Pages

Tuesday, January 11, 2011

Sahabat & Cerita Sebuah Lesung Batu


Pindah rumah, serasa pengantin baru,.. haha, maksudx tuh sibuk berburu peralatan rumah tangga. Yah begitulah aktivitas kami beberapa hari ini, sibuk ngumpulin peralatan and kelengkapan rumah tangga.


Awal ceritanya seperti ini.. bermula ketika saya sepakat dengan beberapa kawan2 para Tansri (tanpa istri) untuk memulai hidup yg baru di rumah yang baru. Setelah berburu tempat tinggal yang pas, akhirnya kmi menemukan sebuah apartment yang tepat baik dari segi lokasi maupun kenyamanan. tepatx di blok 21 Apartment Taman Bukit Angkasa, Kuala Lumpur.

Setelah memasuki apartment kami yang baru, kami berlima yang terdiri Pak Nuris yg berprofesi dosen di UNRI dan UM, Pak IS dosen di lampung, Kang Ari, entrepreneur sukses di bandung yg lagi ngambil Phd di UM, Zidny student master dri cirebon dan seorang anak ganteng dari Makassar..(hehehe dilarang protes), maka lengkaplah tim power rangers penghuni markas Q-ta lantai 13 no.X. nah setelah berkumpul malam itu kami para penghuni markas Q-ta (sebutan buat apartment kami) kami memulai rapat mengenai masa depan rumah baru kami ini termasuk memilih ketua rumah yang bertanggung jawab atas mnsejahterakan rumah dan para penghuninya..haha, dan rapat pertama di apartment baru kami itu berlangsung dengan suasana sangat2 demokratis dan menghasilkan banyak kesepakatan2, salah satu butir kesepakatannya seperti memilih anak ganteng dari makassar, pemilik blog ini untuk menjadi ketua rumah dengan masa bakti 2011-ntah sampai kapan..haha..nasib.nasib.

Nah setelah terangkat si anak makassar yang satu itu memulai gebrakanx dengan membuat proker,.. melengkapi apartment baru kami itu dengan peralatan kelengkapan rumah tangga dan dilaksanakan dalam tempo yang sesingkat-singkatnya,.. Jakarta 17 agustus 1945 atas nama bangsa Indonesia .. Soekarno-Hatta ( looh kok jadinya proklamasi nih).. maksudx tuh sesegera mungkin melengkapi rumah biar nampak seperti rumah tempat tinggal, namun melihat situasi keuangan dari kami masing2 yg sdh agak kepayahan soalx sewa rumah kami ini lumayan juga bikin kantong kempes,.. sewa bulananx rm.750 mesti ditambah deposit 2 bulan trus ditambah deposit listrik RM.200 so total yg kami kluarkan untuk menempati apartmen baru kami ini sekitar RM.2450, blum lagi sekarang awal semesteran jadi mesti bayar uang kuliah lebih prioritas..hehe

So melihat situasi keuangan kami semuax maka diputuskan untuk membeli perlengkapan yg urgent2 aj.. beruntungx apartment kami sdh tersedia mesin cuci, kulkas, kompor, jadi kami nggak perlu lagi saweran untuk beli itu smuax. nah pada akhirx kami mendapat jatah masing2 untuk menyumbang bagi kelengkapan rumah, ada yg nyumbang TV, rice cooker, wajan, panci, piring, mangkuk, gelas.dll walhasil rumah kami sdh nampak macam rumah sebagai tempat tinggal… dengan segala kelengkapanx ala mahasiswa Indonesia yang jauh dari kampung halaman.

Namun yang membuatku belum puas dan terkadang membawah kesedihan yg teramat pilu.. (lagi.melow.com..hehe) karena rumah kami itu belum dilengkapi dengan fasilitas penggilingan batu buat nyambel atau ulekan sambel yg klw dalam bahasa inggris versi makassarx dinamakan “cobek-cobek”…hehe,.. FYI saya ini typical orang yg suka makanx yg pedas2 loh, nah makanya kalau makan saya selalu nyari sambel..hehehe. saking sukanya sambels kata “sambel” di kasih akhiran “s” jadi kesanx jamak, so maksudx itu, saya suka makan berbagai jenis sambel, termasuk, sambel terasi, sabal ijo, sambal balado, sambal teri,dll pokokx sambel.bel.bel..hehe bahkan kadang pikiran unik muncul dlm kepala,.. ntar requestx kalau nyari istri mesti yg jago ngulek sambelnya…hahaha…coz’ I love sambel.

Nah ternyata setelah saya berburu di berbagai mall dan ternyata tidak berhasil menemukan barang tersebut maka saya putuskan untuk merubah target pencarian ke pasar2 tradisional dan akhir ketemu di pasar malam …nah loh kok bisa,.. kebtulan lagi jalan2 di pasar malam dan pas ada yang ngejual.. namun alangkah sedihnya, (lebay lagi.com) setelah capek2 berkeliling dan menemukan lesung batu yang dicari-caria eeh maharnya (baca; hargax) mahal banget… , harga yang di pasang makcik2 penjual itu gila2an untuk sebuah lesung batu,..alasanx klasik,.. ini barang import.hehe….. wah bisa2 tekor sampai akhir bulan nih... wadooii gmna nih… duit di dompet kagak cukup… terpaksa rencana pembelianx di postpone dulu..hehehe nunggu gajian yang tinggal beberapa hari lagi, dari pada saya nggak makan,..masak mau makan lesung batu doang... walaupun import, kagak deh..thanks ... hehehe

Tapi sempat kefikiran sih,.. kok harga lesung batu itu segitu mahalx,.. trus muncul lagi fikiran pedagang saya,.. klw sy ngimport “cobek2” dari makssar satu container,.. bakalan untung brapa saya yah….hahaha, di makassarkan harga lesung batu murah and nggak semahal di KL loh.

Anyway ternyata semesta mencatat keinginan saya untuk memiliki lesung batu yang teramat-amat, sampai kebawa mimpi…(lebay lagi deh..hehe). dan esok pagix ketika saya bersilaturahim di rumah sahabat saya yang bernama mas Zainal Abidin walaupun di FBnya dia lebih memilih menggunakan nama “Zaka Abidin”.. padahal nama aslix sama dengan nama raja agung Malaysia, cuman rejekinya aja yg berbeza sedikit… hehehe namun sama2 raja kok. yg satu raja Malaysia yg satunya raja …. (hehehe ..rahasia).

Back to the story, akhirnya mas zaka (panggilan sayang kami ke dia..hehehe) tahu hasrat mendalam saya untuk memiliki lesung batu… tiba2 tersenyum lalu masuk ke dapur and menghadiahi saya sebuah lesung batu…seraya berkata …… “nih buat mas budi”.. hahaha ..sebuah lesung batu, hadiah istimewa di pagi hari..gumamku kepadanya…. heheehe hikmah bersilaturahim nih yee, sembari mengucapkan … “makasih mas!!....

