Salam damai..
Sabtu siang ketika saya mengikuti acara pemilihan ketua persatuan pelajar indonesia university Malaya, karena acara lgi di pending maka iseng2 saya mengaktifkan laptop dan membuka fesbuk, siapa tahu ada yang beri komen di status atw ada email nyasar ke inbox saya.. dari sekian banyak email yg masuk ke inbox saya, ad satu email yg sangat menarik berasal dari kawan lama yg dulu sering berjibaku di salah satu organisasi kemahasiswaan waktu dulu.. kawan itu bernama kadriyani arsyad, email yg bernada curiosity dgn sedikit bumbu emosi nampak explicit dalam email yg ia tulis kpd saya, emailx kurang lebih seperti ini;
Ass.. Alkum wr wbr!K budi, sebgai orang satu2nya yg sy kenal yg tinggal di negri J.... Mly, ingin nanya sedalam2nya bgm pandanganta' terhadp org2 atau masyrkt sana.Sy takut jng sampai kebencianku terhdp MLY saat ini hanya karena pengaruh media. Now, i hate MLY so much! Thanks before! Wassalam...
……
Saya fikir email dari kawan lama saya ini merepresentasikan fikiran dan perasaan sebagian masyarakat Indonesia terhadap M’sia. Jadi setelah berfikir sejenak ditengah riuh-ramainya kawan Indonesia di IPS (institute postgraduate studies) universiti malaya saat itu, yang sedang melaksanakan prosesi pemilihan ketua baru untuk masa jabatan 2009-2010. maka kucoba menjawab dengan jawaban retorik dan berdasarkan pengalaman saya sendiri selama kurang lebih 3.tahun disini..
......
To; kadriyani
Alhamdullilah sy baik ....waah.. wacanax booming yaa di t4 kadriyani??? sehingga harus justifying kesaya..hahaha, tpi itu pertanyaan yg sangat rasional sekali, sebagai warga negara yang memiliki solidaritas serta sifat nasionalis yang baik... my thumb rise 4 u... saya coba jawab yaa... moga2 bisa memberikan gambaran sedikit........
Media leads us to the point that they want to put us, if u strictly follow u'll be in that position. Need a second opinion when justifying something, and need a critical thinking if u wanna survive... (from; buku pengantar CDA/critical discourse analysis)
Scara pribadi saya suka belajar disini, segalanya lebih mudah, teratur jga terkonsep.. pada dasarx baik m'sia maupun d indonesia karakter orng2x g jauh berbeda, respek terhadap org yg memiliki ilmu atw orang2 yg sedang menuntut ilmu, sebaliknya terkadang underestimate terhadap org2 yg dari segi ekonomi maupun tingkt pendidikan yg jauh d bwh mreka... secara umum jika membahas konflik ataupun menilai benar-salah, lebih maju atw lebih di bidang perbidang antara m'sia maupun indonesia diperlukan kajian serius krn konflicitas maupun kompleksitas dari hubungan kedua negara bertetangga ini.
Disatu sisi ketika sisi nasionalisme Indonesia tersentuh saat m'sia mengclaim apa yg menurut Indonesia itu milik Indonesia... baik itu lagu rasa sayange, batik, reok ponorogo dan masih banyak lagi, namun tak pernah kah kita berfikir apa yg dilakukan lebih dari 2 juta rakyat indonesia di m'sia yng cuman kurang dari setengahnya adalah pelajar serta expatriat (org2 bekerja secara profesional).. sisanya adalah TKI yang yang sebagian besar adalah PATI atw pendatang asing tanpa ijin yg dulunx di kenal disini dgn istilah pendatang haram. tentu saja jumlah tenaga kerja illegal segede itu itu juga akan memantik masalah2 sosial...
Urusan klaim-mengklaim antara m'sia maupun indonesia, perlu di tempatkan secara proporsional.. kita sadar hubungn m'sia indonesia mengalami pasang surut, semenjak 52 tahun belakangan ini.saran sya buat kwanku yg satu ini,... ataupun kepada negeriku, adalah sbb….. namun sy akan memulai dengan kalimat umum yg sering kita dengar, indonesia malaysia adalah serumpun, or malaysia dulux belajar kepada indonesia... Indonesia memang serumpun, namun istilah serumpun nampakx lebih menguntungkan m'sia,.. kenapa ??.. apa karena skrg murid (baca; m'sia) lebih pintar dari guru (baca; indonesia), sehingga sering ngibulin sang guru, atw karena si murid rajin belajar, tekun bin ligat namun disisi lain sang guru nggak ngupdate ilmux sehingga si murid semakin lihai mempermainkan sang guru..hahaha...solusinya menurut kawan2 hasil diskusi warung kopi versi m’siswa kurang kerjaan disini; ketika malaysia pintar bermanuver indonesia harusx lebih pintar lagi, ktika m'sia berfikir kreatif maka indonesia harus lebih berfikir dan berkreasi lebih kreatif lagi,.. jangan cuman bisa mengedepankan "esmosi"..
