anda??? klw tidak ada? anda tidak dirugikan dengan perang ini, maka biarlah perang..! itu mungkin mau anda,??… namun yang pasti diantara mereka ada keluarga kami.
………Apakah 250 juta penduduk Indonesia yang akan rugi??.. karena boleh jadi dana yang seyogyanya dipergunakan untuk kepentingan sosial, pendidikan, ekonomi .dll akan tersita ke persenjataan dan segala tetek bengek yang berhubungan dengan perang, karena perang selalu memakan biaya yang besar,.. biaya yang seharusnya bisa mensejahterakan ratusan juta penduduk Indonesia harus tertelan untuk biaya keangkuhan sebuah peperangan… Dan apakah diantara 250 juta penduduk Indonesia itu ada anda, saudara atau keluarga anda??? Klw tidak ada? anda tidak dirugikan dengan perang ini, maka biarlah perang..! itu mungkin mau anda,??… namun yang pasti kami merupakan bagian dari 250 juta penduduk Indonesia, dan kami tidak rela uang dari kami melalui pajak, ataupun pemasukan negara dari berbagai sumber-sumber pemasukan negara untuk membangun, jalan sekolah, rumah sakit, jembatan.dll buat kesejahteraan kami dan kemaslahata negara kami diperuntukkan untuk membeli pelor dan sejenisnya guna menembaki sesama tentara muslim, dan yang lebih mengerikan lagi diantara ke 250 juta penduduk Indonesia tersebut pasti ada yang akan menjadi korban peperangan, dan saya harap itu bukan anda!!
Kawan-kawan sekalian itu sedikit hipotesa dan gambaran mengenai “untung rugi” siapa yang di untungkan dan siapa yang kelak merugi jika Indonesia dan Malaysia berperang, sebenaranya masih banyak “apakah-apakah” atau “who knows-es” yang lain maupun prediksi-prediksi yang lainya namun karena berbagai keterbatasan-keterbatasan maka saya hanya mengangkat beberapa hal diatas, semoga itu bisa memantik rasa “critical thinking” kita, kemampuan kita untuk menelaah sesuatu dan bukan menelan bulat-bulat sesuatu, kemampuan kita untuk berfikir lebih jernih. Sekali lagi Hipotesa maupun prediksi2 diatas cuman sebagai pengantar dalam melihat konteks konflik Indonesia-malaysia dalam sudut pandang “untung-rugi” jika memang perang terjadi.
Sedikit overview, Malaysia dan Indonesia adalah dua negara yang serumpun, dua negara yang bertetangga dekat, dua negara yang memiliki SDM dan SDA yang sugguh luar biasa serta 2 negara yang majoritas penduduknya memeluk agama islam. Agama yang penuh dengan ajaran perdamaian dan saling tolong menolong. Agama yang menjadi “Rahmatan Lil Alamien”. Dan saat ini 2 negara ini sedang mendapatkan cobaan di dalam bulan suci ramadhan dengan adanya konflik yang berkepanjangan akibat pragmatisme dan opurtunisme segelintir orang.
Di bulan suci yang penuh berkah ini, mari kita lebih bijak dan lebih arif dalam dalam melihat permasalahan yang terjadi antara negeri kita yang tercinta Indonesia dan negeri tetangga kita Malaysia,
apa sebenarnya yang terjadi??
apa sebenarnya pokok permasalahannya?
dan apa yang seharusnya dan sebaiknya kita perbuat?
Bukankah kita bangsa Indonesia adalah bangsa arif dan ke-arifan sudah menjadi bagian dari kehidapan tradisi turun temurun kita, apa yang terjadi dengan bangsa kita ini, kemana perginya kearifan bangsa kita yang sangat terkenal, kearifan-kearifan lokal yang mewarnai perjalanan bangsa dan negara kita..