Ntah sudah berapa kali mas zaka sahabatku ini, muncul sebagai solusi2 dari persoalan2 yang saya hadapi juga kawan2 disini sering kami hadapi,.. sosok yang dlam fikiran saya sering terlintas “mungkin” didalam darahnya mengalir solusi2 buat orang2 disekililingx kali yee,.. sahabtku yang asli jawa ini memang orangx supel dan senang membantu, sosok yang mungkin bukan hanya hasil pengkaderan bertahun2 jadi santri di pondok gontor.. tapi memang dia memiliki jiwa yang terpuji,.. pribadi unggulan.. sosok yang tangguh dalam mengarungi perjuangan hidup.

Anyway Sedikit saya akan bercerita tentang kawan saya ini dengan sedikit flashback view point,.. sebenarx saya sudah dua kali mendapatkan tawaran untuk menulis buku dari seorang kawan yang berprofesi sebagai penulis dan motivator di Indonesia. Sebuah buku yang akan kami beri judul “Terjun Bebas di Kuala Lumpur” yang bercerita tentang kisah2 keseharian kawan2 yang datang dengan modal nekat ke KL demi mengejar impian untuk kuliah di berbagi universitas ternama di KL dan sambil bekerja tentunya.. niatan awal kami mau joinan menulis buku ini sebenarnya cuman mau berbagi pengalaman2 dari kawan2 disini yang “fight” demi mengejar impian2 mereka,semoga dengan sampainya kisah2 tersebut bisa menginspirasikan banyak orang untuk terus belajar dan membuktikan bahwa tanpa dukungan beasiswa, pemerintah atw keluarga yang kaya mereka juga bisa sukses mengenyam pendidikan berkualitas... namun karena di sebabkan menulis buku itu harus fokus dan disisi lain saya juga harus kejar tayang thesis, blum lagi dituntut untuk nyari duit kuliah dgn nyambi sana-sini,.. maka saya agak menepikan projek tersebut.. entah sampai kapan,…tapi suatu saat saya pasti akan menuliskanya.

Nah semenjak saya mendapatkan tawaran membuat buku itu sebenarx kami sudah mulai memetakan orang2 yang kami anggap kisah keseharianx disini, bisa menginspirasi banyak orang,.. Kisah keseharian dalam mengejar cita2 dengan segala keterbatasan yang menjadikan orang-orang tersebut menjadi sosok2 yang tangguh dan layak untuk di contoh, dan salah satu dari orang2 yang saya incar sebagai tokoh dalam buku kami adalah sahabat saya Mas Zaka Abidin atau Zainal Abidin.

Sebenarnya tanpa sepengetahuan dia, saya sudah lama mengamati dan membuat catatan2 kecil tentang dia, tentang bagaimana anak seorang yang dari latar belakang keluarga yang sederhana di Pekalongan sana bisa melanjutkan study masternya di sebuah universitas paling tertua dan ternama di Malaysia, bagaimana demi menyambung hidup serta membiayai kuliahx sekaligus mengirimkan duit ke keluarganya, dia harus membanting tulang dengan menjadi supir pribadi seorang Datuk di KL,.. saya rasa dia pantas untuk menjadi salah satu tokoh di dalam buku kami kelak, yang kami harap bisa menginspirasi para pemuda-pemudi untuk tidak cengeng dalam dalam mengejar cita-cita sekaligus berkompetisi dalam kehidupan yang penuh perjuangan ini.

Selain mas zaka sebenarx saya juga sdh mengincar beberapa kawan2 dan para senior2 “terjun bebas” dalam mengejar impianx untuk mendapatkan sebuah pendidikan yang berkualitas dengan berbagai kisah2 perjuangan mereka di kuala Lumpur ini,… ada yang demi membiayai kuliahx dengan nyambi sbagai Assisten riset di kampus, koki atau pelayan di restoran, cleaning services di kantor2, guru2 privat, takmir masjid dan berbagai profesi lainya untuk menopang kehidupan meraka selama mengejar impian2 mereka di KL.

Sebenarnya ketika saya baru datang di UM ini beberapa tahun yang lalu saya sudah banyak mendengar tentang sepak terjang kawan2 yang berlabel “terjun bebas” ini di KL, dan bahkan dari beberapa senior-senior saya yg lebih dahulu mengenyam atmosphir UM,… mereka bahkan menyebut “dulu di UM ini anak2 yang kuliah nyambi kerja” jauh lebih banyak yang berhasil dari anak2 “orang kaya” yg borju atau anak2 yng datang dengan “beasiswa”,.. karena mereka lebih fight dan nggak gampang menyerah. kalimat2 seperti itu bukan sekali dua kali saya mendengarx dari para senior2 kami di UM. dan kalimat-kalimat itu yang membuatku tertarik dari dulu untuk mengenal dan bersahabat dengan kawan2 yang berlabel “terjun bebas” di KL, termasuk mas Zaka sahabatku ini.

Anyway back to the lesung batu itu,.. saya fikir karena saya telah mendapatkan budi baik dari sahabat saya ini,.. apa salahnya jika saya menawarinya untuk di traktir makan pagi itu….namun saya jadi malu,… ketika saya mencoba untuk “ngebayar” hadiahx berupa lesung batu yang sudah berhari-hari saya cari itu, sy coba menawarkan untuk mentraktir dia makan roti canai dan segelas teh tarik seperti yg kerap kami lakukan dengan saling mentraktir di kedai bawah ketika siapa yg mendapatkan rejeki lebih.. jawabx kalem “terima kasih" lalu dia melanjutkan dengan sebuah pertanyaan pelan, karena melihat raut wajah saya yg mungkin agak sedikit kecewa…. Lalu melanjutkan kalimatx dengan sebuah pertanyaanx “maaf mas budi, hari ini hari apa?"... lalu dgn sigap saya menjawab "senin mas, kenapa".. lalu dgn nada yg lebih tenang dia menjawab "saya puasa"................. ada perasaan malu tiba2 terbersit di hatiku........................... aku kalah lagi dri segi ibadah hari ini dari sahabatku itu...

Kuala Lumpur 2011
Budi Hamuddin





Sunday, November 21, 2010

Mengapa Banyak Hewan Kurban Yang Menangis?

Teman-teman.

Di hari Raya Iedul Adha banyak sekali hewan ternak yang dikurbankan. Umat Islam meyakininya sebagai bagian dari warisan Nabi Ibrahim alaihissalaam. Kepada Ibrahim Tuhan mengajarkan kesediaan untuk berkorban. Kemudian ajaran itu diabadikan oleh Tuhan melalui Nabi-Nabi yang datang kemudian. Setiap mahluk yang tunduk kepada Tuhannya tentu akan dengan senang hati menjalani perintah-Nya. Termasuk hewan-hewan ternak itu. Tetapi, apakah setiap hewan kurban bersuka cita ketika mereka memberikan pengorbanan itu?

Di masa kecil, hati saya sering dipenuhi oleh kisah-kisah indah yang menceritakan tentang hewan-hewan yang senang kalau dipilih untuk menjadi kurban. Meskipun mereka mati, namun kematiannya membuat Tuhan senang. Sehingga, hewan-hewan itu bisa menjadi mahluk yang disayang oleh Tuhannya.

Setelah dewasa, sudut pandang saya mulai berubah. Bahkan, panca indera saya merasakan ada hewan yang meneteskan air mata ketika terpilih menjadi kurban. Semakin saya tua, semakin banyak cerita tentang hewan-hewan yang menangis itu. Lalu saya bertanya dalam hati; ”Apakah hewan-hewan di zaman ini sudah enggan untuk diajak lebih dekat dengan Tuhan?”