eniwei..karena kadriyani sama sperti sy, sama2 lulusan fakultas keguruan, .. mari kita bikin suatu wacana; profil guru yang cuman bisa marah2 kan biasax dirumahx lagi banyak masalah intern atw guru yg applicable ilmux atau level keilmuanx di dlm klas tersaingi atw bahkan terlewati sehingga harus ditutupin dgn kmarahan (moro2) kpd si murid oleh figur sang guru tersebut..haha..benar nggak?
eniwei..karena kadriyani sama sperti sy, sama2 lulusan fakultas keguruan, .. mari kita bikin suatu wacana; profil guru yang cuman bisa marah2 kan biasax dirumahx lagi banyak masalah intern atw guru yg applicable ilmux atau level keilmuanx di dlm klas tersaingi atw bahkan terlewati sehingga harus ditutupin dgn kmarahan (moro2) kpd si murid oleh figur sang guru tersebut..haha..benar nggak?
bocoran yaaa... disini karena pers di kontrol oleh negara maka masyarakat g disibukkan dan dihabiskan waktunya dengan masalah2 seperti ini,.. mereka lebih diarahkan untuk mengurusi masalah2 prinsipel sperti, pendidikan, ekonomi ... atw mencari solusi dengan melakukan penelitian (applied research) terhadap masalah masakini yg dihadapi oleh m'sia.. dan beruntungx saat ini saya bisa menikmati pendidikan di salah satu universitas, yg menjadi pilar applied research baik di tingkat ..bla.bla.bla (di sensor karena lebih mengarah kepada memuji diri sendiri dan malaysia..hahaha)
So its up to us, we still wanna angry with them, or study or updating our knowledge and be smarter than before (baca; malaysia)…
cheers,
budianto.h
Kawan lama yng slalu berdoa semoga cepat bisa selesai study so bisa cepat pulang bwt ngebangun bangsa negara juga segera pulang untuk merried.... n org yg juga slalu berdoa agar indonesia dan m’sia jgn mau di adu domba oleh media or pihak ke3 …. wish me luck dear
…
Itulah jawaban yg kukirimkan kpd kawan lamaku itu, kawan yg dulu sangat solider kpd sy soalx sama2 se jurusan, kawan yg lebih beruntung, kenapa saya katakan bgitu, setelah dipertemukan oleh media fesbuk setelah bertahun2 tak ketemu tanpa ad kabar berita.. tanpa nyana dia telah terlebih dahulu kawin n sdh punya anak..nah saya… calon istri aja nggak ada…hahahaha
kembali ke persoalan hubungan bilateral antara M’sia dan Indonesia, kedua negara memang mengalami pasang-surut sejak m’sia mendapatkan kemerdekaanx pada 52 tahun lalu yang jatuh tepat pada hari ini 31 agustus.
Tanpa kita pungkiri M’sia dan Indonesia memang serumpun, sama2 memerlukan dan sama2 tak terpisahkan baik dari sejarah maupun ethno-geographis… namun hubungan Indonesia-M’sia tak selalu mulus dalam rentang waktu 52 tahun ini. Kenapa ini bisa terjadi….??? apakah indonesia yang kurang bisa bersikap atau malaysia sudah mulai arogan atau Apakah ada yg mencoba mengail di air keruh???.. perlu kajian lebih mendalam dilaksanakan mengenai hal ini, sama seperti yg sarankan kpd kawanku si penulis email diatas,..
2 tahun yg lepas ketika kami masih dalam kepengurusan PPIUM (persatuan pelajar Indonesia-Univ.Malaya), kami diminta membantu 1st international conference hubungan Indonesia-malaysia, yg di gagas oleh dua negara untuk meperbicangkan permasalahan hubungan kedua2 negara dalam tataran akademis,. Lalu di lanjutkan di tataran pengambil keputusan dengan dibentuknya Eminent Persons Group (EPG) kedua negara yang berlangsung di Jakarta. EPG Indonesia diketuai mantan Wakil Presiden Try Sutrisno, pihak Malaysia ketuanya Datuk Tun Musa Hitam. Tujuan EPG mempererat kembali tali persaudaraan kedua bangsa melalui lajur berbagai profesi.