Sedikit saya berbicara tentang ke arifan lokal dalam konteks ini, konteks dimana rakyat Indonesia terpancing rasa nasionalismenya akibat sikap arogan Malaysia sehingga menimbulkan riak-riak ketidakpuasan dan polemik yang berkepanjangan. Dalam hal ini saya jadi ingin mengangkat nasehat dari Rahman Arge seorang budayawan asal Makassar yang dalam opininya di sebuah surat kabar mengangkat “pappaseng taurioloa” (pesan-pesan leluhur) Makassar yang menekankan "BOYAI RIKALENNU". Suatu pesan Leluhur yang kurang lebih bermakna: Introspeksi! Apabila kita diremehkan orang, kata leluhur, segera "geledah DIRI", dengan akal sehat dan HATI terkendali. Cari pada dirimu! Yaitu "apa kekuranganmu"? Apa yang "bolong" dalam harga diri dan martabatmu?
Yah .. Introspeksi diri terlebih dahulu !! saya fikir nasehat yang sangat bagus, memang benar kita harus mengakui dengan jujur negeri kita tercinta ini “sedang sakit” dengan pelbagai permasalahan dan kekurangan, akibat salah urus negeri. Nah disinilah diperlukan pemeriksaan, penganalisisan dan pemberian treatmen yang tepat agar segala jenis “penyakit” baik itu; korupsi, kolusi, nepotisme, pragmatisme, opurtunisme.dll yang menjangkiti negeri kita ini bisa disembuhkan. Jiwa dan raga negeri ini harus sehat agar kita bisa angkat KEPALA kepada Dunia sebagai manusia ber-MARTABAT! Dan saya yakin ketika kita sudah sampai ke level itu, negara lain akan berfikir banyak kali untuk menyepelekan kita.
Untuk permasalahan seperti penangkapan di wilayah laut, masalah perbatasan negara. dll yang menjadi urusan negara, biarlah di urus negara dengan berbagai kesatuan dan Departemennya, bukankah itu tugas mereka dan bukankah mereka digaji buat itu. Biarlah mereka menjalankan jurus-jurus diplomasi andalan mereka, dan mari kita berdoa di bulan ramadhan yang penuh berkah ini agar bisa membawa kemaslahatan buat kita semua. Masalah lamban ataw kurang tegasnya dlam pandangan kita mengenai kinerja pimpinan kita, presiden kita serta jajarannya boleh jadi mengkhawatirkan kita semua namun mari kita berpositif thinking, boleh jadi itu adalah termasuk strategi diplomasi, bukankah presiden kita terkenal jago berstrategi.
Namun kalau mengenai diplomasi antara Indonesia dan malaysia saya jadi merindukan sosok JK yg tegas ketika berdiplomasi dgn Najib tun Razak perdana mentri Malaysia, waktu menyelesaikan kasus ambalat untuk pertama kalinya, saat itu JK menggunakan gaya diplomasi ala Bugis yang kita tidak akan temukan dalam buku-buku strategi diplomasi.
Ceritanya begini…..
Saat itu JK ke Malaysia dan berdialog dgn Najib masing ditemani oleh 5 Menteri dan 5 Menteri plus Duta besar kita. Saat pertemuan itu, JK bilang ke Najib “ Najib…Ambalat itu masalah sensitive, itu bisa membuat kita perang. Kalau kita perang, belum tentu siapa yang menang. Tapi satu hal yang mesti you ingat, di Malaysia ini ada 1 juta orang Indonesia, 1000 orang saja saya ajari Bom, dan mereka Bom ini gedung-gedung di Malaysia maka habislah kalian”
Saat itu pak Najib kaget, dia sadar sebagai sesama Bugis, ancaman JK bukan hanya gertakan belaka. Trus Najib bilang bilang ke JK “pak Jusuf, tidak bisa begitu”
lalu, JK bilang ke Najib “makanya mari kita berunding, terus terang saya kadang tidak suka sama you punya Negara, Buruh-buruh Ilegal dari Indonesia ditangkapi kayak binatang, sedangkan majikannya tidak ditangkap, padahal kalau ada buruh Ilegal maka tentu ada juga majikan illegal. Setiap ada Ilegal loging pasti orang Malaysia yang ambil, begitu ada kebakaran hutan mereka marah-marah, padahal hampir sepanjang tahun mereka menghirup udara segar yang dihasilkan oleh hutan-hutan di Indonesia, satu bulan saja ada kabut asap mereka marah marah. Dan juga setiap ada ledakan Bom di Indonesia selalu orang Malaysia dalangnya”
Waktu itu Pak Dubes langsung membisiki JK “Pak, Ini sepertinya sudah melewati batas diplomasi”
JK langsung bilang ke dia “kau kan Dubes, yah sudah kau perbaikilah mana yang lewat”
Setelah itu, untuk menunjukkan ketidak sukaan saya kepada Malaysia JK menolak menginap di Kuala Lumpur, JK bilang saya mau menginap di kampong Bugis di Johor sana. Akhirnya pak Najib ikut juga ke sana.