Lama saya memikirkan sebuah jawaban. Hingga saya kembali teringat tentang apa yang pernah saya alami dulu. Sewaktu masih kecil, saya adalah penggembala domba. Dan saya biasa berbicara dengan domba-domba saya. Kali ini pun saya merasa seolah tengah berdiskusi dengan mereka.”Wahai domba-dombaku,” Saya bertanya; ”mengapa sekarang kalian enggan menjadi hewan kurban?”

Domba-domba itu terperanjat, lalu menjawab;”Embeee...k” katanya.

”Kenapa begitu?” balas saya. Lalu mereka berkata:”Bekmbek, eeeeeembeeeeek....”

Anda yang tidak mengerti bahasa para domba tidak akan memahami isi dialog kami. Tapi, sekarang saya faham mengapa banyak hewan kurban yang menangis di hari raya Iedul Adha. Para domba bilang, mereka menangis karena banyak sekali orang yang berkurban bukan untuk mencari karunia Tuhan. Melainkan sekedar ingin mendapatkan pujian. Para domba dan teman-temannya sesama hewan kurban sedih sekali melihat perilaku para manusia. Mereka mengira bahwa kurbannya itu akan sampai kepada Tuhan sebagai suatu amalan. Padahal dengan niatnya yang tidak lurus lagi, tidak mungkin Tuhan menilainya sebagai suatu kebaikan.

Diantara manusia ada yang berkurban karena merasa ’tidak enak’ oleh tetangganya. ”Orang mampu kok tidak berkurban, apa kata dunia?” Padahal hanya soal membayar pajak yang boleh sambil bilang begitu.

Diantara mereka juga ada yang berkurban untuk sekedar pameran. ”Lihat nih, hewan kurban gue yang paling gede!”

Ada pula yang berkurban untuk beragam alasan lainnya selain mendekatkan diri kepada Tuhan. Ibadah sudah berubah menjadi sekedar ritual yang hampa akan makna. Maka wajar jika para hewan yang dikurbankan itu merasa pengorbanannya tidak lagi memiliki nilai spiritual seperti halnya yang diajarkan Tuhan kepada Ibrahim.

Domba-domba saya bercerita tentang betapa banyaknya manusia yang mengira bahwa kurbannya bakal diterima oleh Tuhan. Padahal, Tuhan sudah berfirman bahwa tidak sedikitpun bagian dari hewan kurban itu akan sampai kepada-Nya. Tidak dagingnya. Tidak darahnya. Bahkan tidak sekalipun hanya sehelai bulunya.

Domba-domba saya bercerita tentang betapa sedihnya mereka melihat tingkah polah manusia yang telah kehilangan esensi dari kurbannya. Mereka hanya melihat jasad kasar hewan-hewan yang dikurbankan. Padahal hakekat dari kurban melampaui batasan-batasan kasat mata belaka. Karena hakekat kurban adalah komitmen untuk menyembelih nafsu kebinatangan yang masih berkeliaran didalam diri kita.

Binatang tidak malu membuka-buka aurat didepan umum. Kita berkurban, tapi tetap berbangga hati dengan aurat-aurat yang kita perlihatkan. Binatang tidak segan untuk merebut makanan milik teman. Kita berkurban, tetapi masih berani merampas harta benda yang bukan hak kita. Binatang tidak sungkan untuk mengumbar syahwat dimana saja dan dengan siapa saja. Kita berkurban, tapi tidak lagi menghiraukan siapa yang muhrim dan siapa yang haram untuk berhubungan intim. Binatang juga berprinsip siapa yang paling kuat fisiknya, dialah yang menjadi rajanya. Kita berkurban, namun masih gemar menerapkan hukum rimba sehingga akal dan nurani kita tidak lagi berfungsi sebagaimana mestinya.

Domba-domba saya bercerita, betapa sedihnya mereka melihat tingkah polah manusia yang berkurban namun tetap membiarkan hidup sifat-sifat kebinatangan didalam dirinya. Sehingga di hari raya Iedul Adha, banyak orang yang kehilangan makna dari kurban yang dilakukannya. Diakhir pertemuan itu, domba-domba saya berpesan;”Jika engkau berkurban, maka luruskanlah niatmu hanya untuk Tuhanmu. Dan sembelihlah nafsu-nafsu kebinatangan didalam dirimu. Maka aku akan bersuka cita untuk menjadi simbol kurbanmu....”

Ketika domba saya hendak dikurbankan, dia terlihat meneteskan air mata. Lalu saya bertanya;”Mengapa engkau menangis? Apakah aku belum meluruskan niatku?”

Domba saya berkata;”Sekarang aku menangis oleh rasa syukurku, karena Tuhan telah memilihku menjadi hewan kurbanmu....”


source;
blog; Dadang Kadarusman
Leadership & People Development Training 

Sunday, October 24, 2010

Ciri-Ciri Orang Berpikiran Positif


Semua orang yang berusaha meningkatkan diri dan ilmu pengetahuannya pasti tahu bahwa hidup akan lebih mudah dijalani bila kita selalu berpikir positif. Tapi, bagaimana melatih diri supaya pikiran positiflah yang 'beredar' di kepala kita. Tak banyak yang tahu akan hal tersebut. Oleh karena itu, sebaiknya kita kenali saja dulu ciri-ciri orang yang berpikir positif dan mulai mencoba meniru jalan pikirannya.

1. Melihat masalah sebagai tantangan.
Bandingkan dengan orang yang melihat masalah sebagai cobaan hidup yang terlalu berat dan bikin hidupnya jadi paling sengsara sedunia.

2. Menikmati hidupnya.
Pemikiran positif akan membuat seseorang menerima keadaannya dengan besar hati, meski tak berarti ia tak berusaha untuk mencapai hidup yang lebih baik.

3. Pikiran terbuka untuk menerima saran dan ide.
Karena dengan begitu, boleh jadi ada hal-hal baru yang akan membuat segala sesuatu lebih baik.

4. Mengenyahkan pikiran negatif segera setelah pikiran itu terlintas di benak.
'Memelihara' pikiran negatif lama-lama bisa diibaratkan membangunkan singa tidur. Sebetulnya tidak apa-apa, ternyata malah bisa menimbulkan masalah.

5. Mensyukuri apa yang dimilikinya.
Dan bukannya berkeluh-kesah tentang apa-apa yang tidak dipunyainya

6. Tidak mendengarkan gosip yang tak menentu.
Sudah pasti, gosip berkawan baik dengan pikiran negatif. Karena itu, mendengarkan omongan yang tak ada juntrungnya adalah perilaku yang dijauhi si pemikir positif.

7. Tidak bikin alasan, tapi langsung bikin tindakan.
Pernah dengar pelesetan NATO (No Action, Talk Only), kan? Nah, mereka ini jelas bukan penganutnya.

8. Menggunakan bahasa positif.
Maksudnya, kalimat-kalimat yang bernadakan optimisme, seperti "Masalah itu pasti akan terselesaikan, " dan "Dia memang berbakat."