Eniwei…Hubungan Indonesia-Malaysia tegang menurut saya pribadi hanya karena satu alasan, yakni kehadiran sekitar dua juta TKI di negeri jiran M’sia. Selama problem klasik ini tak diselesaikan secara serius, ketegangan ala konfrontasi itu menjadi bahaya laten yang mudah termanifestasi menjadi konflik serius.
Namun dengan atau tanpa konfrontasi, pendapat pribadi saya, Malaysia menganggap kedua negara bagai dua saudara yang kadang kala bertengkar. Kakak berharap adiknya bersikap hormat, sebaliknya adik merasa kakak cepat naik pitam. Jika disimpulkan, separuh kalangan di Malaysia mungkin merasa Indonesia sebagai kiblat historis dan kultural yang layak dicontoh, separuhnya lagi tak begitu peduli dengan ketegangan-ketegangan yang terjadi.
Sebaliknya, tak sedikit kalangan di Indonesia yang mudah terprovokasi dengan isu-isu bilateral yang membuat kondisi bagaikan api di dalam sekam, seperti kasus Ambalat, batik, dan lagu Rasa Sayangé. Dan, lain2 salah satu kalangan yang menyulutkan api ke bensin adalah justru pers Indonesia. Sebagai contoh sebuah hasil penelitian kawan seorang peneliti media yang baru saja sy baca, Dalam kurun waktu Mei-Oktober 2007 terdapat hampir 5.000 berita media cetak tentang ketegangan bilateral kedua negara. Hanya lima persen yang bernada positif, selebihnya menjelek-jelekkan Malaysia.
Itulah jawaban yg kukirimkan kpd kawan lamaku itu, kawan yg dulu sangat solider kpd sy soalx sama2 se jurusan, kawan yg lebih beruntung, kenapa saya katakan bgitu, setelah dipertemukan oleh media fesbuk setelah bertahun2 tak ketemu tanpa ad kabar berita.. tanpa nyana dia telah terlebih dahulu kawin n sdh punya anak..nah saya… calon istri aja nggak ada…hahahaha
kembali ke persoalan hubungan bilateral antara M’sia dan Indonesia, kedua negara memang mengalami pasang-surut sejak m’sia mendapatkan kemerdekaanx pada 52 tahun lalu yang jatuh tepat pada hari ini 31 agustus.
Tanpa kita pungkiri M’sia dan Indonesia memang serumpun, sama2 memerlukan dan sama2 tak terpisahkan baik dari sejarah maupun ethno-geographis… namun hubungan Indonesia-M’sia tak selalu mulus dalam rentang waktu 52 tahun ini. Kenapa ini bisa terjadi….??? apakah indonesia yang kurang bisa bersikap atau malaysia sudah mulai arogan atau Apakah ada yg mencoba mengail di air keruh???.. perlu kajian lebih mendalam dilaksanakan mengenai hal ini, sama seperti yg sarankan kpd kawanku si penulis email diatas,..
2 tahun yg lepas ketika kami masih dalam kepengurusan PPIUM (persatuan pelajar Indonesia-Univ.Malaya), kami diminta membantu 1st international conference hubungan Indonesia-malaysia, yg di gagas oleh dua negara untuk meperbicangkan permasalahan hubungan kedua2 negara dalam tataran akademis,. Lalu di lanjutkan di tataran pengambil keputusan dengan dibentuknya Eminent Persons Group (EPG) kedua negara yang berlangsung di Jakarta. EPG Indonesia diketuai mantan Wakil Presiden Try Sutrisno, pihak Malaysia ketuanya Datuk Tun Musa Hitam. Tujuan EPG mempererat kembali tali persaudaraan kedua bangsa melalui lajur berbagai profesi.
Eniwei…Hubungan Indonesia-Malaysia tegang menurut saya pribadi hanya karena satu alasan, yakni kehadiran sekitar dua juta TKI di negeri jiran M’sia. Selama problem klasik ini tak diselesaikan secara serius, ketegangan ala konfrontasi itu menjadi bahaya laten yang mudah termanifestasi menjadi konflik serius.