Malamnya di Johor, mereka makan malam dan nyanyi-nyanyi, mengundang Siti Nurhaliza, sampai jam 1 malam sampai ngantuk. Keesokan paginya mereka main golf, dan saat itu juga masalah Ambalat selesai.
Dengan gaya Diplomasi ala Bugis yang tegas, masalah ambalat selesai…Dan sampai pak JK melepaskan jabatanya sebagi Wapres, kalau ada tentara Malaysia datang lagi di Ambalat, JK tinggal telpon Najib “Hey Najib, jangan lagi kau kirim, you punya tentara ke Ambalat, kita bisa perang nanti”
Hahaha… itulah diplomasi ala Pak JK, dalam menyelesaikan permasalahan ambalat ketika beliau menjabat sebagai wapres RI, sosok yang tegas namun bisa mendamaikan berbagai konflik ditanah air, termasuk di Aceh, poso, maluku.dll, Sosok dengan gaya tegas yang mampu menempatkan ketegasan pada tempat yang proporsional sehingga bisa mendamaikan konflik, semoga kita juga termasuk orang2 yang bisa mendamaikan ketika saudara-saudara kita seagama terlibat konflik, bukankah itu termasuk tanggung jawab kita sebagai orang islam.
“Sesungguhnya orang beriman itu adalah bersaudara, karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu dan bertakwalah kepada Allah semoga kamu mendapat rahmat” (QS: al-Hujurat ayat 10)
Nah dibulan yang penuh berkah ini mari kita belajar lebih bersabar lebih arif dan mari mari kita ikut berperan dalam mendamaikan konflik Indonesia Malaysia biar kita semua mendapatkan rahmatNya.
Kuala Lumpur . 31 Agustus-1 September 2010
Oleh: Budi Hamuddin
ps; ditulis sebagai oleh-oleh HUT kemerdekaan Malaysia yg ke 53.
"Sudahkah anda membangun istana di awang-awang? bagus, karena memang di sanalah seharusnya sebuah istana di bangun. Nah, sekarang mulailah bekerja membangun fondasi bawahnya"... (ADT)
Untaian kalimat dri Andy David Thoreau diatas mungkin terkesan nyeleleneh, atw terlalu command prompt namun buat sebagian orang seprti sya kalimat diatas rasional dan justru down to earth... jika ditilik lebih dalam menurut sy justru ungkapan diatas inline dgn kalimat kesukaan sya dri tokoh Arai di novel laskar pelangi yg berkata ."bermimpilah dan biarkan Tuhan memeluk mimpi2mu".... serta sy tambahkan dengan kalimat dri kawan serumah sy dulu yg sering kali mengulang kalimat ini.. mau tahu kalimatnya apa? Ini dia kalimat pamungkasnya “bermimpi itu cukup lima menit aja lepas itu bangun dan beraksi"...
"istana" di awang2 .... apakah setiap orang punya "impian" yg sama?...... lantas apa cara untuk menggapai impian itu juga sama... "berbeda" mungkin jawaban dri kbanyakan orang.. yach boleh jadi setiap orang punya "impian" yang berbeda-beda dan cara yg menggapainya juga mungkin berbeda-beda,.. tergantung orang dan kemampuan yg dimiliki orang tersebut... namun yg pasti setiap orang pasti kepingin tujuan akhirx dri impianya adalah yang dapat menjamin "kebahagiaan" didunia yang menghantarkan kpd "kebahagiaan" di akhirat kelak..