9. Menggunakan bahasa tubuh yang positif.
Di antaranya adalah senyum, berjalan dengan langkah tegap, dan gerakan tangan yang ekspresif, atau anggukan. Mereka juga berbicara dengan intonasi yang bersahabat, antusias, dan 'hidup'.

10. Peduli pada citra diri.
Itu sebabnya, mereka berusaha tampil baik. Bukan hanya di luar, tapi juga di dalam.


nah pertanyaanx "Apakah attitude pada diri kita sudah merangkum itu semua... kalau saya yang ditanya begitu...jawaban saya sederhana ...sy masih berusaha untuk melatih diri untuk bisa seperti itu..!!

Sumber: Anonymous

Friday, October 22, 2010

Guru Istimewa Untuk Murid Yang Istimewa

Menjadi guru, bukanlah pekerjaan mudah. Didalamnya, dituntut pengabdian, dan juga ketekunan. Harus ada pula kesabaran, dan welas asih dalam menyampaikan pelajaran. Sebab, sejatinya, guru bukan hanya mengajarkan tapi juga mendidik. Hanya orang-orang tertentu saja yang mampu menjalankannya.


Dulu waktu masih di bangku kuliahan di fakultas umar bakri disebuah universitas di Makassar, kalimat-kalimat diatas sering kali terdengar, namun seringkali cuman masuk ditelinga kiri, hinggap sebentar di otak, lalu keluar lagi di telinga kanan, yah kalimat2 diatas kerap kali menjadi doktrin2 pamungkas yg kerap keluar dri mulut para dosen matakuliah yang mengajarkan “how to be a good teacher”… yayaya!!.. saya masih ingat kok siapa- nama dosen yang pernah ngucapin kalimat2 itu bahkan saya masih ingat kok siapa-siapa nama dosen-dosen yg pernah ngajar waktu di bangku kuliahan bahkan guru2 dri SD sampai STM pun rasa2 nya masih saya ingat,.. yaah minimal itulah appresiasi saya sebagai murid yg pernah mereka ajar dengan tidak melupakan nama mereka,… karena jauh dilubuk hati saya juga berharap kelak murid-murid yang pernah saya ajar tidak juga lupa terhadap saya…ngareeppp,,…hehehe


Menjadi guru memang penuh suka duka, itu yang sering saya tangkap dri pembicaraan dgn kawan2 yg seprofesi, baik dulu di Makassar di Batam ataupun skrg di Kuala Lumpur ini.. dari kisah2 yg diceritakan kawan2, sy bisa mengambil benang merah cerita mereka, bahwa …Menjadi guru juga bukan sesuatu yang gampang, apalagi jika tidak disertai dengan niatan tulus karena ingin mendidik dan membimbing para murid2nya.


Berat memang menjadi seorang guru yg bisa mendidik ..”not just teaching but also nurturing” diperlukan daya tahan tubuh yang lebih serta kesabaran diatas rata-rata apalagi menjadi guru bagi anak-anak yang mempunyai “keistimewaan”. …


Maksud sy keistimewaan disini adalah anak-anak didik yang lain dripada yg biasanya kita temui,…yaah ada yg bilang org cacat mental or fisik, ataw di Malaysia ada istilah OKU (orang kurang upaya), … yaah terserah deh gmn mau nyebutinnya,.. namun yang pasti saya ada sdikit cerita, sekaligus saya merasa beruntung sekali pernah menjadi guru anak-anak berlabel “istimewa" ini, walau hanya dalam kurun waktu yg singkat. Ada kenikmatan tersendiri, berada mengajar anak-anak dengan latar belakang 2 anak lelaki dyslexia dan sepasang anak Cerebral Palsy (sindroma gangguan otak belakang) yg menyebabkan mereka keterbelakangan mental


Ceritanya begini waktu itu ada kawan yang nge sms ketika saya baru saja selesai maen futsal bersama kawan2 di hari minggu, suatu rutinitas akhir pekan yg kerap kami lakukan untuk menjaga kebugaran tubuh serta silaturahim mhasiswa2 Indonesia di University Malaya, bunyi smsnya seperti ini…


Asslm… bud,.. ada 2 anak yg perlu guru privat untuk diajarin xxxx, anak yg stu umur 17 thun dan satunya lagi 15 tpi mereka agak terbelakang mentalnya, kalau mau hari selasa sdh bs dimulai, gmn …


Nah jadilah saya “cikgu” (guru) dadakan, … yah mau diapalagi selain saya perlu kerjaan waktu itu, serta berbagai alasan lainya seperti, saya perlu latihan mengajar,… maka proses belajar-mengajar pun dimulai,.. dan sy berharap juga dengan mengajar mereka saya tdk lupa thd pelajaran yg pernah saya pelajari.. akhirnya anak-anak “istimewa” itu di bawah arahan “cikgu budi” hehehe memulai cerita kebersamaan mereka dan lumayan bertahan,


Mungkin karena saya betah ngajarin anak2 dgn jenis “istimewa” Lalu ada lagi kawan yang mewariskan kelas home tuition dikarenakan dia harus kembali ke Indonesia dan sperti yg anda bisa tebak kali ini yg diwariskanya adalah 2 adik kakak…. Anak2 “istimewa” penderita dyslexia.


Kisah kasih..kekekek..or cerita suka duka mengajarkan anak2 dengan keistimewaan, tersebut terlalu banyak yg berkesan bagi saya, namun yg pasti dari merekalah saya banyak mendapatkan ilmu,.. loh kok bisa, padahal kan saya yg ngajarin mereka??......... yah namun itulah faktanya saya mendpatkan banyak manfaat dari mengajar anak2 berlabel “istimewa” ini …… sinmplenya seperti ini; untuk anak yg menderita keterbelakangan mental saya lebih banyak di uji kesabaran,.. hehehe…


Coba deh bayangkan untuk mengajari hal yg sama saya harus mengulangi itu berkali2 bahkan mungkin seratusan kali… hari ini hafal pertemuan berikutnya sdh lupa lagi..hehehe,.. blum lagi klw dalam proses belajarnya mereka nggak mood atw bertengkar sesamanya,.. atw yg lebih parah kalau ada diantara mereka yg lagi belajar tiba2 ngompol..bisa dibayangkan betapa serunya anak remaja umur 17 tahun dan 15 tahun sedang anda ajar tiba2 ngompol..hahaha..seruuu !!!.....dan pernah sekali lebih parah lagi, kami lagi sholat berjamaah tiba2 salah satunya ngompol saking banyaknya sampai ngebasahin sejadah dan kaki saya jg bawah celana saya ,..yaa otomatis shalat harus diulang dgn celana yg lain tentunya ..trus mana saya nggak bawa celana ganti lagi, dan lebih parahnya lagi saya sebenarx mau singgah ke kondangan selepas ngajar mereka….hahaha.. Nah itu sekelumit cerita tntang murid saya yg memiliki keterbelakangan mental.