Namun dengan atau tanpa konfrontasi, pendapat pribadi saya, Malaysia menganggap kedua negara bagai dua saudara yang kadang kala bertengkar. Kakak berharap adiknya bersikap hormat, sebaliknya adik merasa kakak cepat naik pitam. Jika disimpulkan, separuh kalangan di Malaysia mungkin merasa Indonesia sebagai kiblat historis dan kultural yang layak dicontoh, separuhnya lagi tak begitu peduli dengan ketegangan-ketegangan yang terjadi.
Sebaliknya, tak sedikit kalangan di Indonesia yang mudah terprovokasi dengan isu-isu bilateral yang membuat kondisi bagaikan api di dalam sekam, seperti kasus Ambalat, batik, dan lagu Rasa Sayangé. Dan, lain2 salah satu kalangan yang menyulutkan api ke bensin adalah justru pers Indonesia. Sebagai contoh sebuah hasil penelitian kawan seorang peneliti media yang baru saja sy baca, Dalam kurun waktu Mei-Oktober 2007 terdapat hampir 5.000 berita media cetak tentang ketegangan bilateral kedua negara. Hanya lima persen yang bernada positif, selebihnya menjelek-jelekkan Malaysia.
Di lain pihak media Malaysia justru cenderung menyembunyikan berita-berita yang menyulut emosi. Sebagai negeri yang pernah diserbu pasukan Indonesia, mereka paham pemberitaan yang memanas-manasi sama sekali tidak menguntungkan.
Indonesia dan M’sia memang memiliki kultur konfrontasi, Grafik hubungan RI-Malaysia naik turun sejak konfrontasi awal 1960-an. Kedua bangsa memang serumpun, tetapi sejarah dan sistem politiknya bagai siang dan malam. Malaysia dijajah Inggris yang sistem kolonialismenya ”bagus” dibandingkan Belanda yang ”kejam”. RI berjuang untuk merdeka, tanggal kemerdekaan Malaysia mesti dapat persetujuan dari Inggris dulu.Malaysia sebuah monarki konstitusional, Yang Dipertuan Agung menjadi simbol dan pemerintah dipimpin perdana menteri. Indonesia sebuah republik yang merebut kemerdekaan melalui perjuangan dan diplomasi. Konstitusi Malaysia menyebut Islam sebagai agama resmi, tetapi judi diizinkan di Genting Highland meskipun hanya untuk warga Malaysia non-Islam dan warga asing. Sementara UUD 1945 secara implisit menyebut Indonesia sebagai negara sekuler.
Kondisi obyektif memang memperlihatkan Malaysia saat ini lebih maju dari indonesia, baik dari segi ekonomi, pendidikan maupun infrastruktur, beberapa langkah didepan. namun haruskah itu membuat atau memantik sifat cemburu atau arogan, dari dua negara yang bagaikan kakak-adik (versi m'sia; adik-beradik) ini.
Dan disisi lain Indonesia bisa mencontoh malaysia dari segi infrastruktur pendidikan;..saya masih ingat 2,5 tahun yang lalu ketika penulis masih menjadi bagian dari tim sepakbola pelajar indonesia univ.malaya yang mengikuti pertandingan dalam rangka mengkuti peringatan kemerdekaan RI di univ.kebangsaan malaysia di bangi, disela-sela acara istirahat, para kawan2 indonesia dari berbagai kampus di m’sia saling memuji infrastruktur yg dimiliki kampus masing2, sampai akhirnya salah seorang kawan dari UKM nyeletuk, apa jadinya yaa jika infrastruktur sperti itu ada di kampus2 indonesia, orang2 kita pasti akan merajai dunia.. tanpa infrastruktur yg memadai aja kita bisa bersaing, apalagi klw infrastrukturnya bagus...juara terusss pastinya!!! Hhahahaha
Eniwei... selamat Ultah Malaysia ..akur2 yaa dengan indonesia
Budianto Hamuddin
Fakulti Bahasa dan linguistics
UM.KL
NB;
Tulisan ini di buat di dataran sastra dikarenakan perpustakaan utama universiti Malaya tutup, karena menyambut ULTAH M’sia yg ke 52 yang bertepatan hari ini 31 agustus 2009.
And buat bung Rahmat Hidayat, selamat yaa karena sudah terpilih untuk mengemban amanah PPIUM untuk periode 2009-2010… harus lebih maju yaa lagi dari kepengurusan kemaren!!