Nah sudahkah anda memulai membangun 'istana impian" anda atau jangan2 anda sudah berada di istana impian anda.. ??... anyway kepada para pembaca blog ini sy mendoakan dri lubuk hati yg paling dalam "all the best for you" dalam membangun istana impian anda semua.
regards
Budi Hamuddin
Yg sedang berusaha membangun istana impian
Rumus hari ini adalah 365 dikali 27 = 9.855 ditambah 1 sama dengan 9856,.. yah itulah jumlahnya…Sembilan ribu delapan ratus lima puluh enam hari aku telah merasakan kehidupan dalam hidup ini.. eniwei, jika dalam satu hari itu ada 24 jam maka total jam aku hidup sampai hari ini adalah 9.856 x 24 = 236.544 total jam aku sudah bernafas.
Lebih detail lagi jika dalam sehari yang 24 jam itu ada 1.440 menit maka 236.544 x 1.440 maka akan terhitung sekitar 340.623.360 adalah jumlah menit aku bisa merasakan alam kehidupan di dunia ini dan terakhir jika 1 menit itu ada 60 detik maka, 340.623.360 x 60 tertotallah kurang lebih sekitar 20.437.401.600 jumlah detik seorang yg bernama Budianto Hamuddin telah menjalani kehidupan dalam dunia ini..
Hari ini 16 February 2010, Budianto Hamuddin yg biasa dipanggil oleh kawan2-nya dengan panggilan budi, memasuki hari baru yg mengingatkan dia bahwa 16 february 1982, 28 tahun yang lalu, ia diberikan ijin oleh sang maha pencipta untuk bisa ikut mencicipi dan menjalani proses keduniaan..
Alkisah 28 tahun yang lalu dalam proses peralihan petang menuju malam ketika adzan maghrib baru saja berkumandang, seorang bayi kecil yg mungil, lucu juga ikut mengumandangkan tangisx yang pertama di muka bumi, tangis yang dinantikan oleh seluruh keluarga serta dokter dan suster yang berada di sebuah ruangan persalinan pada sebuah rumah sakit yang cukup ternama di pusat kota Makassar.
Ketika tangis nyaring si bayi kecil yg semakin meraung-raung pada pergantian alam juga menambah tangis haru ibu muda yang masih cantik bernama Asringai semakin bertambah deras, lalu dipelukx anak bayi yang baru beberapa menit itu terlahir dari rahimnya yang masih sakit akibat perjuangan yang luarbiasa, perjuangan yang sangat meletihkan dan penuh dengan resiko yang besar, resiko besar yang harus di pikul setiap ibu-ibu yang luar biasa didunia ini ketika harus melahirkan belahan jiwanya.
Sambil didekapnya bayi yg masih merah itu, bayi yang baru saja di bersihkan oleh suster dan di bungkus dengan handuk putih kecil, Ia mendekap dan menciumi bayi yang masih merah itu tanpa henti dan penuh semangat, layaknya sosok juara yang baru saja memenangkan sebuah kompetisi berat dengan saingan yang berat pula.. Ya, ibu muda yang masih sangat cantik itu baru saja memenangkan sebuah kompetisi sebuah perjuangan dimana dia harus bersaing dengan kematian dan kesakitan dan kini ia sudah mendekap hadiah yang amat sangat berharga baginya dan keluarganya berupa seorang bayi sehat dengan tangis yang cukup keras.. ibu muda yang masih cantik itu itu telah keluar sebagai pemenang sejati.
Tanpa henti bayi dengan berat 3.20 kg itu diciumi dan didekapx dengan hangat, namun ibu muda itu bukan sosok yang egois dan serakah, dia melirik kepada sosok pria ganteng berkulit hitam manis yang sejak tadi menungguinya dalam proses persalinan itu.. lalu ia berkata dengan lembut dengan mata yang berkaca-kaca “pak, tolong adzankan anakmu ini”..
28 tahun sejak kejadian itu berlangsung sosok bayi itu kini telah tumbuh menjadi seorang pria dewasa, dan tiap tahun ritual mengingat dan menghitung hari serta mendengarkan cerita ini dari mulut ibu muda yang kini mulai telah termakan usia itu masih ia tetap pertahankan sampai hari ini.... dan di akhir cerita si ibu tersebut selalu berkata "doa kedua orangtuamu senantiasa bersamamu anakku"...
Penikmat indahnya kerlap-kerlip bintang dimalam hari dan pelangi selepas hujan. Seorang yang menempatkan diri sebagai mahasiswa yang senang bertanya dan berjalan di universitas kehidupan.