Lain lagi dengan 2 murid saya yg menderita dyslexia,… dari kedua anak inilah saya justru banyak belajar mengenai apa itu “mengajar” dri persepektif yg lain,.. ceritanya bgini, waktu itu saya dapat “warisan” dri seorang sahabat yg kuliah masternya di UM sdh selesai dan memutuskan untuk pulang ke Indonesia, akhirnya berkat dialah saya berkesempatan ngajarin 2 org anak yg menderita dyslexia ini, saya kurang begitu tahu alasan dibalik knapa dia memilih saya untuk melanjutkan ini,.... ntah!! mungkin karena dia menilai saya org yg patut di bantu dri segi ekonomi yaa..weuw.weuw…!! atw karena melihat track record saya pernah ngajarin anak “istimewa” sebelumnya dan lumayan bertahan…hahaha


Anyhow,.. the journey goes on.. Pada awalnya sih saya agak ragu apakah saya mampu untuk bs ngajarin anak2 ini, … baik 2 anak yg punya keterbelakangan mental atau 2 anak penderita dyslexia ini,.. soalnya saya nggak pernah ngambil matakuliah “ disorder linguistic atw human communication disorder” jdi untuk menghadapi anak2 dengan keistimewaan seperti itu saya jujur saja, nggak ada basic yg mumpuni… namun karena melihat kawan saya yang pernah ngajarin ini anak malah basic keilmuannya justru ekonomi, saya jd tertantang.. “ dia aja bisa kenapa saya nggak” …


Akhirnya proses belajar mengajarpun dimulai,.. 1-2 bulan pertama mengajar anak2 dyslexia ini banyak makan hati … anak2 dgn jenis ini sering bengong dan berimajinasi sendiri yah seperti dibahasakan beberapa ahli yg saya baca journalnya, mereka tercluster sbgai “above-average Imagination” ..yaa mereka memiliki tingkat imajinasi yg sangat tinggi… namun berkat merekalah saya bisa mempraktekkan beberapa teori atw approach pengajaran, merekalah laboratorium hidup saya… berkat merekalah saya membuka journal2 kesehatan dan psychology tentang apa itu dyslexia,.. berkat mereka pulalah wawasan saya tentang psychology anak2 bertambah,.. walaupun klw dibandingkan kak seto atw pakar perkembangan jiwa anak2 saya ini masih golongan kasta sudra…hahahaha…


Namun situasi berinteraksi dgn anak2 dyslexia yg membantuku menemukan satu pendekatan atw treatment terhadap mereka bahwa mereka perlu sentuhan kasih sayang dan apresiasi yg lebih dari org2 disekelilingnya dan satu kesimpulan bahwa anak2 penderita dyslexia itu sebenarnya “genius” dalam bidangnya tinggal orang tua dan guru yg membantu serta mengarahkan mereka menemukan di bidang apa mereka sebenarnya unggul… yg pasti jika mereka mendapatkan treatmen yg pas,.. akan lahir lagi ilmuwan sekelas Albert Einstein, Leonardo da Vinci, artis sekelas Tom Cruise, Keanu reeves, Orlando Bloom atw pemimpin negara sekelas Lee Kuan Yeuw serta masih banyak lagi org2 yg hebat lainnya yg ketika mereka kecil di vonis menderita dyslexia.


Yaah memiliki pengalamn pernah mengajar beberapa anak2 “istimewa” benar-benar membuka kesempatan saya untuk belajar lagi memahami “ciptaan” yang maha kuasa, namun seperti yg kita yakini baik kita ataupun mereka si anak2 istimewa terlahir untuk sebuah scenario kehidupan yg telah terancang dan bukan karena suatu kebetulan atau kesia-sia. Kita maupun mereka terlahir untuk suatu skenario kehidupan yg sungguh luar biasa jika kita sadar akan hal tersebut.


Namun sayangnya kisah-kasih kebersamaan dengan mereka harus berakhir ..yaa "cikgu budi" harus pensiun ..hehehe,.. si kakak adik keterbelakangan mental harus berakhir karena alasan jarak dan transportasi yg nggak mendukung,.. soalx waktu itu masih pakai motor YASUGOK (yamaha suka mogok) yng lumayan boros dan berbahan bakar bensin campur (campur dorong maksudx)... sampai akhirx si yasugok harus di musiumkan karna nggak sanggup lagi berlari...hehehe, mana klw pakai tranportasi umum harus pakai kereta LRT dan 2 kali naik bus umum dgn jurusan yg berbeda, jadi klw ngajar harus 2 jam sblum waktux sdh harus brngkat dri rumah... jadi akhirx setelah mengajar 5 bulanan minta pensiun dini..hehehe... berbeda dengan anak2 penderita dyslexia ini kisah kebersamaan kami selama kurang lebih setahun harus berakhir ketika keluarga mereka memutuskan untuk pindah rumah...sedih sih !! namun kisah bersama murid2 istimewaku ini tak akan pernah terlupankan..(suatu saat sy akan menuliskan lebih tentang kisah2 dan methode2 pengajaran yg terapkan terhadap murid2 penderita dyslexia saya ini)


Anyway, Kembali kepersoalan guru atw tenaga pengajar,.. saya teringat kalimat2 di sebuah blog milik kenalan saya yang mengatakan menjadi guru bukan pekerjaan mentereng. Menjadi guru juga bukan pekerjaan yang gemerlap. Tak ada kerlap-kerlip lampu sorot yang memancar, juga pendar-pendar cahaya setiap kali guru-guru itu sedang membaktikan diri. Sebab mereka memang bukan para pesohor, bukan pula bintang panggung.



Namun, ada sesuatu yang mulia disana. Pada guru lah ada kerlap-kerlip cahaya ‘bintang” kebajikan dalam setiap nilai yang mereka ajarkan. Lewat guru lah memancar pendar-pendar sinar keikhlasan dan ketulusan pada kerja yang mereka lakukan. Merekalah sumber cahaya-cahaya itu, yang menyinari setiap hati anak-anak didik mereka.


sahabatku pembaca blog ini, saran saya jika ingin merasakan pengalaman batin yang berbeda, cobalah menjadi guru. Rasakan kenikmatan saat setiap anak-anak itu memanggil Anda dengan sebutan itu, dan biarkan mata penuh perhatian itu memenuhi hati Anda. Ada sesuatu yang berbeda disana. Cobalah. Rasakan….


Kuala Lumpur,.. 2010

Cikgu yg sedang terkenang murid2 “istimewanya”


Budi,..

Friday, October 1, 2010

Detik2 yg Menentukan

Hari ini tanggal 1 oktober...ada yg ingat ini hari apa,.. ayoo?? what,!! hari jumat...bener juga sih..tapi yg pasti di Indonesia, hari ini sekarang lagi diperingati sbg hari kesaktian pancasila... masih diperingatikan di tanah air kita, kan??.. atau jangan jangan2 pancasila sdh punah??...maklum sy jarang pulang ke indonesia jd nggak tahu perjalanan karir sang pancasila..hehehe bukan krena betah di negeri orang tpi karna misi belum tuntas ..jdi keinginan pulang masih ditahan2..hehehe


Oiya sekedar info menyangkut judul yg diatas dan berkenaan dgn hari kesaktian Pancasila, momenx pas bagi sy karna pas beberapa saat tadi tadi sy bru saja khatam membaca buku dengan Judul "Detik-detik yg menentukan" jalan panjang menuju demokrasi .. karya Pak habibie ..salah satu mantan presiden republik indonesia dan salah satu idola saya sejak kecil...hehehe,... buku setebal 550 halaman itu berhasil kutamatkan kurang dri seminggu tak kenal waktu dan tempat aku ngebaca buku ini, kadang di perpus, di kamar ,di atas angkutan umum bahkan disela2 kerja partimeku di sebuah restoran..... buku ini memang sengaja sya rencanakn pas akan sy khatamx tepat di 1 oktober, di hari kesaktian pancasila sebagai hadiahku kepada pancasila symbol bangsaku yg sakti.. dan menunjukkan kepada diriku sendiri bahwa saya masih cinta kepada kepada Indonesia walaupun sudah bertahun2 tinggal dan belajar sbg mahasiswa di Kuala Lumpur..Hidup Pancasila..


yaaah..!! Terpulang ada yang menjuluki pancasila ... sbagai berhala saman modern atw peninggalan orba.... yang pasti pancasila adalah salah satu symbol pemersatu yang efektif buat negara Indonesia,.. negara besar dengan berbagai ragam corak budaya dan karakter,.. yang memerlukan symbol2 sakti pemersatu bangsa ...dan Pancasila terlahir dari pemikiran Brilliant our founding father kita... so sudah selayaknya kita menghargainya ..iya nggak??

Nah kembali kepersoalan si "detik2 menentukan" buku karangan pak habibi ini sebenarx sudah lama sy inginkan untuk menambah jajaran buku2 koleksi saya,.. namun sy baru memilikinya kurang dari seminggu ini,.. krn susah mau ngedapetin buku2 terbitan Indonesia di kuala lumpur, kalaupun dapat biasax sdh agak mahal dan kurang terjangkau dengan kantong2 mahasiswa kere seperti saya... beruntunglah ada seorang kawan yg kebetulan berlibur di Indonesia dan akan segera balik ke Kuala lumpur, nah dengannya lah saya menitipkan pesan untuk dibawaiin buku ini, tentu saja hargax jadi murah soalx nggak pakai kurs ringgit malaysia atw ongkos kirim...friends connection.. hehehe,..anyway thanks yaa fren,thanks for the book n i wish u all the best in return.


Nah dari buku inilah banyak pertanyaan2 yg dulu sering hinggap di kepala saya ketika proses reformasi terjadi di Indonesia pda tahun 1998 ketika proses peralihan kekuasaan dari pak Harto ke Pak habibie,..... terjawab tuntas!!!


Dari buku inilah saya melihat perspektif lain terlahirx sebuah proses demokrasi terjadi, dan dari buku inilah saya memperoleh kesimpulan "jikalau ketika itu Pak habibie bukan seorang yang tidak dekat dengan Allah" dan jikalau pak habibie seorang yang kemaruk akan kekuasaan "republik indonesia pasti sudah habis tenggelam dalam perang saudara dan proses balkanisasi dengan terpecah-pecahnya Indonesia kedalam puluhan negara-kecil yang kelak akan menjadi makanan siap saji buat negara2 adidaya yang rakus.... beruntunglah Indonesia masih memiliki Pak Habibie... dan beruntunglah kita semua ketika itu pak Habibie merupakan sosok yang tangguh dan capable serta "Ikhlas" dalam bekerja,..sehingga bisa membawa indonesia melewati "detik-detik yang menentukan" masa depan bangsa dan negara Indonesia.


Dari buku itulah saya belajar melihat dari perspektif lain sosok seorang pemimpin ketika di terpa masalah dan tekanan namun tetap istiqomah dalam memegang amanah dari rakyat,.. dari buku itulah saya melihat pembelaan secara objective pak habibi terhadap tuntutan dan tekanan serta konspirasi ketika ia menjabat.... dan satu kesimpulan yang bisa saya berikan selepas membaca buku itu adalah,.. beliau berhasil melaksanakan amanah yang diberikan kepadanya...



Pak Habibie,.. terimakasih banyak atas jasa-jasa yang telah engkau berikan kepada Indonesia,.. engkau adalah sosok manusia paripurna yang unggulan,.. dan sudah selayaknya kami menghaturkan appresiasi yang lebih atas segala usaha yang telah engkau persembahkan terhadap bangsa dan negara Indonesia kami...


Dan Kami berharap,.. Indonesia masih akan terus melahirkan habibie-habibie baru yang akan mewarnai perkembangan dan kemajuan Indonesia di masa yang akan datang.... We Love U pak Habibie…

Kuala Lumpur 31 Sept-1 okt2010

1 dari jutaan pemuda Indonesia


Budi Hamuddin

Sunday, September 26, 2010

Bersilaturahim Di Hari Yang Fitri


Anas ibn Malik menuturkan bahwa Rasulullah SAW pernah bersabda:“Siapa saja yang ingin dilapangkan rezekinya dan dipanjangkan usianya, hendaklah ia menghubungkan tali silaturahimya.”


Setiap muslim di dunia ini patut bersyukur bahwa di dalam syari'at islam terkandung nilai dan norma-norma yang sangat tinggi nilainya. Dan jika seluruh nilai dan norma yang merupakan “way of life” tersebut dijalankan secara menyeluruh, niscaya baik kita sadari walaupun tidak hal tersebut akan mendatangkan kemaslahatan baik di dunia maupun di kehidupan yang mendatang di akhirat kelak dan salah satu dari tuntunan hidup Islam tersebut adalah silaturahim

Menurut hadis Nabi, silaturahim mengandung dua kebaikan, yaitu memperpanjang umur dan menambah rezeki seperti yang diterangkan hadist rasulullah diatas yang diriwayatkan oleh Anas ibn Malik. Silaturahim dalam tuntunan Islam, merupakan suatu moment religi yang sangat luhur maknanya dan Silaturahim bagi masyarakat Indonesia bukan merupakan suatu hal yang asing ditelinga maupun dalam aktifitas kehidupan bersosial sehari-hari.

Penggunaan istilah “silaturahim” sendiri paling sering digunakan pada momentum Iedul Fitri ini. Akan tetapi masih banyak orang justru salah kaprah dalam menyebutkannya menjadi “silaturahmi” yang ternyata makna kalimatnya menjadi berbeda jauh. Istilah “silaturahim” berasal dari kata dalam bahasa arab “silah” yang artinya “menyambungkan” dan “rahim” yang artinya “kasih sayang dan pengertian”. Sehingga kalimat “silaturahim” maknanya adalah “menyambungkan kasih sayang dan pengertian”. Ini sangat berbeda dengan makna kata “silah” yaitu “menyambungkan” dan “rahmi” yang ternyata artinya adalah “rasa nyeri pada saat seorang ibu hendak melahirkan”. Sehingga kurang tepat dengan maksud penggunaan sebagai ungkapan makna kata ini untuk menggambarkan aktivitas saling berkunjung untuk mempererat tali persaudaraan dan kekerabatan, namun uniknya justru istilah “silaturahmi” ini terlanjur lebih populer di tengah masyarakat Indonesia.

Konon kekurang tepatan penggunaan istilah ini terjadi karena masalah perbedaan dialek. Rumpun bahasa melayu termasuk bahasa daerah Sunda dan Jawa yang cukup kuat pengaruhnya di tengah masyarakat sulit di dalam mengucapkan kata-kata yang berasal dari serapan bahasa arab. Sehingga kata “silaturahim” karena dialek, berubahlah menjadi “silaturahmi” dan yang tanpa sengaja ternyata di dalam bahasa arab juga ada artinya namun memiliki perbedaan makna.

Secara harfiah pada asasnya silaturahim artinya menyambung persaudaraan atau menyambung tali kasih sayang dan dalam konteks keseharian kita sebagai masyarakat Indonesia yang sebagian besar penduduknya memeluk agama Islam, pelaksanaan praktek silaturahim dapat dengan mudah kita jumpai. Namun jika dikaitkan dengan silaturahim dan moment Idul Fitri, mungkin ada dua istilah atau realisasi kegiatan silaturahim yang sangat familiar bagi masyarakat Indonesia yakni; “mudik lebaran” serta “halal bi halal” mungkin dua istilah yang menggambarkan suatu kegiatan atau aktivitas silaturahim ini boleh jadi menjadi ajang tahunan bagi sebagian besar masyarakat Indonesia.

Mudik Lebaran
Mudik Lebaran merupakan ciri khas masyarakat Indonesia yang mungkin jarang ditemui pada bangsa-bangsa manapun di dunia. Istilah Mudik atau pulang kampung sudah lama dijadikan masyarakat Indonesia, yang merantau dari kampungnya ke wilayah lain atau kenegara lain sebagai ajang silaturahim antar sesama kerabat. Para pemudik yang rata-rata merindukan nilai-nilai kebersamaan, itu berharap dengan mudik ketika lebaran bisa berkumpul bersama keluarga di hari yang fitri setelah sekian lama tidak bersua karena kesibukan masing-masing untuk saling memberi dan meminta maaf.

Mudik Lebaran menurut KH.Hasyim Muzadi, merupakan sebuah rutinitas tahunan yang senantiasa terjadi menjelang Idul Fitri. Menurut beliau mudik ke kampung halaman menjelang Idul Fitri sesungguhnya ajang latihan nyata menjelang kepulangan ke akhirat, serta menyiratkan makna terdalam dari proses penciptaan manusia oleh Sang Khaliq dan beliaupun memandang mulia setiap mereka yang bisa mudik ke kampung halaman. Karena mudik itu merupakan interpretrasi waktu yang tersisa selama berjuang di tanah rantau, untuk bisa berbagi dengan saudara-saudara di kampung halaman.

Lebih lanjut lagi Emha Ainun Nadjib dalam bukunya ‘Sedang Tuhan pun Cemburu’ menulis, orang beramai-ramai mudik sebenarnya sedang setia kepada tuntutan sukmanya untuk bertemu dan berakrab-akrab kembali dengan asal-usulnya. Cak Nun panggilan akrab Emha Ainun Nadjib menambahkan secara akar runtutan historis, setiap orang berusaha berikrar bahwa ia berasal dari suatu akar kehidupan, komunitas etnik, keluarga, sanak famili, bapak dan ibu, alam semesta yang berpangkal atau berujung dari Allah. Kesadaran ini diwujudkan para pemudik dengan bersusah payah bisa berada di tengah-tengah keluarga dan sanak kerabat tatkala Idul Fitri tiba, dalam sebuah perhelatan silaturahim dengan saling memaafkan serta menunaikan kewajiban membayar zakat.

Sedangkan Abdul Munir Mulkhan, seorang tokoh dan pemikir Islam, berpendapat bahwa tradisi mudik di Hari Raya merupakan prosesi ritual yang mengandung banyak makna dan ajaran tentang silaturahim atau menyambung cinta-kasih serta ajaran untuk saling minta maaf bagi seseorang saat menyadari telah berbuat salah pada orang lain.

Mudik ketika Idul Fitri memiliki nilai-nilai kekerabatan hakiki yang perlu terus digali dan ditumbuh suburkan. Ini artinya, Lebaran juga bisa dimanfaatkan sebagai momentum untuk menanamkan nilai-nilai silaturahim kepada diri kita maupun keluarga kita. Bagaimana kita mesti bersikap kepada kedua orang tua, sanak-kerabat, tetangga, atau handai taulan ketika bermudik lebaran. Namun pada kenyataan tidak semua masyarakat Indonesia yang beragama Islam mampu dalam melakukan ritual silaturahim tahunan ini baik itu secara rutin atau sesekali, karena ketika melakukan “mudik lebaran” kita semua sadar diperlukan juga berbagai bentuk kesiapan, baik itu materi, tenaga, fikiran dan lain-lainya.

Halal bi Halal
“halal bi halal”. Meskipun ungkapan ini menggunakan bahasa arab, namun justru kurang familiar bagi orang arab sendiri. Karena dari segi tata bahasa arab tidak dikenal susunan kata yang semacam ini, mirip seperti kasus ungkapan “minal ‘aidin wal faizin” yang oleh sebagian ulama dikatakan: mungkin asalnya adalah ungkapan dalam bahasa lokal yang dibahasa-arab-kan. Arti “halal bi halal” kurang lebih adalah “halal bertemu halal”. Asal usul frasa ini pun ada banyak versi dan setiap daerah di Indonesia nampaknya punya sejarah masing-masing yang berbeda.

Kalangan pesantren dan kaum santri misalnya mengatakan bahwa bersama dengan ucapan ini, kedua belah pihak sepakat untuk saling menghalalkan segala sesuatu yang semula haram diantara mereka. Atau dalam bahasa yang sederhana “saling memaafkan satu sama lain”. Kegiatan “halal bi halal” ini kemudian oleh beberapa ulama diberikan rujukan dalil di dalam Al Quran sebagai landasan ritual budaya yang sudah mendarah daging di tengah masyarakat Indonesia tersebut.untuk meningkatkan dan menjaga kerukunan serta keharmonisan dalam hubungan bermasyarakat.

Lebih lanjut, Prof. Dr. Quraish Shihab menerangkan dalam bukunya Lentera Hati: Makna bentukan kata yang berasal dari “halal” antara lain berarti “menyelesaikan masalah, meluruskan benang kusut, melepaskan ikatan dan mencairkan yang beku”. Maka “halal bi halal” diterjemahkan sebagai kegiatan untuk “meluruskan benang kusut, menghangatkan hubungan yang beku sehingga cair kembali, melepaskan ikatan yang membelenggu, serta menyelesaikan masalah yang menghalangi terjalinnya keharmonisan hubungan”.

Dari segi budaya, “halal bi halal” dimaknai sebagai kesempatan untuk silaturahim, saling memaafkan dan mempererat pertalian kekeluargaan serta kekerabatan yang ini diyakini akan mampu menciptakan keharmonisan dan meningkatkan kerukunan diantara sesama di dalam masyarakat. Upaya ini mudah dipahami karena suku bangsa Indonesia memang amat erat persaudaraannya. Sehingga momentum “halal bi halal” dipandang sebagai suatu tuntunan ajaran agama, bagian dari ritual sekaligus sarana melestarikan budaya. mewakili budaya saling memaafkan sepanjang bulan Syawal (setelah bulan Ramadhan). Karena agama Islam mengajarkan bahwa pada bulan suci Ramadhan semua dosa diampuni Allah SWT kecuali dosa kepada sesama ummat manusia. Sehingga di bulan Syawal banyak dilakukan ritual budaya “halal bi halal” yaitu berkumpulnya handai taulan untuk saling memaafkan yang umumnya diselenggarakan melalui acara yang dirayakan secara besar-besaran mengundang sebanyak-banyaknya kerabat atau kelompok-kelompok pergaulan masyarakat. Bahkan bagi sebagian kalangan tokoh masyarakat atupun pejabat dikenal istilah “open house” .

Mungkin sedikit penjelasan mengenai silaturahim dengan konteks “halal bi halal” diatas memberikan gambaran nilai-nilai luhur dalam bersosial kemasyarakatan dalam menyambung silaturahim demi menjaga ukhuwah Islamiyah atau persaudaraan dalam Islam. Dan mari berdoa semoga semakin banyak diantara kita semua yang diberikan kelonggaran rezeki sehingga akan semakin banyak dan sering umat muslim mengulurkan tangan menyambung silaturahim apakah dengan konteks “halal bi halal” atau dalam konteks ber-silaturahim sesuai tuntunan islam yang lainya.

Sebagai penutup dalam tulisan singkat ini, Setiap tahun, terutama menjelang hari raya Idul Fitri jutaan umat Islam yang berada di tanah rantau pulang atau mudik ke kampung halamannya masing-masing. Tujuannya untuk bersilaturahim dengan orangtua, keluarga maupun kerabat lainnya sambil berlibur, bernostalgia, Mereka menjadikan Idul Fitri sebagai moment penting untuk melaksanakan kegiatan silaturahim. Sungguh tradisi ini patut diperhatikan sebagai manifestasi ajaran Islam yang telah di bawa baginda Rasulullah SAW. Namun tidak jarang hubungan diantara mereka yang berada di kota dan di kampung sedemikian renggang bahkan terputus akibat berbagai faktor penyebab. Dan dengan mudik lebaran yang bermotifkan silaturahim ini akan terjalin lagi hubungan tersebut; akan tersambung kembali yang selama ini putus serta terhimpun apa yang terserak. Yang demikian inilah yang dinamakan hakikat silaturahim.

Nabi saw. Bersabda: “Tidak bersilaturahim (namanya) orang yang membalas kunjungan atau pemberian, tetapi (yang dinamakan bersilaturahim adalah) yang menyambung apa yang putus” (Hadis Riwayat Bukhari). Itulah puncak silaturahim, yang dapat diwujudkan oleh mereka yang mudik dan juga oleh mereka yang tetap tinggal di rumah bila ia berusaha mengingat-ingat siapa yang hatinya pernah terluka oleh ulahnya atau atau yang selama ini jarang dikunjungi akibat faktor kesibukan atau dengan alasan lainya lalu mengundangnya untuk bersilaturahim kerumah ketika acara “halal bi halal”, hal seperti inilah yang dinamakan dengan menyambung kembali yang putus, menghangatkan, dan bahkan mencairkan yang beku.

Namun sebenarnya silaturrahmi tidak perlu dibatasi hanya pada saat hari raya Idul Fitri. Setiap saat kita umat muslim dianjurkan untuk menebar salam, menjalin silaturahim, semoga dengan bersilaturahim, fitnah bisa diredam, salah faham bisa terkoreksi, permusuhan bisa menurun. Juga melalui silaturahim diharapkan segala penyertaan beban emosi negatif yang bersumber dari konflik negatif yang biasanya diawali dari konflik interpersonal diantara kita dalam hubungan kita sehari-hari dengan siapapun dalam lingkup kehidupan sosial kemasyarakatan kita dapat lenyap, luluh dan sirna dari bathin kita, dengan adanya saling meminta maaf dan saling memaafkan ketika bersilaturahim.

Dan bagi umat muslim yang tidak sempat untuk “mudik Lebaran” guna menyambung silaturahim dengan sanak keluarga dan handai taulan di kampung halaman atau kurang memiliki kemampuan keuangan untuk membuat acara “halal bi halal” ataupun open house kecil-kecilan jangan berkecil hati, sesungguhnya Allah maha mengetahui yang mana yang baik buat kita semua, boleh jadi Allah.SWT memberikan kesempatan buat kita dilain waktu atau dalam konteks silaturahim yang berbeda namun memiliki nilai ibadah yang tidak kurang dimata Allah.SWT, oleh karena itu mari tetap “khusnudzon” atau berfikiran positif terhadapNya dan Semoga kita dapat mengambil hikmah dari apapun bentuk aktivitas silaturahim yang bisa kita lakukan dan semoga itu menjadi kunci terbukanya rahmat dan pertolongan Allah SWT bagi kita semua karena dengan terhubungnya silaturahim, maka ukhuwah Islamiyah akan terjalin dengan baik,..Wallahu’alam bi shawab.

Satukan tangan,satukan hati
indahnya silaturahim di hari yang fitri
Di hari kemenangan kita padukan
keikhlasan untuk saling memaafkan…


Kuala Lumpur,2010
Budi Hamuddin

Ps; Article ini dimuat di majalah TKI, Kuala Lumpur. Edisi September 2010 dlm versi yg agak sdikit berbeda.

Monday, September 13, 2010

Mpek-Mpek Palembang + Nasi goreng


Okay di cerita kali ini, saya akan memulai bercerita tentang godaan di pagi ini yang terasa berat, mengapa tidak …tpi sbelum ngelanjutin bacax janji dulu jangan ketawa…. Suerr yaa!!... yg ketawa awas disamber gledek… 

Ceritax gini, hari ini sy sbenarnya mau rencana mau puasa syawal hari yg ke pertama ,..first day cing!!..hehehe… maklum lagi rajin and berkah2 ramadhan yg masih bersisa … Nah dri smalam dah berucap niat tulus ikhlas, disertai dgn berbagai macam lafal doa2 …bahwa sanya hari ini mau memulai puasa syawal krna Allah.. sampai sini blum lucu sobat… so yang ketawa pasti rada2 sedeng…hehehe … 

namun pagix situasi menggemparkan terjadi di rumah kost kami yg tepat berada di lantai 17 sebuah apartment lusuh yg jarang tersentuh cat…. Ternyata kegemparan pagi itu krna ibu kost sya masak2 hehehe…… yang dimasakx adalah makanan khas palembang.dll …. Perang batin terjadi berkecamuk bgitu dahsyatx… ampe bengong kayak anak ayam ngeramin telur brontosaurus… pasti blum pernah liat kan… nggak usah dibayangin deh bengongx sya pagi itu…. soalx lagi Berkecamuk peperangan antara iman vs nafsu dalam hati sy ….. apa nmau gelanjutin puasa atw ikut makan mpek2 … apa daya ternyata si iman masih kecil, belum terlalu kuat untuk melawan godaan semangkok mpek2 khas palembang dan nasi goreng buatan housemate yg secara de facto merangkap bu kost kami... terpaksa.!!! .puasa hari ini di pending dulu…hehehe

#kata si hati# Mohon maafkan hambamu ini yaa Allah…. Hambamu ini belum terlalu kuat ngelawan nafsu pengen makan mpek2 pagi ini… #lantas dijawab si-perut# kan baru awal syawal ,…esok2 masih bolehkan puasa syawal lagi ..hehehe

KL 2010